Selama di perjalanan menuju ruang guru windy terus berfikir apa yang akan terjadi nanti. Apakah ini
akan mempengaruhi belajarnya. Ia terus berjalan tanpa sadar menabrak punggung seseorang.
"aduh, maaf gue ga sengaja." windy menunduk malu karna telah menabrak orang dari arah depan.
"oh iya ga masalah kok kalau windy yang nabrak." Yang benar saja, orang yang ia tabrak adalah
anggara.Tanpa berfikir windy segera melarikan diri dari hadapan anggara. "Win! Windy! Tungguin gue!"
teriak anggara sambil mengejar windy. Suara nya itu membuat siswa-siswi yang berada disekitar
mengalihkan perhatian mereka ke arah windy dan anggara.
Sambil berlari sesekali windy melihat kebelakang, apakah anggara masih mengejarnya atau tidak.
Sekali lagi karna ceroboh, windy tertabrak tembok yang seharusnya iya lewati. "burghh.." bunyinya
cukup keras, dan sepertinya meningalkan memar yang cukup besar di bagian bahu kiri dan kening
nya. "aw.. sakit" dengan pelan iya mememegang kepala nya yang berkunang-kunang sambil meringis
kesakitan. Lihat sekarang semua orang menertawakannya. Memar ini saja sudah cukup sakit, di
tambah dengan tertawaan dari siswa-siswi lainnya yang hampir sebagian adalah kakak kelasnya.Anggara yang melihat itu tersenyum manis sambil mengulurkan tangan, Tetapi tidak ada tanggapan
dari windy. "sinih tangannya, gue bantuin berdiri." Anggara masih tetap mengulurkan tangannya.
Lima detik, sepuluh detik, nihil. Windy tidak menghiraukan uluran tangan anggara. Tanpa banyak
bicara anggara memegang bahu windi dengan kedua tangan nya, lalu mengangkatnya berdiri,
meskipun ia tau windy menampakkan gerakan menolak. Tetapi windy bisa apa, tenaga anggara lebih
banyak, susah untuk menghindar. Ini membuat anggara melengkungkan bibirnya, semua yang di
lakukan windy terasa imut baginya."makanya kalau pangerannya datang, Jangan suka main lari-larian. Jadi gini kan." Ia berusaha
mencairkan suasanya sambil memopoh windy jalan menuju tempat duduk di koridor. Tetapi windy
hanya diam dan menunduk. Setelah dudukpun windy hanya diam. "yaelah kebentur dikit doang
kok!" anggara kembali bersuara, Tetapi windy masih saja diam. Ini membuat anggara mulai
khawatir. Apakah benar-benar sakit?, apakah ada yang terluka?. "windy, lo ga kenapa-kenpa kan?
Ada yang luka ya? Mana sini gue lihat" muka anggara terlihat sangat panik. Ia mulai merasa bersalah
karna yang membuat windy berlari adalah dia, yaah meskipun tembok itu bukan ia yang bangun."win, kok lo diam aja sih." Anggara panik. Ada apa ini? Dengan geram ia mengangkat wajah windy
perlahan dengan tangan nya lalu menyeka poni yang menutupi matanya. Menatap wajah windy dari
dekat membuat detak jantung anggara tidak karuan. Melihat mata bulat windy yang membuatnya
terlihat imut, pipi nya yang tidak terlalu tirus dan tidak berisi, di tambah dengan bibirnya yang tipis
dan pink alami membuat anggara kekurangan oksigen."gu.. gu... gue, ta.. kut." suara windy yang parau membuat lamunan anggara buyar."takut kenapa?
Kan ada gue di sini." Anggara menatap wajah windy khawatir. "gue mau balik kekelas." Windy
perlahan berdiri, tetapi anggara menahannya. "gue anterin ya, habis itu baru gue temuin mam trus
bilangin lo lagi ga enak badan." Windy hanya diam. Ada yang aneh dengan windy, itu membuat
anggara sangat penasaran kenapa. Perlahan anggara kembali memopoh windy menuju kelas.Sesampainya ia menceritakan kejadian tadi kepada tiara dan meminta tolong untuk mengecek
apakah ada luka serius di tubuh windy, lalu berpamitan pergi meninggalkan kelas "win, tir, gue pergi
dulu yaa." Setelah beberapa langkah keluar kelas, windy menatap keluar ke arah punggung anggara,kenapa ia merasa ada ketulusan di balik perlakuan dan perkataan anggara kepadanya. Tetapi windy
tidak mengambil pusing dengan itu. Karna siapa tau itu semua hanya bagian dari gombalan-
gombalannya anggara.WINDY POV
"Win! Windy! Tungguin gue!" teriak anggara sambil mengejar windy. Suara nya itu membuat siswa-
siswi yang berada disekitar mengalihkan perhatian mereka ke arah windy dan anggara. Windy berlari
berusaha menghindari anggara, sesekali ia melihat ke belakang memastikan apakah anggara masih
mengejarnya. Tanpa sadar ia menabrak tembok yang harusnya ia lewati. "burghh..." hantaman yang
cukup keras. "aw... sakit." ia meringis kesakitan. Pandangannya kabur karna kepalanya yang
terbentur itu. Dan mulai terdengar tawaan orang-orang yang menyaksikannya terjatuh. "hahaha
makanya jangan sok jual mahal. Anggara ganteng gitu di cuekin." "wkwkwk gitu sih kalau jadi cewek
sok-sok an." "dasar ga tau malu!." Semua terdengar di kepala windy. Bisikan-bisikan tidak suka dari
yang lain dan berbagai macam hinaan yang memperburuk suasana. Didalam hati windy berteriak
meminta tolong siapa saja bawa ia pergi dari sini.Dan tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya tepat di depan wajahnya. Ia sangat ingin meraih
tangan itu. Tetapi orang itu bersuara "sinih tangannya, gue bantuin berdiri." Mengetahui pemilik
suara itu adalah anggara. Orang yang membuatnya berada dalam keadaan seperti ini. Membuatnya
hilang harapan. tetapi tiba-tiba saja anggara memegang bahunya dengan kedua tangan dan
mengangkanya berdiri. Windy sangat kaget, ia busaha melepaskan diri. Tetapi tenaga anggara jelas
lebih kuat darinya, Akhirnya ia hanya pasrah."makanya kalau pangerannya datang, Jangan suka main lari-larian. Jadi gini kan." perkataan anggara
membuat windy berdeham dalam. Tetapi ia tidak ada tenaga untuk membalas. Ia hanya diam,
bisikan-bisikan tadi masih menghantui telinganya.
Anggara membawanya duduk di koridor. Pikiran jernih windy hilang. Ia masih membayangkan apa
benar yang di katakan orang-orang? Apa ia benar-benar tidak tau malu? Itu terus berputar putar di
kepalanya. "yaelah kebentur dikit doang kok!" anggara bersuara tetapi ia malas menghiraukannya.
sekarang ia tidak perduli dengan anak itu. "windy, lo ga kenapa-kenpa kan? Ada yang luka ya? Mana
sini gue lihat." lagi. Rasanya ia ingin menghilangkan anggara dari muka bumi.Tetapi tiba-tiba saja anggara menyentuh dagu dan menyeka poninya. Mereka saling bertatapan, kali
ini berbeda. Windy melihat ada yang ketulusan di balik mata coklat milik anggara. Tanpa sadar ia
memperhatikan lekukan wajah anggara. Ia akui anggara terlihat sangat tampan."gu.. gu... gue, ta.. kut." entah kenapa ia berani mengeluarkan kalimat itu di depan anggara. Ia
merasa seolah anggara adalah tempat paling nyaman saat itu untuk bercerita. Terlihat anggara
memasang wajah khawatir. "takut kenapa? Kan ada gue di sini." Kalimat yang di ucapkan anggara
membuat windy berfikir anggara yang berada di haapannya sekarang adalah orang yang berbeda.
Tetapi apa ini hanya karna perasaan windy yang sedang membutuhkan sesorang untuk
membantunya saja, entahlah.Dari jauh windy memperhatikan punggung anggara yang menjauh. Ia benar-benar melihat ketulusan
dimata anggara tadi. Tetapi ia kembali berfikir, mungkin ini hanya bagian dari gombalan nya anggar
saja.WINDY POV END.

KAMU SEDANG MEMBACA
WIND
Fiksi Remaja"saya nyerah buk, saya ga bisa konsentrasi karna ada Windy di hati dan kepala saya" WHATT!!!!???? seorang Anggara satya, lelaki tampan dengan senyuman yg terkenal manis itu menyatakan cintanya ke pada windy di depan anak-anak kelas XI IPA 3. hidup w...