V

20 2 0
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Bulan dan Bintang menjadi semakin jauh. Lebih tepatnya Bulan yang menjauh. Bintang masih bersikap seperti biasa. Hanya saja, sudah banyak posisi Bintang yang tergantikan oleh Bumi. Seperti mengantar jemput dan menemani Bulan ke perpustakaan. Bintang marah? Tentu, tapi dia bisa apa? Bulan bukan hak mutlak dirinya. Bulan bebas dekat dengan siapa saja. Kenapa dia harus marah?

"Bintang!"

Bintang menolehkan pandanganya dan mendapati Bulan tengah berlari kearahnya. Bulan berdiri didepannya seraya menyunggingkan senyum manis. Bintang membalas senyuman Bulan. Bulan menyerahkan sebuah kotak makan bewarna hitam, warna kesukaan Bintang.

"Buat kamu," ucap Bulan.

"Oh? Makasih," Bintang menerimanya dengan senang hati.

"Aku ke kelas dulu, bubay!" Bulan melambaikan tangannya.

Lagi-lagi Bintang hanya bisa menatap punggung itu pergi. Punggung sempit yang selalu menjadi sandarannya, punggung sempit yang selalu dirangkulnya. Bulan memekik senang ketika bertemu dengan Bumi. Dengan santainya, Bumi merangkul bahu sempit Bulan. Bintang terdiam. Ada rasa sakit yang menjalar dihatinya. Seakan ada semut yang perlahan-lahan memakan hatinya. Bintang menatap nanar koridor yang mulai sepi. Satu persatu siswa mulai masuk kedalam kelasnya, meninggalkan Bintang yang masih dalam posisi yang sama.

***

Bel istirahat berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Ratusan siswa sudah berada diluar kelas, ada yang pergi ke kantin, pergi ke perpustakaan, atau hanya keluar kelas untuk mencari udara segar. Namun berbeda dengan Bintang. Cowok itu masih asik memandangi kotak makan yang diberikan Bulan tadi pagi. Jarang-jarang Bulan memberikan dirinya sekotak bekal tanpa cowok itu minta.

"Woi! Bengong aja, nggak mau ke kantin?" tanya Ares.

"Nggak"

"Galak amat," ucap Ares.

"Yakin gamau? Nitip apa gitu?" tanya Eros.

"Susu coklat aja"

"Yaudah, kita pergi dulu"

Setelah kepergian duo kembar itu, Bintang menghela nafasnya. Perlahan dia membuka kotak bekal yang diberikan Bulan untukknya. Bintang mengambil satu roti isi yang ada didalamnya. Satu gigitan telah berhasil dilakukan. Namun itu tak berlangsung lama. Dikunyahan pertama Bintang buru-buru mengeluarkan gigitan roti tersebut.

"Sialan," desisnya.

Bintang mengambil potongan lain, membukanya dengan terburu-buru dan terkejut melihat isinya. Selai kacang dengan sedikit taburan keju. Bintang menghela nafasnya, lagi. Bintang alergi kacang-kacangan dan dia sangat tidak menyukai keju. Tapi sekarang? Bulan memberikan makanan yang paling dibencinya. Seingat Bintang, ia sudah berulang kali mengatakan hal tersebut kepada Bulan.

Ditempat lain, Bumi dengan tenang membuka kotak bekal yang diberi Bulan. Bulan yang duduk disampingnya tersenyum senang karena berhasil memberikan bekal untuk pujaan hatinya. Bumi mengambil sepotong roti, membuka lapisannya dan menatap Bulan penuh pertanyaan. Bulan yang ditatap begitu pun mau tidak mau melihat kearah roti yang dipegang Bumi. Bulan terkejut melihat roti yang dipegang Bumi ternyata beselai coklat nuttela.

"Santai aja, gue memang request selai kacang, tapi bukan berarti gue nggak suka selai coklat," ucap Bumi lalu memasukkan satu potong roti yang dipegangnya secara bulat-bulat.

"Maaf, Bumi. Kayaknya bekal kamu ketuker sama punya Bintang. Maaf banget," ucap Bulan.

Bumi terkekeh pelan. Dimasukkan kembali satu potong roti kemulutnya secara utuh-utuh. Hal itu mengundang pekikan protes dari Bulan, "Kalo nggak suka nggak usah dimakan!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang