Tentang Kesempatan

505 73 0
                                    


"Kenapa harga obatnya naik dua kali lipat. Apa- apaan ini setiap aku beli obat disini kau selalu menjualnya sangat mahal?! "

"Maaf nona, harga obat memang mahal. Kalau kau tidak mau beli ya sudah aku akan menjualnya ke orang lain?!"

(Y/n) gigit bibir, harga obat ibunya terlalu mahal. Setara dengan penghasilannya hari ini. Tidak ada uang sisa untuk makan besok. (Y/n) berfikir keras, dengan pasrah dia memakai semua uangnya untuk membeli obat.

Untunglah masih ada roti dirumah untuk ibu. Tidak apa aku tidak makan, yang penting ibu bisa sembuh. Batin (y/n).

Kota bawah tanah, kota penjahat dengan pasar gelap yang merajalela. Walaupun pengahsilan pasar gelap sangat berlimpah, berbanding terbalik dengan kesejah teraan rakyatnya. Kebutuhan pokok sangat mahal, kualitasnya pun kadang tidak bagus. Kota pembuangan yang penuh sampah.

Kapan ya aku bisa keluar dari tempat busuk ini. Lihatlah tanah diatas pun sudah kelihatan rapuh. Bagai mana kalau tanah itu tiba -tiba runtuh?  Batin (y/n) nelangsa.

Kota ini selalu gelap, hanya obor yang menyala remang-remang di pinggir jalan.

(Y/n )melihat padatan tanah di atanya. Matanya menerawang menembus lapisan tanah, menebak, betapa indahnya langit biru. Setebal apakah awan itu. Dan sebanyak apa Bintang di langit, ratusan ribu atau jutaan.

Sekilas ada seutas tali yang tiba tiba membentang cepat di atasnya. Mata (y/n) menyipit, hampir dia berteriak saat ada orang terbang di atasnya. Mulut (y/n) terbuka membentuk huruf o.

Tanpa berkedip dia melihatnya, laki-laki dengan rambut hitam legam bersama dengan dua temannya. Terbang bebas.

Wush, secepat angin mereka terbang. Kepala (y/n) mengikuti ke arah mereka bertiga terbang. Sedetik. Hanya sedetik saja laki -laki berambut hitam legam itu melihat ke arah (y/n) dan sempat mata keduanya saling bertemu.

"Kau?! Apa kau melihat tiga orang terbang? Kearah mana mereka terbang tadi? "

Seorang dengan seragam kepolisian bertanya dengan nafas yang masih ngap-ngapan. (Y/n) menggelengkan kepalanya, dan meminta maaf karena melamun. Kemudian jari tangannya menunjuk kearah ke tiga manusia terbang itu pergi.

Polisi itu mengerti dan kemudian pergi meninggalkan (y/n).

"Mereka tadi siapa ya? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Enak sekali hidup mereka, mereka bisa terbang. Seandainya aku juga bisa terbang pasti aku akan membawa ibu pergi dari sini. "

Genggaman tangannya menguat, meremas plastik berisi obat.

"Apa hidupku akan seperti ini terus? Ne, ibu, cepatlah sembuh supaya aku tidak lagi bekerja di tempat itu lagi. "

Tangannya mengusap kasar air mata. Dan kemudian (y/n) kembali melangkah menuju rumahnya.

SUNSHINE (Levi X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang