TWO CHAPTER : MESUM DI LORONG

33 11 14
                                    

Author POV'

SMA Satelit adalah sekolah yang sangat megah. Bisa dibilang cukup elite , sekolahnya yang sangat luas, dan murid-muridnya yang mengendarai mobil. Konon kalau nggak bawa mobil bisa-bisa mereka di bully.

Di SMA satelit terdapat tiga kantin, dan di kantin yang terletak di bagian tengah terdapat dua orang sahabat yang tengah menunggu Dimas di sana.
"Mana sih Dimas! Katanya mau makan di kantin ditungguin nggak datang-datang," gerutu Mega, yang paling males sama Dimas kalau ngajak makan ke kantin udah suruh nungguin suruh bayarin pula.

"Mungkin Dimas lagi ada urusan Meg," Bela Vanya.

Mega, melirik jam tangannya, "sebentar lagi mau masuk nih! Nggak jadi makan kalau begini ceritanya!" Keluhnya lagi.

Mega menyeruput pop ice yang telah ia pesan tadi, soalnya dia lapar nggak sempet pesan, mau pesan selalu dihalangi Vanya katanya "nunggu Dimas dulu!" Tapi Dimas nggak datang.

Kurang dua menit lagi bel masuk berbunyi, namun Dimas belum juga kelihatan batang hidungnya. Ketika mereka hendak pergi , seorang pria tinggi 190 cm itu berdiri di hadapan Mega dan Vanya. Wajahnya ganteng kayak Dimas Anggara, tapi seganteng dia tak pernah berarti bagi Mega. Apalagi kalau Mega marah wajah Dimas yang ganteng akan disamakan seperti boneka chucky dan Mega akan menyobeknya sekuat tenaga.

Mega membulatkan matanya melihat kehadiran Dimas yang sudah sangat terlambat. Dimas bukannya minta maaf , eh... Dia malah mengambil kasar minuman yang ada di tangan Mega. "Elu nih ya, ditungguin dari tadi! Dasar! Gua udah laper ini! Itu juga! Main ambil aja! Dari mana aja sih lo!" Kata Mega berdecak kesal.

"Maaf, tadi habis main basket sama Vino!" Serunya sambil garuk-garuk kepalanya.

Rasanya pengen mukul kepalanya pake sepatu, pikir Mega.

"Terus Vino mana?" Tanya Vanya.

Dimas menggeleng. "Nggak tau..."

"Terserah kalian!" Semprot Mega lalu menghentakkan kakinya ke lantai lalu pergi meninggalkan Dimas dan Vanya.

Dimas menatap Vanya bingung. "Kenapa sih nenek lampir? Marah-marah mulu?" Tanya Dimas seakan dia masih polos.

Vanya hanya menggeleng sambil mengangkat kedua tangannya.

Mega berjalan menyusuri koridor. Semua mata terpusat kepadanya, karena jarang sekali seorang wanita melewati koridor tengah yang di huni oleh para cowok jail. Sepertinya Mega salah jalur karena terbawa suasana dengan Dimas.

"Mampus ini koridor tengah!" Mega menepuk jidatnya keras.
Segera dia membalikkan badannya dan berniat untuk kembali ke kantin. Belum sempat kakinya melangkah Mega sudah di kepung dengan banyak pria brandal, pakainya lusuh, penampilannya acak-acakan.

"Aduh nyasar ya neng?" Kata salah satu pria.
Mega mulai panik, keringat dinginnya mulai menetes, tangannya membeku sedingin gurun es.

"Mau kemana neng?"
"Cantik amat sih.."
"Jangan takut dong, kita nggak gigit kok!"

Mega mulai panik dengan situasi seperti ini, dia ingin berteriak. Tapi, pasti tidak akan ada orang yang mendengarnya. Dengan keberanian yang cukup kuat dia tetap berjalan dan menabrak pria yang ada didepannya. Bukannya lolos Mega malah terpental jatuh tersungkur dilantai karena badan pria itu jauh lebih berisi ketimbang Mega.

"Kasihan banget sih neng, sini abang bantuin!" Kata salah satu dari mereka yang berjongkok dan mencolek dagu Mega. Reflek tangan kanan Mega menampar pria yang berada didepannya sampai pria itu mengerang kesakitan.

"Berani lo sama gua?" Kata pria yang ditampar Mega tadi sambil mencengkram erat lengan Mega. Tubuh Mega bergetar hebat dia berdoa semoga ada malaikat yang menolongnya dia memejamkan matanya karena dia sudah tak sanggup lagi untuk melihat situasi seperti ini.

"Jangan kurang ajar dong sama cewek!" Tiba-tiba terdengar suara pembelaan, Mega membuka matanya dan melihat kearah pemilik suara tadi.

"Dimas.." lirih Mega. Mega sudah terkapar lelah, tenaganya sudah terkuras habis akibat perlawanannya tadi.

"Apa lo ikut campur urusan orang!" Bentak pria yang berbadan kekar yang juga ikut berpartisipasi dalam menggoda Mega.

"Lepasin cewek itu atau gua laporin guru BK!" Ancam Dimas. Ya ampun Dimas ini bukan saatnya lapor laporan kayak anak kecil, lawan dong.

"Laporin aja! Anak kelas 2 aja udah sok-sokan!"
"Emang kenapa kalau gua kelas 2? Masalah? Emang Lo pikir gua ga berani sama lo pada! Ayo maju satu lawan satu!"
"Ayo!"
Pria berbadan kekar yang tadi di tampar Mega langsung berdiri dan menghampiri Dimas. Mereka memasang kuda-kuda tanding, pria brandal itu mengepalkan tangannya dan bersiap meninju Dimas, belum sempat tinjuan itu mendarat, Dimas sudah berteriak, "PAK GIMANNNNNNNNNNN" membuat semua anak brandal disana lari terbirit-birit. Ancaman terhandal yang di gunakan Dimas.

Segera Dimas menghampiri Mega yang masih dalam posisi yang tidak bisa dibilang baik. "Lo gapapa Meg?"
"Gapapa pala lu botak! Nih liat! Dengkul gua lebam!" Kata Mega menunjukkan kearah Dengkulnya yang lebam akibat perlawanannya tadi. "Makanya lain kali kalo lewat jalan itu jangan lewat sini!"

"Terus kenapa lo lewat sini?"
"Gua kan cowok! Emang mereka mau godain gua? Ya nggak lah!"

Zona WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang