Kalea : 1

30 5 0
                                    


Sebuah mobil putih berhenti dirumah besar  bercat krem dengan gerbang yang senada dengan warna rumah itu. Mobil itu terus membunyikan klaksonnya sampai gerbang rumah itu dibuka oleh seorang gadis yang sedang mententeng tas ranselnya dan jangan lupakan wajahnya yang terlihat kesal, mungkin karena mobil itu terlalu berlebihan membunyikan klaksonnya.

"biasa aja bisa kan?" gadis itu berucap setelah menutup kembali gerbang rumahnya dan menghampiri mobil tersebut. Masih dengan wajah kesalnya dia masuk kedalam mobil lalu menatap tak suka pada seseorang yang berada dibalik kemudi.

"Makanya jangan lamban jadi orang" ketus orang itu sembari menjalankan mobilnya.

"Masih pagi tau Kaf"

"siap bilang malem?"

"ihh.. Keseeelll"

Kafka Arsenio Orlando cowok yang sekarang berada dibalik kemudi itu hanya menghela nafasnya bosan. Sahabatnya yang tak lain dan tak bukan Leandra Agata Mahardika itu selalu membuatnya malas melihatnya. Pasalnya cewek yang dipanggil Lea itu selalu mendrama kalau kata Kafka si 'lebay' tapi bagaimanapun kafka paling tidak bisa marah dengan Lea mungkin karena mereka telah bersahabat sejak SD dikarenakan rumah mereka yang bertetanggaan hanya melewati lima rumah saja untuk sampai dirumah lea dan ibu mereka yang juga bersahabat membuat mereka selalu saja bertemu dan selalu sengaja dibuat satu sekolahan yang pada akhirnya Kafka selalu disuruh untuk melindungi dan menjaga Lea.

Kafka itu orangnya sangat menghargai perempuan dan tidak suka menyakiti perempuan melihat kaum hawa disakiti saja tidak kuat apalagi jika dia yang menyakiti.

"Kaf, pelajaran kimia lo udah sampe mana?" Tanya Lea basa basi karena cewek itu paling tidak bisa jika harus diem-dieman. Sebisa mungkin lea harus mencari bahan obrolan agar suasana tidak hening karena jika menunggu kafka yang  memulai obrolan hal itu akan sangat lama karena kosakata yang dimiliki terbilang sangat sedikit, menurut lea.

"Kenapa?"

"Ya, nanya aja si. Emang udah sampe mana?"

"Larutan penyangga"  jawab kafka sekenanya.

"Oooh... Larutan penyangga toh. Btw materi kita sama lo kaf" Kata lea sembari tersenyum sambil menaik turunkan alisnya membuat kafka menatap aneh kearah sahabatnya itu.

"ya, terus?"

"Kerjain Pr gue dong diperiksanya habis istirahat kedua kok jadi masih bisa lo kerjain pas istirahat pertama. Ya yayayayaya" Mohonnya dengan wajah memelas dan suara yang sengaja dilembutkan.

"gak, kerjain aja sendiri" ketus kafka.

"kafka mah gitu jahat ama lea"

"jijik tau le?"

"makanya kerjain pr gue yah!" mohonnya lagi dengan mengedip ngedipkan matanya.

"lo kapan pinternya kalau setiap tugas lo gue yang ngerjain, huh?"

"kalau gue pengen pinter pasti pinter kok tapi gak buat sekarang" balas lea masih dengan wajah memelasnya.

Kafka memutar bola matanya malas lea itu selalu saja menjawab ucapannya dengan kalimat yang seenaknya.

"Gak, lo harus ngerjain sendiri. Ntar gue ajarin"

"Tapii kan--"

"udah, diem bisa gak sih le?" geram kafka.

"gak bisa sampe lo mau ngerjain pr gue"

"kerjain sendiri jangan manja. Turun" Ucap Kafka ketus dan menyuruh lea turun saat mereka telah sampai diparkiran sekolah.

KaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang