1🌷

25 4 0
                                    

Aku tidak minat jatuh cinta, jika tidak padamu

Kurang dari satu detik saja gerbang biru navy itu pasti sudah tertutup. Kalau bukan karena nana yang baik hati dan super polos ini mungkin pak ahmad sang satpam sudah membawanya ke ruang Bk. Pak ahmad memang sudah mengenal keluarga hansyah sejak dulu wajar jika pak ahmad memperlakukan nana begitu berbeda dengan murid lain. Tidak hanya itu nana adalah murid yang jarang sekali terlambat. Biasanya saja pukul 06:00 kurang sudah duduk di mejanya.

Ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan yang begitu panjang. Namun nana telah menorehkan kesan buruk dengan keterlambatannya itu.jika bukan karna ayahnya yang sangat sayang padanya mungkin dia telah membunuh orang yang tidak membangunkannya pagi ini.

"Nana woiiii nana .... Nana budek sumpahhh gueee kangennnn batdahhh gilaaa, putihan lo pakek masker apaa masker gelatin? Btw, tumben telat? Ahbodo rindu kali akuni" celotehan vanya yang tidak henti sampai nana melepas pelukan yang dari tadi memeluknya sangat erat hingga bernafas saja butuh tanaga dalam.
"tadi ayah gak bangunin nana, jadinya, nana telat" jawabku santai sambil menaruh tasku di meja." Mendengar itu vanya hanya ber oh ria sambil memainkan ponselnya.

Vanya adalah Satu satunya temanku yang dipercayai ayah untuk menjaga ku di sekolah. Bagaimana tidak aku sudah mengenalnya dari umur 0 tahun. Wajar dia menganal ku begitu dalam. Memang bisa dibilang aku dan vanya sangat bertolak belakang. Vanya adalah wanita paling banyak tingkah dan cerewet. Sedangkan aku hanya berbicara jika itu memang penting.

Jam menunjukakan pukul 12:00 jam istirahat. Semua murid berhamburan keluar untuk mengisi perut yang sejak dari tadi berbunyi tak henti.
"Na Mau kantinn gak?" tanya vanya, tanpa menunggu jawabanku dia langsung menarik tangaku "udahhh ah pasti gak mau. Dasar manusia purba keluarr gitu kenal kenalan sama anak lain. Gak usah kayak alien deh lo. Satu sekolah yang besar kayak satu kabupaten ini lo cuman kenal gue kan? parah sedih batdah hidup lo. Pen nangis gue jadinya" yaa kurang lebih begitu yang dia katakan sampai tiba dikantin.

"Vaa, kan nana gak mau ke kantin" ucapku sambil melepas tarikan yang sedari tadi mengikatku erat
"Udahh duduk gue pesenin makan" ketusnya sambil meninggalkan meja kantin

Setelah beberapa menit datanglah dua piring siomay dengan dua gelas air mineral. Vanya memang tau kalo aku sangat menyukai siomay. Tapi tak pernah berani untuk pergi ke kantin sendiri. Vanya melahap siomay itu tanpa berkata satu pun dia bagaikan telah bertemu dengan pawang mulut bawelnya itu. Memang tidak dapat dihindari siomay milik mang asway sangatlah melebihi siomay buatan restaurant ternama.

Di tengah acara makan yang sangat hening itu. Ada satu hal yang menarik perhatian ku selain siomay di piring merah muda itu. Terlihat dua orang lelaki sedang melahap soto ayam dengan es teh di meja paling depan tapi tetap saja aku bisa melihatnya dengan samar. Yang satu terlihat bertubuh tinggi dengan rambut cepak keatas. Yang Satu lagi dengan tubuh jauh lebih pendek dan kulit sawo matang.

"NA... Woii nana gila yaa alien satu ini selain di wc lu juga suka ngelamun di kantin. Parahh jadi ini yang buat lu pinter. Baru tau gue" ucapnya dengan lantang hingga membuyarkan pandanganku

"vanya kenal dia?" Tanyaku dengan pelan. Takut jika ada yang mendengar suaraku
"Siapa sihh banyak orang disini kamprett" jawbanya seraya megedarkan pandangannya mencari orang yang ku maksud
"Ituu yang duduk disana" jari telunjukku menunjuk bangku kedua lelaki yang sedang asyik bercanda sambil menikmati makan siangnya tersebut.
"Ohh. itu adnan sama arfa ngpaa mangnya? Tanya sambil menyuap siomay terakhirnya itu
"Yang duduk sebelah kiri  itu arfa ya apa adnan? tanyaku lagi
"Arfa.Ngpa sihh woi. Baru kali ini lo mau tau nama orang lain" tanyanya menyelidik
"Enggak kok,nana kesian aja makannya sedikit banget, gak punya uang kali ya buat beli makan " jawabku tegas tapi malah dibalas tatapan menyelidik vanya. Sialnya aku lupa bahwa vanya sangat tau kapan aku bohong. Aku sempat berfikir dia itu indigo tapi bocah sebawel dia tidak mungkin dianugerahi indigo.
"Bohongg!!!" Ucapnya sambil menampar halus pipiku. Aku tidak membalas perkataannya. Toh memang benar aku bohong. Yang jelas sejak pertemuan ku dengan lelaki dikantin tadi aku tidak tau kenapa aku bisa tertarik mengenai dia. Aku suka caranya menatap.

Thank U nEXtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang