epilog

49 7 3
                                    

Semenjak kejadian anggara menyataka cintanya pada windy, hidup windy berubah. Entah apa yang ada di kepala anggara hingga iya menyatakan nya terang-terangan di depan semua anak kelas, dan buk dwi yang saat itu sedang ada ulangan matematika. Bahkan sekarang ini, anggara masih mencoba merayu windy dengan memutuarkan kursi di depan windy yang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya, lalu mendudukinya terbalik.

"Win, lo lagi makan apaan sih? Mau kali gue di suapin. Kan lo pacar gue" ucaran anggara membuat satu kelas geger mendengarnya. Tunggu, apa? Dia bilang pacar? Dia bilang gue pacarnya? WHAT?! Sejak kapan gue jadi pacarnya? Ngeliat mukanya aja males, iya si dia ganteng trus lesung pipinya yang kata anak-anak cewek  manisnya ga nahan, pintar, jago main basket, ketua club music, dan lain sebagainya. Tapi dia bukan tipe gue banget. Tipe gue tu yang pendiem ga kasak krusuk kaya dia.

Mood makan windi langsung berubah, yang tadinya ia sangat lapar dan tidak sabar ingin makan, makanan favorit yang di buatkan oleh bundanya yaitu rendang, tetapi sekarang nafsunya hilang seketika, melihat muka anggara di hadapannya saja membuat ia kenyang, apalagi mendengar kata-kata anggara barusan, mual-mual.

"Baik lo pergi deh, cari pacar yang cantik-cantik sana. liat tuh fans lo di luar pada nungguin" dengan muka meles ia menutup kotak bekalnya dan beranjak pergi keluar kelas.

Di depan kelas tentu saja windy mendapat tatapan sinis dari fans-fansnya anggara, windy merasa sangat aneh dengan situasi ini. Biasanya ia yang menonton kejadian, sekarang ia yang di pertontonkan.

Ia memutuskan untuk pergi ke taman diskusi depan untuk menghindari tatapan tajam orang-orang. baru ketika ia hendak duduk, datang tiara. sohibnya dari zaman batu itu sambil membawa beberapa tumpukan buku.
"Winwin bantuin gue win, pegel nih abis bantuin mam vera." Dia menyerahkan tumpukan buku itu ketangan windy yang padahal sedang memegang kotak bekalnya. Ini semua tiara lakukan karna ia adalah sekretaris di kelas XI IPA 3, dan mam vera adalah walikelas kami.

Dan tanpa dosanya ia membuka bekal windy lalu memakannya. 'Kalau bukan teman gue, udah gue gorok dah tu kepala' batin windy sambil meletakkan tumpukan buku itu ke atas meja. "Lo tu yaa, yg punya bekal siapa, yg habisin siapa. Kebiasaan lo, entar berat lo makin nambah lagi" windy terkikik kecil, karna ia tau bahwa tiara akan takut bila sudah membahas berat badan. itu hal yang sangat sensitif baginya.

"Ahh lo ngomongnya gitu win! Lo kan tau kalau gue sensitif masalah berat badan. Lo harusnya.." belum selesai tiara bicara windy sudah memasukkan satu potong rendang kedalam mulutnya. "Udah makan aja gue udah ga nafsu gara-gara temen lo si anggara" tiba-tiba windy teringat akan kejadian tadi.

"Ohh iya, gue lupa. Lo sama anggara di panggil mam vera tuh, mau di tanyain kalian kondangan nya kapan. Wkwkwk" mendengar itu mata windy langsung melotot dan refleks memukul tangan tiara. "ihh lo tu ya, gue itu ga suka sama dia!"

"Gue serius kali, lo sama anggara di panggil mam. karna kalian berdua buat keributan di jam bu dwi waktu itu" nada bicara tiara terdengar serius. "WHAT?! Apa lagi sekarang gue kan ga buat ribut?" Windy hampir saja melepaskan matanya karna melotot. Dia tidak membuat keributan, anggara lah yang membuat keributan dengan menyangkut pautkan namanya.

Apa lagi ini, apa hidup tenang gue bakalan hilang gitu aja? Gue harus lurusin masalah ini secepat nya, tapi gimana?

WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang