PROLOG

22K 447 1
                                    

'PRANGGG'

Pagi hari seorang gadis cantik yang bernama Zoya itu di awali dengan suara benda yang di banting, Ia terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya

Zoya mendudukan tubuh nya di atas kasur sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing karena terkejut saat tidur tadi, Zoya melirik ke arah jam di dinding kamar nya yang menunjukkan pukul 06.00 pagi.

"Ini masih pagi dan mereka udah ribut," keluh Zoya sambil menundukan kepalanya

Zoya segera bangkit dari kasur dan berjalan turun ke lantai dasar rumahnya.

"KAMU TU JADI ISTRI GAK PERNAH BECUS TAU GAK? GAK BERGUNA! BISANYA CUMA NANGIS AJA!" teriakan Andre, papa Zoya menggema di seluruh ruang rumah

"Apa aku salah pa? Aku cuma mau kamu berhenti main perempuan! Aku ini istri kamu hikss... kamu ga ngertiin perasaan aku?" lirih Ratih, mama Zoya

"Ngertiin perasaan kamu? Untuk apa? Kamu hanya perempuan gak berguna!" Ujar Andre

"Selingkuhan kamu itu lebih gak berguna pa!" Ujar Ratih keras

'PLAK' Andre menampar keras pipi Ratih setelah itu Ia mendorong tubuh istrinya hingga tersungkur di lantai yang dingin di pagi hari itu.

"Kurang ajar! Berani-beraninya kamu ha!" Emosi Andre semakin tersulut.
Zoya yang sedari tadi melihat kejadian itu di tangga segera menghampiri ibunya.

"Papa cukup! Papa gak boleh kasar ke mama!" Ujar Zoya sambil memeluk ibunya yang di lantai.

"Jangan ikut campur! Kamu sama mama kamu itu sama aja!" Maki Andre.

Zoya langsung bangkit berdiri di hadapan papa nya, tidak, Ia tidak boleh lemah seperti ini Ia harus melindungi mama nya.

"Iya! Aku sama aja kaya mama! Aku beda dari papa yang bisa nya kasar sama perempuan! Laki-laki macam apa yang kasar sama istri dan anaknya sendiri ha?" Ujar Zoya yang ikut terusulut emosi

"Berani kamu bicara seperti itu ke papa kamu sendiri Zoya?!" Ujar Andre

"IYA AKU BERANI PA!"

'PLAK'

Satu tamparan keras menyentuh pipi putih Zoya, sangat keras sampai berdenyut di pipinya. Hanya senyum miring yang ada di wajah Zoya saat ini. Miris.

"Jaga bicara kamu!" Ujar Andre

"Tampar aku pa! Pukul aku sesuka papa! Tapi jangan pernah sekali pun papa kasar ke mama aku!" Teriak Zoya sambil menangis.

Sakit, pedih, dan sangat sesak dadanya melihat perlakuan ayahnya sendiri seperti ini kepadanya.

"Zoy... Cukup sayang," lirih Ratih yang masih duduk di lantai

"Engga mah! Gak boleh ada yang nyakitin mamah aku, termasuk papa sekalipun!" Ujar Zoya

"Lihat! Dia tumbuh menjadi anak yang tidak punya sopan santun Ratih! Ini semua karena kamu!" Maki Andre

"Aku begini karena papa! Bukan karena mamah!" Ucap Zoya tidak terima.

Andre tidak memperdulikan ucapan Zoya sama sekali, Ia pergi meninggalkan Zoya dan mamahnya yang masih menangis tersedu-sedu, entah apa yang ada di pikiran Andre itu.

Zoya langsung menghampiri mamah nya yang tergeletak di lantai, Zoya memeluknya erat, membiarkan sang mamah menangis di pelukannya.

"Mamah gapapa kan? Ada yang luka gak mah?" Tanya Zoya

"Engga sayang mamah gapapa, kamu sakit ya pipi nya? " ucap Ratih lirih sambil mengelus kepala putri tunggalnya itu.

Zoya mengangkat tubuh mamahnya menuntunnya agar duduk di sofa ruang tamu.
Zoya memandangi wajah mamahnya dan menggenggam erat tangan mamahnya yang sudah mulai mengerut menandakan penuaan.

"Mamah gak perlu pikirin ucapan papah tadi ya mah?" Ujar Zoya

Ratih tidak menjawab pertanyaan putrinya, Ia hanya menundukan kepalanya. Menangis.

Zoya yang melihatnya pun langsung memeluk kembali tubuh mamahnya, Zoya sudah menahan sekuat mungkin agar tidak menangis, tapi air matanya lolos begitu saja tanpa seizin nya.

"Mamah jangan nangis mah, everything it's gonna be okay, percaya sama aku ya?" Ucap Zoy meyakinkan mamahnya.

Zoya memutuskan untuk mengantar mamahnya ke kamar, membiarkan mamahnya itu beristirahat, tubuh mamahnya begitu lemas membuat Zoya khawatir akan keadaan nya.

Setelah mengantar mamahnya, Zoya kembali ke kamar, Ia duduk di hadapan cermin besar yang ada di kamarnya.

Pikirannya melayang jauh, memikirkan bagaimana nasib keluarga nya nanti, Ia juga tidak habis pikir bagaimana bisa papahnya itu tega menyelingkuhi mamahnya.

Zoya menarik nafas nya panjang lalu menghembuskan nya perlahan. Zoya mengulangi nya beberapa kali.

"Gue kenapa ya? Rasanya aneh. Dada gue sakit banget, gue kaya kehilangan sesuatu dari tubuh gue, gue rasanya resah banget. Gue kaya kehilangan arah?" ucap Zoya bermonolog. Tanpa disadari air mata Zoya kembali turun, air mata nya terasa hangat menyentuh pipinya.

Zoya melirik ke sebuah laci dan membukanya perlahan, tangan nya bergerak mengambil foto masa keluarga kecilnya, menatapnya. Betapa bahagianya mereka dahulu, tanpa sadar Zoya meraba laci itu dan mengambil sebuah silet kecil dari laci tersebut dan mulai menggoreskan benda tajam itu ke lengan tangannya.

Tiga goresan yang ia buat, membuat darah keluar banyak dari lengan putihnya. Setelah melihat darah itu Zoya langsung seperti orang yang tersadar dari sesuatu.

"Ha? Gue ngapain? Gue udah gila? Kenapa gue jadi kaya gini?" Ucap Zoya histeris akan hal yang ia lakukan, rasanya semua yang ia lakukan tadi di luar kendali nya. Itu terjadi begitu saja.

Zoya hanya melamun setelahnya, memikirkan apa yang terjadi kepada nya. Ia sudah merasakan hal aneh ini pada tubuhnya dari sebulan belakangan ini.

"Gue kenapa? Gue sakit? " Ucap Zoya lagi

"Engga gak mungkin! Gue baik-baik aja kok gue sehat iya gue sehat"

"Gue gak gila kan?"

To be continued

365Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang