The game will begin
Sore itu, mereka berjanji, tidak akan pernah menuju ke pohon itu kecuali saat umur mereka 21 tahun untuk membuka mimpi mereka bersama.
Mereka melangkahkan kaki mereka ke rumah Mira yang masih tertutup setelah 1 bulan kejadian Mira pingsan. Mereka tidak pernah lagi keluar bersama setelah kejadian itu, dan saling sepakat meskipun tersirat untuk mengurung diri di kamar masing – masing.
Persahabatan! Itulah yang membuat mereka memberanikan diri untuk keluar bermain lagi. Mereka ingin mengajak Mira, pasti, Mira juga mengurung diri, apalagi setelah kejadian tempo hari lalu dengan penyebab yang ntah apa.
"Kamu dulu" pinta Oliv mendorong Dinda ketika mereka berada didepan pintu berwarna cokelat dengan gaya arsitektur belanda itu.
Mereka terlihat ketakutan sekalipun mereka terlihat cantik sore itu.
"Enak aja! Kamu lah"
Shilla mengarahkan tangannya dan mengayunkan ke arah pintu itu.
"Selamat sore! Mira!"
Tok..tok..tok!
"Mir! Mira!"
Tok..Tok..tok!
"Mir! Main yuk!"
Untuk anak berumur 10 tahun, Shilla memang tergolong anak pemberani. Bahkan semua tahu, untuk anak 10 tahun, mengetuk pintu rumah orang lain saja, itu adalah hal yang tabu.
Shilla masih terus mengetuk pintu rumah Mira, namun tidak ada jawaban dari dalam.
"Kayaknya, lagi gak ada orang deh" ujar Dinda. "Besok aja yuk, kesini lagi"
Mereka berbalik arah..
Kreek..
Pintu rumah Mira terbuka sedikit.
Sontak, mereka memutar badan ke arah pintu itu. Dengan langkah setengah gemetar, Shilla mendekati pintu itu, dan membukanya lebar.
"Uhuk..uhuk"
Debu bertebaran dimana mana, membuat Shilla terbatuk karenanya. Rumah Mira terlihat sangat gelap, karena seluruh ventilasi yang ada disana ditutup. Ntah, berapa lama sudah rumah itu tertutup. Seperti tidak ada kehidupan disana.
Shilla masuk lebih dalam, menelusuri rumah Mira. Lancang. Namun, ntah terhipnotis oleh apa, dia terus melanjutkan langkahnya.
"Cila! Kamu itu nekat sekali sih?" bentak Dinda yang masih terpaku diluar pintu.
"Cila! Kamu itu ga sopan tau?" bentak Dinda sekali lagi.
Shilla tidak memperdulikan ucapan dari Dinda. Seakan, telinganya tertutup oleh headphone dengan suara music rock n roll yang sangat kencang. Tidak seperti biasanya, furniture di rumah Mira, seluruhnya tertutup oleh kain putih.
"Kriek..Brak!"
Sebuah ventilasi terbuka dan tertutup dengan keras. Didengarnya suara itu, berasal dari Jendela dapur. Shilla terpenjat sembari terus menelan ludah. Dia ragu, mendekat kearah dapur. Dia mengendap
Melangkah.
Melangkah.
Jendela dapur belum terkunci. Ntah berapa lama sudah ventilasi itu terbuka lalu tertutup tertiup angin.
Sheilla tidak kuasa menggapai jendela yang lebih tinggi dari tubuhnya. Dia pun berlari sekencang – kencang nya keluar dari rumah itu
"Hah! Hah!" Sheilla menghela napas nya naik turun naik turun seperti dikejar seekor anjing
YOU ARE READING
SINS
Horror"Dan sejak hari kekalahan itu, kami, tidak akan kembali selamanya" - Dinda Shilla, Mira, Oliv dan Dinda adalah 4 sahabat yang bersahabat sejak kecil bermimpi akan terus bersama selamanya. Namun, diantara mimpi - mimpi bersama yang mereka, Mira tiba...