༉ུ one, 14 tahun menunggu
If you are not too long, I will wait here for you all my life.
- Oscar Wilde✧ ✧ ✧
disaat kau pergi, aku kira aku tak akan bisa bertahan lagi. kau lah satu-satunya alasan aku masih bertahan disini, melawan ketidak-adilannya dunia.
kau lah satu-satunya motivasi ku untuk hidup.
kau lah satu-satunya manusia, diantara lautan (sebenarnya bukan lautan juga sih, karena laut masih bisa menelan semua manusia) semua manusia ini.
maafkan aku.
karena setelah bertahun-tahun pun, aku masih tak bisa melupakanmu.
meski mungkin kau sudah melupakanku.
meski mungkin kau sudah memiliki hidup baru.
meski mungkin kau sudah memiliki sumber kebahagiaan baru.
tapi dahulu, (atau kalau tidak salah memang 14 tahun silam, maaf, memoriku memang buruk) kau selalu menjadi obat untuk semua luka-lukaku.
kau akan menjadi pil kortikosteroid-ku saat asma-ku kambuh.
kau akan menjadi benang saat luka jahitku terbuka lagi.
kau juga akan menjadi obat penenang saat aku mulai terlalu banyak berpikir lagi.
tapi nyatanya; kau pergi.
tapi terima kasih, dan maaf, bisakah kita bertemu lagi? setidaknya untuk terakhir kalinya?
↬ ° ༉ུ sᴄᴀʀs
seoul, 29 maret 2019
aku ingat dulu, jauh sebelum bibiku meninggal karena obesitas, (sayang sekali, karena beliau orang baik) ia pernah mengatakan padaku bahwa, if you go anywhere, even paradise, you will miss you're home, Malala Youfsazai.
dan kata-kata itu, selalu berhasil membuatku tertawa miris.
bukan, aku bukan menertwakan kata-kata itu ataupun bibiku, aku hanya menertawakan diriku sendiri, yang selama ini sendirian.
aku hanya memiliki 3 sahabat terdekat (dan mereka bahkan sudah menikah semua), pekerjaanku hanya sebatas author (meskipun cukup terkenal), dan bahkan orang tuaku tak mengakuiku sebagai anak mereka.
tidak, aku tidak mengeluh. aku masih bersyukur diberi kesemptan hidup oleh Tuhan.
hanya saja—
ah, tidak jadi. lupakan saja.
hari ini, aku memutuskan untuk melanjutkan draft untuk buku terbaruku yang fokus pada kepercayaan diri seorang remaja laki-laki. tempat pilihanku jatuh pada cake milik suami felix, 1/3 dari sahabatku.
aku pun kembali fokus melanjutkan naskah yang masih terpampang rapih di layar komputer milikku, sampai bel tanda orang memasuki cafe berbunyi.
awalnya aku tidak peduli, masih terus fokus, sampai secara tiba-tiba, sebuah suara menginturupsi.
"han jisung,?"
↬ ° ༉ུ sᴄᴀʀs
seoul, 29 maret 2005
han jisung, pemuda itu hanya terdiam dan menikmati semilir angin yang menerpa wajah manisnya. air mata masih terus berderaian deras—namun ia tak memedulikannya.