Nobume bernafas makin berat, wajahnya memerah dan banyak keringat yang keluar dari kulit wajah dan bahunya. Ada perasaan meledak-ledak dibawah perutnya, membuatnya merasa gelisah dan tidak bisa berpikir dengan jernih.
Dari sofa yang dia duduki terdengar suara ribut-ribut derap kaki dan beberapa orang yang terlihat memakai seragam polisi khusus membawa para tersangka. Gadis itu bangkit kemudian menghela nafas berat dan mencoba mengendalikan dirinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Bansai yang sudah disebelahnya.
Dengan berat dia menjawab, "Hh.. Ya."
"Kau sudah sangat mabuk, aku bisa mengantarmu." Nobume menggeleng. Dia tidak mau mengambil resiko setelah dia tau apa yang terjadi padanya. Aphrodisiac. Pria tua sialan itu pasti yang melakukannya. Harusnya dia sudah menyadarinya dari awal, tapi justru terjebak karena kepercayadiriannya itu dan kini membuatnya merasa butuh melakukan sesuatu untuk menyalurkan hasratnya yang meledak tidak normal.
Kamui tampak tersenyum setelah mengantar tersangka yang terakhir keluar kemudian berbalik, dia mendapati Nobume tampak memaksakan diri untuk berjalan. "Kau mau kemana?"
"Saya harus memesan tempat untuk istirahat, saya tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini." ucapnya dengan berat tanpa menatap.
"Aku bisa-"
"Tidak. Tidak.. terimakasih. Aku tidak mau merepotkan siapapun." Nobume berjalan meninggalkan dua orang yang berada diruangan itu. Saat menuju bagian reservasi dia berpapasan dengan Yamazaki.
"Nobume-san.. Kau-" Gadis itu melambai tidak ingin ada orang yang mengajaknya berbicara lagi. Dia sudah pada batasnya, tidak memiliki tenaga apapun. Yamazaki hanya mengangkat alis heran kemudian menyusul ketempat Kamui.
Yamazaki berpapasan dengan Kamui dan Bansai yang sudah keluar, dia menyapanya dan ikut bergabung. "Aku lihat Nobume-san tidak baik. Apa tidak apa-apa membiarkannya sendiri?"
"Itu yang dia minta, jadi biarkan saja. Dia hanya mabuk, istirahat sebentar dia juga akan segera pulih." jawab Kamui santai, tiba-tiba dia merangkul kedua anak buahnya. "Bagaimana kalau setelah ini kita makan besar? Bansai yang traktir!"
"He? Kenapa aku?" tanya Bansai tidak terima.
***
Bar Xuan merupakan tempat yang berada di lantai tertinggi dari hotel yang memiliki 20 lantai. Dibawahnya ada restoran dan tempat pelelangan dan lantai sebelumnya hingga lantai tiga merupakan fasilitas kamar tidur dengan berbagai jenis pelayanan.
Kamui melambaikan tangan pada Abuto dan Matako begitu iya keluar dari lift. Mereka sudah sampai rupanya. Tanpa sengaja dia melihat lift yang berhadapan dengan lift yang dia naiki terbuka. Sekilas dia melihat Nobume sedang bersandar sendirian, dia melirik orang yang masuk ke dalam lift. Seorang pria. Dia sedikit berpikir, harus kah dia menemaninya hingga tempatnya. Gadis itu tampak lemah.
"Taichou?" panggil Abuto yang heran kenapa bosnya diam saja. Kamui tampak menoleh dan terlihat bingung dan terus melirik pintu lift depannya yang hampir tertutup.
"Kalian duluan saja!" cepat-cepat dia menahan lift kemudian masuk. Menyisakan kebingungan pada bawahannya karena mereka tidak menyadari jika ada Nobume di lift itu.
Kamui masuk di dalam lift dan langsung menghampiri Nobume. Dia menarik lengannya, membuat Nobume berdiri dengan tegak.
"Taichou?" gumamnya setelah menoleh dan menatap wajah Kamui yang tampak samar, namun rambut terangnya yang sangat mudah dikenali.
"Dimana kamarmu?"
"1004."
***
Kamui dan Nobume sampai di lantai 10. Pria itu memapah Nobume sambil mencari nomor kamar gadis itu. Mereka menemukan kamar 1004 dan berhenti di depannya. Gadis itu menjauh dan dari Kamui dan bersandar pada pintu sambil memeluk lengannya dengan wajah merah.
"Terimakasih, Taichou. Maaf sudah merepotkanmu."
Kamui tersenyum dan mengangguk. Dia menyerngit mendapati Nobume yang terlihat tidak baik.
"Aku pikir kau demam." tiba-tiba Kamui mengulur tangannya menyentuh kening Nobume membuat gadis itu tersentak, keringatnya mulai terproduksi tidak normal. "Kau juga berkeringat." tangan pria itu berpindah mengusap pipinya.
Untuk pertama kali, Nobume merasa kalah dengan dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri sentuhan Kamui yang terasa sejuk membuatnya merasa nyaman. Tanpa sadar dia memegang tangan Kamui yang ada dipipinya.
"Aku penasaran," Kamui menatapnya dengan menaikan sebelah alisnya. "Kau memang tidak tau atau sengaja menggodaku, Taichou?"
Kamui tersenyum manis hingga matanya ikut tersenyum. Nobume masih berekspresi sama, dia melepas tangan Kamui dan membuka pintu.
"Kalau begitu, aku menganggap kau sedang menolongku." ucap Nobume sambil membawa pria itu masuk.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah masuk kedalam kamar,, Nobume segera menggapai bibir Kamui dengan bibirnya tidak peduli jika pria yang dia serang terkejut karena tindakanya yang mendadak.
Gadis itu menekan kedua belah pipi Kamui dengan kedua tangannya memaksa pria itu membuka mulutnya. Pria itu tampak kewalahan, dia mendorong Nobume cukup kasar membuat tautan panas mereka terlepas.
Dengan terengah Kamui memegang kedua bahu Nobume, "Tunggu! Aku punya harga diri yang cukup tinggi. Kau membuatku dalam posisi yang menyedihkan, Nona. Aku tidak menerimanya."
Nobume terdiam sebentar kemudian tertawa renyah. "Memang apa bedanya? Kita sama-sama menikmatinya."
Kamui tampak tidak sedang, namun tidak menunjukan jika dia benar-benar marah. Mungkinkah dia merajuk? Sungguh? Disaat seperti ini?
"Kekanakan." gumam Nobume. Dia menarik dasi Kamui membuat pria itu menatapnya dengan terkejut. "Then, lead the way."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Secret X Mission Imposibble
General FictionTrilogi dari FF Love In Secret X Sexy Night. Pair Kamui X Nobume Warning! OOC kelas berat. Nobume Imai. Gadis itu disebut-sebut sebagai lulusan terbaik Akademi Intelegent FBI di wilayah kerja negara China. Dia dipilih sebagai anggota baru Tim Khusus...