Epilog

1K 160 21
                                        

.

.

OMAKE.

Sasuke menatap gadis berambut senada bunga kebanggaan jepang, yang sedang berlari panik itu dengan tatapan penuh arti.

Rindu.

Ya. Sasuke merindukannya.

Merindukan semua tentang dirinya. Merindukan keceriaannya. Merindukan keberisikannya. Merindukan sifat pantang menyerahnya. Dan...

Merindukan perhatian gadis itu yang hanya ditunjukan untuk dirinya.

Tapi semua menghilang enam tahun yang lalu.

Sakura pindah ke Jerman untuk melanjutkan studynya. Perpisahan yang membuat Sasuke sangat marah.

Tidak.

Ini bukan sepenuhnya kesalahan Sakura. Ia memahami posisi Sakura. Ia tahu bagaimana watak pantang menyerah Sakura. Gadis itu tidak mungkin cepat menyerah jika hanya karena sikap tsundere Sasuke.

Tapi lain halnya jika Sasuke sendirilah yang mengatakan kalau ia tidak menyukai gadis yang berprofesi sebagai publik figure. Sakura -yang menurut cerita Ino mendengarnya secara tidak sengaja saat Sasuke mengatakan hal itu pada Sai- mundur teratur. Ia tahu diri dan berhenti menjadi fansgirlnya yang gila karena memang ia adalah seorang host saat SMA. Dan sesudah lulus SMA, ia memutuskan untuk pergi ke Jerman.

Sasuke kehilangan Sakura.

Ia marah.

Tapi ia bingung saat Sai menanyakan apa yang membuatnya marah. Ya, apa yang membuatnya marah? Bukankah adalah bagus kalau Sakura tidak memujanya lagi? Tidak ada lagi yang menyebalkan baginya karena perhatian-perhatian berlebihan dari gadis itu. Tidak ada yang menyusahkannya karena tindakan-tindakan sembrononya. Tidak ada yang membuatnya malu karena ulah-ulahnya yang konyol. Tidak ada yang membuatnya pusing karena keberisikannya.

Ya, itu betul. Dia hanya marah karena Sakura pergi tanpa memberitahunya. Hey, bagaimanapun mereka adalah sahabat bukan? Dirinya, Sai, Ino dan Sakura adalah sahabat dari SD, dan sudah dari SD pula Sakura menyukainya. Mereka sangat dekat diluar perasaan suka Sakura pada. Dan siapa yang tidak marah jika sahabatnya pergi tanpa memberitahu apapun padanya. Itu yang ia katakan pada Sai.

Benarkah begitu?

Lalu mengapa Sai tidak marah sama sekali karena Sakura juga tidak memberitahunya? Bukankah Sai juga sahabat Sakura? Mengapa pemuda itu memaklumi Sakura yang waktu itu tidak sempat memberitahu mereka karena sibuk mengurusi beasiswa yang diperolehnya, dan hanya dapat menitip pesan lewat Ino?

Kalau Sai tidak marah, lalu kenapa ia harus marah? Bukankah Sakura di mata mereka berdua mempunyai kedudukan yang sama? Cuma Sahabat?

Dan ia baru mendapat jawabannya setelah satu tahun berpisah dengan Sakura.

Ia mengakuinya.

Ia menyukai gadis buble gum itu.

Tidak.

Ia mencintainya.

Ia mencintai semua tentang Sakura. Mencintai perhatian-perhatiannya. Mencintai tindakan-tindakan sembrononya. Mencintai ulah-ulahnya yang konyol. Mencintai keberisikannya. Ia mecintainya sampai ia tidak ingin ada pria lain yang menatap Sakura dan mengidolakannya karena ia adalah seorang host.

Dan tiga tahun yang lalu, gadis itu kembali ke Jepang. Tapi tidak kembali ke Kobe, kota kelahiran dan tempat tinggalnya dan Sasuke semasa SMA dulu. Ia memilih menetap di Tokyo dan mengawali kembali karirnya sebagai host di salah satu stasiun TV ternama.

Namun, jangankan dirinya, Sakura bahkan tidak memberitahu kepulangannya pada Ino yang merupakan sahabatnya yang paling dekat. Untung saja Ino adalah tipe gadis yang selalu update berita-berita infotement artis. Dan Sakura yang merupakan host pendatang baru yang unik, langsung menyedot perhatian. Dan kabar kepulangan Sakurapun sampai di telinganya.

Sasuke tersenyum sinis mengingat hal itu.

Ingin memulai hidup baru tanpa dirinya, eh?

Sasuke tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia sudah pernah membiarkan Sakura pergi dengan seenaknya dari hidupnya. Tapi kali ini, ia tidak akan membiarkan hal itu berlangsung lama. Ia akan membawa gadis itu kembali. Yah, itu pasti.

"Ah, di sini kau ternyata,"

Suara seorang wanita, membuyarkan pikirannya. Ia mengalihkan perhatiannya dari punggung Sakura ke arah seorang wanita seksi di belakangnya. Tsunade. Produser dari acara yang dibawakan oleh Sakura.

"Cepatlah ke samping panggung! Sebentar lagi acara sudah akan dimulai!"

"Hn,"

Tsunade menghela nafas mendengar jawaban Sasuke. Selalu irit kata-kata. Tapi ia juga tak habis pikir kenapa pemuda irit bicara itu rela bersusah payah datang ke Tokyo dan melakukan 'ini' semua untuk seorang gadis bawel nan cerewet seperti Sakura?

Yah, akan ada sesuatu dalam episode Pink Yellow kali ini. Dan ia tahu itu.

"Aku sudah mengatur semua dengan Naruto dan kru agar rencanamu berjalan dengan lancar. Aku juga sudah menyuruh Shikamaru agar membuat Sakura terlambat dan tidak tahu akan kehadiranmu,"

"Hn,"

Lagi-lagi hanya gumaman ambigu. Tsunade mendengus kemudian membalikkan badannya.

"Yah, terserah. Yang penting aku sudah melakukan apa yang harus aku lakukan. Selanjutnya adalah urusanmu,"

"..."

"Ha... ha... ha... aku tidak menyangka, anak cerewet seperti Sakura mendatangkan keuntungan besar buatku... ha... ha... ha... Seratus juta Yen! Aku datang!"

Di tempat lain.

Naruto menghela napas memandang foto Sakura.

"Aku tidak menyangka Bibi Tsunade tega menukar kontrakmu dengan seratus juta yen... sayonara Sakura-chan... selamat menempuh hidup baru..."

FIN

Pink Yellow RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang