6

25 2 0
                                    

It's amazing how you can speak right to my heart 
Without saying a word, you can light up the dark 
Try as I may I could never explain.

Ronan Keating - When You Say Nothing At All

-----------------------------------------------------------

"Putriii.... Gimana persiapan lu? Udah mantep belum? Eheh gua sampe sholat istikharah loh" ucap chandra dengan ciri khasnya.

"B aja, ah alay lu chan eheh"ucapku sibuk dengan buku-buku lagu yang chandra berikan.

"Zumpah! Lu tidak sedang mengobrol dengan sesuatu yang bisa disingkat-singkat loh put, heran gua"

"Apa sih maksud lu, gak paham gua ehehe... Lagian ya lu aneh aja sih, pake sholat istikharah segala eheh"

"Cape cape, gua mending ngurusin tim pameran gua aja ya, dari pada always and often debate dengan lu eheh" ucap chandra mengakhiri percakapan antara aku dan dirinya.

Jujur, aku sama halnya bingung. Roh ku sedang mencari celah dalam ensephalon untuk melihat bagaimana berjalannya waktu kedepannya. Namun bagaimana bisa, jika jiwaku saja sudah ciut terlebih dahulu sebelum roh ku mencari celah.

"Put, 5 menit lagi lu tampil, jadi persiapin diri lu sama tim bandnya. Lu bisa latihan sebentar di ruang studio band, tenang disana udah pada ngumpul ko. Gua tinggal ya" ucap cahyo mengingatkan.

Benar ya waktu-waktu sampai sekarang masih tidak bisa berdamai dengan Putri Shevaila. Dengan setengah hati ku langkahkan kaki menuju ruang studio band.

Ramai, yang kulihat di sepanjang koridor. Semua orang disibukkan dengan mempersiapkan event sekolah. Tapi apakah kesibukkan hati seseorang bisa berhenti?

"Putrii..." panggil Kevil yang tak jauh dari arahku.

"Ahah lagi gugup ya lu? Udah tenang aja, gua yakin lu bisa ko put. Muka lu jangan sok tenang deh kalo hati lu aja gak tenang ahaha" lanjut Kevin saat aku sudah berada di hadapannya. Memang kevin orang menyebalkan sehabis chandra. Lelaki macam apa Kevin?

Di dalam ruangan mataku langsung mencari gibran yang berada di sudut kanan ruangan. Entah, akhir-akhir ini pergerakan tubuhku selalu membawa menemuinya.

" guys Lima belas menit lagi kalian naik ke atas panggung!!"

Hiruk pikuk manusia seperti di pasar mungkin sama halnya dengan disini. Semuanya merasa bingung, merasa takut, merasa khawatir. Walaupun suhu ruangan memakai AC 3 sekalipun mungkin tak akan bisa meredam panas dingin yang tiba-tiba mencengkram.

🌹🌹🌹

"Okeh sebagai pemanis di pertengahan acara kita. Mari kita sambut Band Erato"

Hiruk piuk sorakan tangan serta semangat membara dari siswa siswi Taruna Bakti. Aku mencoba meminalisir degupan dari dalam tubuhku, yang memompa darah ke seluruh tubuh.

'Put...tarik nafas, lalu buang. Rileks ayo' ucapku dalam hati untuk meyakinkan diri sendiri.

Alunan musik sudah mulai mengiringi panggung. Diatas panggung tentu saja bukan hanya diriku. Ada Kevin yang bermain piano, Gibran bermain gitar dan Dino bermain drum selebihnya ada beberapa orang yang tidak aku kenal.

Tak pernah kusangka ini terjadi
Kisah cinta yang suci ini
Kau tinggalkan begitu saja
Sekian lamanya kita berdua

Tak kusangka begitu cepat berlalu
Tuk mencari kesombongan diri
Lupa sgala yang pernah kau ucapkan
Kau tinggalkan daku

Pergilah kasih
Kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu (pergilah kasih)
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Smoga tercapai sgala keinginanmu


Tak kusangka begitu cepat berlalu
Tuk mencari kesombongan diri
Lupa sgala yang pernah kau ucapkan
Kau tinggalkan daku
Pergilah kasih
Kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu (pergilah kasih)
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Smoga tercapai sgala keinginanmu
Kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu (pergilah kasih)
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu

Smoga tercapai sgala keinginanmu

Prokk....prokk...prokk

Tepuk tangan yang begitu meriah menyambar senyum kita semua. Mungkin manusia di luar sana harus lebih yakin akan kedepannya. Karena, kita tidak tahu apa yang terjadi. Dan yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar ekpetasi *alaynya.

Kami pun turun dari panggung dengan senyum hangat. Tidak dengan saat awal menaiki panggung. Melainkan, kami lebih hangat dan bahagia bisa pentas yang begitu luar biasa. Inilah yang disebut sebagai tim.

"Putriiii"

"Iya? Kenapa gib?" ternyata gibran aku kira siapa.

"Makasih ya, lu udah kerja keras buat yang tadi" ucapnya.

"Bukan gua gib, ini tuh berkat kerja keras kita semua berkat tim kita"

"Hmmm iya sih put, oh iya, lu liat kevin gak?"

"Gak tau deh gib, coba lu chat aja, gua lagi gak megang hp, gua duluan ya, kalo ketemua gua bilangin"

"Iya put makasih"

Kami sama-sama berlalu. Entah kenapa aku sedikit mengerti sifatnya. Apa mungkin karena aku INFP?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang