(Y/n) berdiri diam di depan pintu rumahnya. Dia menggerak-gerakkan bibirnya, keatas, kebawah, ke kanan dan kekiri. Komat-kamit dia menyembunyikan wajah sedihnya di depan ibunya. Hampir setahun dia bekerja di sunshine, dan dia tidak pernah sekalipun bilang ke ibunya tentang pekerjaannya itu.Menurutnya membicarakan pekerjaan itu sama saja memperburuk keadaan. Waktu ibunya bertanya dengan pekerjaannya (y/n) menjawab dia bekerja di bar dan di pasar. Paginya bantu jualan di pasar dan malamnya jadi pelayan di bar.
Ibunya mengangguk percaya, (y/n) duduk dengan bernafas normal yang tadi sempat di tahannya.
Yang pertama seratus persen bohong, tapi yang kedua tidak sepenuhnya bohong. (Y/n) memang bekerja di bar, sunshine juga punya bar yang besar dan sudah terkenal di kota bawah tanah. (Y/n) juga bekerja jadi pelayan tapi bukan pelayan yang mengantarkan bir ke pelanggan, melainkan pelayan yang memberikan servis plus-plus ke pelanggan.
Jika kantongmu tebal pelayan servis untukmu akan lebih handal.
Ya seperti itulah kenyataannya.
"Ibu aku pulang. "
"Selamat datang (y/. Bagaimana pekerjaanmu? "
"Hehe ya gitu lah bu, di pasar rame banget. Sampe pegel pinggang (y/n). "
"Kamu ini, jangan di paksain kalau kerja. Sini ibu pijitin. "
Deg.
Gawat. Kalau ibu lihat bekas kissmarkku pasti bakal di tanyain aneh -aneh. Batin (y/n) gelisah.
"Eng.. Enggak usah bu. Nanti ibu kecapekan. Obat ibu udah abis kan? Tadi aku sekalian beli obat untuk ibu, di pake ya."
Raut muka ibu (y/n) berubah. Tergambar jelas raut tidak tega dan bersalah. Karena penyakitnya ini dia tidak bisa berbuat apa apa. Bergerak saja rasanya mati rasa. Dia tidak pernah keluar rumah, luka di kakinya karena terjatuh dari kereta kuda dulu setiap hari kian lebar. Lukanya sudah tetanus parah. Tidak ada jalan lain selain operasi.
Tapi lihat lagi kehidupan di kota bawah tanah ini. Bisa makan sehari sekali saja seperti ketiban rejeki nomplok. Dari mana dia bisa operasi kalau nyari uang buat makan aja susah.
Hanya obat merah saja yang dia pakai, memang tidak banyak berpengaruh. Namun, setidaknya bisa sedikit mengurangi pelebaran infeksinya.
"(Y/n)? "
"Iya ibu. "
"Maafin ibu, kalau selama ini selalu ngrepotin kamu. Pasti kami capek pergi kerja nyari uang. "
(Y/n) tersenyum tulus kearah ibunya. Pegal-pegal di tububnnya bukan karena ibunya. Melainkan ini karenanya sendiri. Walaupun harus bekerja kotor, apapun akan di lakukannya demi ibu.
(Y/n) berdiri yang tadi sempat duduk di kursi memandang lamat lamat raut muka ibunya yang sangat sendu. Di pelungnya erat wanita yang telah melahirkannya di dunia ini.
Walaupun dunia ini kejam setidaknya dunia ini indah jika ibu selalu bersamaku. Bisiknya pelan.
Ini memang takdirnya. Takdir yang harus diembannya seumur hidup. Setelah ayahnya meninggal dalam misi yang katanya untuk kebebasan dunia.
Hanya di bayar dengan sekantung kecil uang, ayah (y/n) pergi meninggalkan rumah meninggalkan ibu dan (y/n) yang masih kecil.
Sudah sepuluh tahun tidak ada kabar dari ayahnya. (Y/n) menjadi berfikiran kalau ayahnya sudah meninggal.
"Aku udah lari sejauh mungkin. Namun, takdir ku yang brengsek ini selalu mengahntui."
Orang atas memang tidak pernah tau, begitu kerasnya hidup di kota bawah tanah. Mereka trus mencari siapa saja yang mau menjadi umpan titan, dan akan di bawanya ke atas. Dengan iming- imingan bisa melihat dunia, banyak orang yang tertipu dan kembali hanya tinggal namanya saja.
Setiap hari hanya malam yang dia rasakan. Matanya menatap keatas, menebak apakah diatas sedang siang apa malam. Tidak ada jawaban. di atas sana hanya tumpukan tanah kotor yang menjijikan.
Perut (y/n) berbunyi, keras. Wajahnya meringis menahan lapar karean dua haru belum makan. Ibunya sudah tidur di kamar. Karena lapar (y/n) jadi terjaga.
Suara perut semakin keras, cacing memberontak mungkin berdemo minta jatah makanan.
"Ugh lapar sekali. Mana nggak punya duwit lagi. Nyari pelanggan juga susah banget. Sial...siaaaaaaal. Kalau saja aku tidak melanyaninya pasti aku tidak akan susah seperti ini. "
Frustasi (y/n) mengacak -acak rambutnya kasar. Dia menyesal sudah menerima pelanggan yang tanpa ia tahu menularkan penyakit waktu Cinta satu malam kemarin.
Di atas sana, dengan sikap penuh wibawa dia duduk sambil membaca kertas laporan di meja. Matanya melihat awas setiap deretan kalimat pada kertas.
"Bagaimana tempat rekomendasiku kemarin? Apa ada yang bisa memmuaskanmu? "Tanya mike.
Dia meletakkan kertas itu dan mendengus. "Tentu saja ada. Dan sekarang aku sangat tergila-gila dengannya. "
"Apa kau memakai pengaman ?kasihan perempuan itu jika terinfeksi juga. "
Dia tertawa keras. Mike menggelengkan kepala tidak mengerti dengan kelakuan aneh sahabatnya itu.
Sambil menyeringai dia berkata,
"Tentu saja tidak mike. Aku udah bilang kan, kalau aku suka dengannya. Aku ingin ,jika aku mati perempuan itu juga ikut mati. Aku tak ingin terlepas darinya, dia cinta sejatiku. Aku baru saja merasakan jatuh Cinta, mike, apapun aku lakukan agar dia selalu bersamaku. Titik. "Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSHINE (Levi X Reader)
Teen FictionWarning: ini cerita lama dan bahasanya masih amburadul. Mohon untuk tidak membacanya!! (Y/n) tidak pernah menyangka kalau takdir yang selalu dia benci bisa mempertemukannya dengan Levi. Cowok yang telah membuatnya kaluar dari dunia gelap Kota Bawa...