Biarkan aku memendamnya, setidaknya sampai rasa ini hilang atau aku yang akan hilang .
Pagi ini nana berangkat lebih awal. Bukan karna tanpa alasan. Semalam ia sibuk memikirkan perasaanya. Dia sibuk meyakinkan dirinya bahwa dia hanya kagum dengan sosok arfa ari narendra.
Pukul 06:30 nana sudah menduduki singgahsana pribadinya itu."Nana yaampunn mimmpi apahhh lo, bangun pagi amat yakk. Jatah buka kunci gerbang lo hahaha" teriak vanya dari depan pintu. Sontak membuat nana yang sedang membaca novel melemparkan novel kesayangannya itu ke segala arah.
"Vanya kenapa sihh teriak teriak? Gausah histeris bisa kan? Lagian nana juga sering brngkat pagi" jelasnya dengan wajah yang terlihat sangat kesal
"Yaa maap sihh na, gak sengaja gue. Kaget juga tadi tuhh, eh na ntarr ke kantin lagii yaa, siapa tau ketemu arfa kan hehehe" nana sangat tidak ingin mendengar ini tapi bagaimana caranya menolak.
"Nana bawa bekal, gimna ya va, nana makan dikelas ajaa deh"alibi nana sembari menunjukkan bekalnya kepada vanya
"Bodo yaa, kan bisa makan dikantin. Pokoknya temenin gue. Okeeokee . dan lo taukan vanyara claudya tata tidak menerima penolakan " jelasnya dg penuh penekanan terutama pada nama kebanggaannya itu.
Jika sudah seperti ini hanya pasrah yg bisa nana lakukan. Semoga jantungnya tetap stabil saat nanti ia bertemu arfa.
Bel istirahat telah berbunya sejak 5 menit yg lalu. Dan sekarang kedua gadis remaja iti sedang sibuk mencari tempat untuk menyantap makan siang mereka.
Vanya memilih duduk di tengah kerumunan kantin. Memang tersedia satu meja panjang kosong dengan 4 buah bangku . nana yg sedang asyik memakan bekalnya sembari berselancar di media sosial membuat vanya bosan. Ditambah lagi sang pujaan hati vanya (maksutnya pujaan hati mereka) belum memasuki area kantin
Setelah jam istirahat hampir selesai. Seorang laki-laki tegap menghampiri area kantin menggunakan baju olahraga yang terlihat basah. Sepertinya memang jam olahraga mereka sangat melelahkan hari ini.
"Naaa ituu arfa, gilaak makin ganteng aja pangeran gue" ucap vanya sembari menopang kedua pipi tirusnya.
"Iya nana tau" nana menjawab tanpa beralih sedikitpun dari ponselnya. Dia tidak ingin melihatnya. Dia tidak suka. Lebih tepatnya menahan rasa sukanya
"Na lo janjikan mau bantuu gue"vanya menurunkan ponsel nana yg sedari tadi sangat menjebak matanya itu
"Janji?APA?kapan?ngapain?gak pernah deh kayaknya nana buat janji sama vanya?" ucapnya sembari menarik kembali ponselnya ke dalam cengkraman tangannya.
"Menurutlo bukan janji tapi sekarang gue udah anggep itu janji. Oke kita serius sekrang ilangin sifat bege plus bego lo itu sekali aja okeyy" vanya merebut ponsel nan a dan mencoba menjelaskan perkataanya dg begitu pelan dan jelas. Supaya nana mengerti. Maklum saja bicara dg nana lebih sulit daripada harus merayu anak tk yg merajuk dibelikan mainan.
"Lo mau bantuu gue ya. Gakk susah kok , deketin arfa na demi gue" ucap vanya dengan mata puppy eyesnya
"Haahh? Vanya kan suka arfa kenapa suruh nana deketin arfa. Gak mau nana gasuka sama arfa" sedikit bimbang nana mengucap kata terakhir di kalimatnya itu
"Gini na, arfa gak suka gue. Dia selalu aja jaga jarak sama gue. Gue yg salah gue terlalu agresif sama dia. Malah jadinya buat dia gak nyaman dan ilfil sama gue. Hmm gini lo gak pp kok deket sama arfa lagian lo kan gak mungkin suka bneran sama arfa. Deket aja kok. Kalo lo deket sama arfa kan gue secara gak langsung juga bisa deket smaa arfa" lanjutnya sambil tersenyum ria diakhir pe jelasannyaa.
Bisa nana rasakan bahwa vanya benar benar mengagumi serta mencintai sosok arfa. Tidak mungkin dia menyakiti hati sahabat baiknya itu. Tapi jika ia menolaknya sama saja ia telah menyakiti hati sahabatnya ini. Oh tuhan tolong nana!!!
"Emmm iyaa nana bantu sebisa nana ya, tapi kalo arfa juga gak mau kenal sama nana gimna? "
"Pasti mau kok, percaya sama gue. Btw. Makasih nana sayang cintah deh vanyaa. Inget ya jgn baper sama arfa gue tau arfa ganteng tapi biar buat vanya aja heheh ntarr nana vanya cariin deh yg lebih ganteng baik pinter biarr smaa kek nana " ucap vanya sembari memeluk erat nana. Seeakan dia tidak mau kehilangan seorang nana dalam hidupnya.
🌷🌷🌷
Nana masih duduk termenung di meja belajar antik merah mudanya itu. Satu hal yang ia pikirkan. Arfa. Bagaimnana bisa ia menahan jantungnya yang selalu berdetak sangat cepat setiap kali melihat arfa. Ditambah lagi dia sudah memenuhi keinginan vanya untuk mengenal arfa lebih dekat.
"Nana takut suka beneran sama arfa" ucapnya gausar ditatapnya foto berbingkai peach yg menampilkan sosok kedua remaja yang sedang berselfi. Dg ragu ia mengambil bingka tersebut.
"Nana gak bakal ambil apa yg udah disuka vanya. Stay calm . Its gonna be okey" ya didalam bingkai itu terpampang foto nana dan juga vanya sewaktu menginjak sekolah dsar.
Jam menunjukakn pukul 06:30 . seperti pikirannya semalam telah membuat nana tidur terlalu larut sehingga kesiangan seperti ini. Memang tidak konsiten sehari brangkat sebelum matahari terbit. Esoknya ia berngkat saat gerbang sekolah sudah akan ditutup.
"na kok kesiangan sihh. Kan mau gue kasih tau rencana kita yg pertama is lo mah " nana sempat berpikir tentang kata rencana yang dilontarkan vanya. Namum sedetik kemudian dia sadar. Ada hal besar yang harus nana lakukan.
"Ohiya maap. Nana harus apa emg" ucapnya sembari duduk di bangku. Dan mengeluarkan beberapa buku tulis. Dengan sigap vanya mendekatkan mulutnya ke telinga nana.
"gimna bagus kan rencana gue. Jelas dong vanyaraa getohh" Setalah membisikan rencana ajaib yg dipikirkam semalamam oleh vanya sontak membuat nana yang sedari tadi mencoba mentutupi kegunduhannya terkejut .
"Hahhh!!! Vanya yakin bakal berasil? Kalo enggak gimna? " tanyanya ragu
" berhasil tenang aja, arfa baik kok orangnya. Maybe heheh" kata maybe itu membuat nana semakin tidak yakin denga. tingkat keberhasilan rencana vanya.
Dengan memberanikan diri. Nana melakukan hal yang disuruh oleh vanya. Nana hanya takut arfa denga cara ini arfa juga tidak menyukai nana seperti arfa tidka menyukai vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank U nEXt
Teen Fictionlantas mengapa banyak orang yang masih mencintai setelah disakiti berkali-kali?