Chapter One: Heartbreak

33 2 0
                                    

"Noi!" seru seorang gadis bertubuh mungil dengan senang. Si pemilik nama menengok ke sumber suara dengan heran. Dari arah berlawanan, terlihat Feel berlari di antara keramaian pengunjung mall. Wajahnya memerah karena kelelahan. Rambutnya yang panjang terurai nampak tetap rapi meskipun dibawa berlari. Feel menghampiri cowok yang baru saja menyelesaikan pesanan customernya.

"Feel, Birthday Girl!" seru Noi tak kalah senang. Noi yang berdiri di dalam counter wrapping service langsung membentangkan tangannya. "Kok ada di sini? Congratulations, sayang!" ucap Noi sambil memeluk Feel dengan hangat.

Feel membalas pelukan Noi. Bagi Feel, Noi adalah sahabat terbaik yang dia pernah miliki. Dia menceritakan seluruh kisah hidupnya pada Noi. Termasuk tentang Chopy, cowoknya saat ini.

"Btw, entar malem dinner di mana?" Noi menggerak-gerakkan alisnya, menggoda Feel.

Wajah Feel langsung bersemburat merah. Feel menjawab dengan senyum tertahan.

"Chopy lagi di Hongkong. Balik nanti malem."

Mata Noi langsung terbelalak semangat mendengarnya. "Ciee.... Dapet kado apa dari Hongkong nih? Gue pinjem dooooong! Senengnya punya cowok kaya yang kerjanya jalan-jalan keliling dunia...."

Noi menyenggol Feel dengan bahunya. Matanya berputar jenaka, membuat Feel tertawa geli dengan tingkahnya. Feel membalas Noi. Dia menarik topi Noi hingga menutupi mata, membuat Noi mengerang karena kesal. Tapi sebelum Noi protes, Feel memberikan kejutan yang membuat dahi Noi mengernyit. Feel mengangkat tangannya, menunjukkan sebuah cincin berlian yang melingkar di ruas jari keduanya.

Dan seperti bisa membaca kernyitan dahi Noi, Feel langsung memberi penjelasan.

"Emang kekecilan sih, tapi ini Chopy kasih sebelum pergi. Bayangin, Noi..., di tengah kesibukannya ngurus kontrak, meeting, ketemu klien, dia masih sempet mikirin kado pre-birthday gini. Apa artinya kalo bukan cinta?"

Noi tidak menjawab. Dia hanya memutar bola matanya, kemudian manyun seolah iri dengan kebahagiaan Feel, padahal dia sangat senang melihat sahabatnya begitu gembira, apalagi di hari spesialnya saat ini.

Feel tersenyum melihat mimik lucu Noi. Dia menepuk bahu Noi sebelum berjalan menuju ke belakang counter dan mengambil sapu ijuk yang tersandar di dinding. Namun, saat Feel hendak mengayunkan sapunya untuk membersihkan sisa potongan kertas kado ber-glitter yang berserakan di lantai, Noi merebut benda itu dari tangannya.

"Feel, apaan sih?! Elo kan udah berhenti," sergah Noi, agak marah.

Feel menggigit bibir bawahnya, menatap Noi dengan rasa bersalah. "Noi... maaf, ya...." Feel memeluk Noi sekali lagi. "Gue nggak bermaksud ninggalin elo kerja sendirian di sini."

"Hei, gue juga kalo dapet cowok kaya yang baru dinobatin jadi taipan termuda taun ini juga cuma perlu satu detik buat say good bye ke kandang pita ini," kata Noi, sambil melepaskan pelukan Feel, lalu menatap Feel sambil senyum. "To be honest, gue denger gossip kalau counter ini bakalan ditutup. Udah nggak ada orang yang mau bungkus kado lagi."

Feel kaget mendengarnya.

"Trus elo kerja apa dong, Noi?"

Noi menyeringai. "Skill gue yang terbaik adalah bungkus kado. Mungkin gue bakal bikin youtube tutorial cara bungkus kado? Siapa tahu gue bisa ngetop kayak Marie Kondo."

Feel tersenyum senang mendengarnya. "Nah gitu dong, Noi!"

Mereka berduapun tosan. Noi tampak semangat.

"Kalau channel gue jadi, elo jadi guest gue yang pertama, ya?"

Feel langsung geleng-geleng kepala. "No, no, no. Gue nggak bisa di depan kamera."

Feel (Rate My Love, revisited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang