Orde Baru Membunuh Sukarno Pelan-Pelan Bagian III

401 17 0
                                    

Akhir Miris Bung Karno

Sukarno masih tampak tegar pada awal-awal masa pengasingannya di Wisma Yaso. Kepada Sidarto Danusubroto, ajudan yang tetap setia menemaninya selama menjadi tahanan rumah, Bung Karno menegaskan bahwa dirinya bisa dikucilkan, dijauhkan dari keluarga, bahkan ditahan, dan lama-lama akan mati sendiri.

"Tapi catat ya, To," kata Bung Karno seraya menatap Sidarto dengan raut muka yang tegas, "Jiwa, ide, ideologi,an semangat tidak akan dapat dibunuh!"

Namun, ketegaran Sukarno lama-kelamaan kian meluruh. Sidarto mengungkapkan penderitaan Presiden RI pertama itu. "Saya disuruh ke sana ke mari untuk mencari duit, sebab Bung Karno tidak pegang duit," ungkapnya seperti dituliskan Ully Hermono dan Peter Kasenda dalam Heldy: Cinta Terakhir Bung Karno (2011:203).

"Sewaktu disuruh mencari duit itulah, saya sempat bingung dari mana bisa memperolehnya, sebab orang-orang dekat Bung Karno sewaktu saya dekati malah lari semua. Mereka takut. Hanya satu-dua orang yang masih setia," lanjut Sidarto.

Pernah suatu kali, Sidarto berhasil mendapatkan sejumlah uang. Kesulitan justru terjadi saat hendak membawa uang itu ke Wisma Yaso karena penjaga pastinya tidak memperbolehkan. Sidartak hilang akal. Ia memasukkan uang itu ke dalam kaleng biskuit, lantas diberikannya kepada Megawati.

"Mbak Mega yang membawa masuk (uang tersebut). Mbak Mega kan bisa beralasan mengunjungi ayahnya," kenang Sidarto (hlm. 204).

Menurut Wimanjaya K. Liotohe dalam Prima Duka: Pembantaian Manusia Terbesar Abad Ini (1997), sejak pertengahan 1969, seluruh kunjungan keluarga dilarang dengan alasan Bung Karno telah resmi berstatus tahanan dan sedang dalam proses pemeriksaan mengenai keterlibatannya dalam peristiwa G30S (hlm. 46).
Seminggu sekali, datang seorang perwira yang ditugaskan menginterograsi Bung Karno sepanjang hari. Tak hanya itu, penjagaan pun diperketat yang membuat geraknya semakin terbatas. Situasi seperti ini membuat Bung Karno tambah depresi. Ia bahkan mulai sering meracau, berbicara sendiri. Kesehatannya pun kian menurun.

Pada 16 Juni 1970 malam, Bung Karno tak sadarkan diri dan nyaris sekarat. Ia segera dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto. Di rumah sakit, Sukarno ditempatkan di sebuah kamar dengan penjagaan berlapis.

Hanya beberapa hari Bung Karno sanggup bertahan. Tanggal 21 Juni 1970 pagi, pemimpin besar revolusi itu menghembuskan napas penghabisan dalam status sebagai tahanan politik Orde Baru.
Begitukah cara Soeharto melengserkan Soekarno?

Begitukah cara Soeharto melengserkan Soekarno?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sc:Tirto.id

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Orde Baru Membunuh Sukarno Pelan-PelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang