Satu rencana pasti yang selalu kamu tunggu-tunggu di penghujung hari, saat malam belum jadi terlalu larut, saat berdua terasa jadi jauh lebih baik dari pada sepi.
4.821 kilometer dari Jakarta, tidak jadi lebih jauh untuk kamu merindukannya diam-diam.
Mungkin saja dia juga tahu, mungkin juga dia sama rindu, tapi cukup berbicara dengannya di ujung telepon, bertukar wajah lelah di layar ponsel sebelum pergi tidur, kamu rasa kalian sudah sama-sama sepakat bahwa rindu tak melulu harus terutarakan.
Di waktu-waktu itu-melelahkan berubah jadi bising. Kamu biacara kepadanya; tentang kacaunya hari ini, tentang bagaimana dunia memperlakukanmu belakangan, juga tentang hal-hal yang kamu lakukan tanpa ada seorang Noa Kazama di dalamnya.
Beruntungnya, Noa senang.
Dia sangat suka mendengar setiap ceritamu daripada berbicara.
Dia lebih suka memperhatikanmu sambil sesekali tertawa.
Dia lebih suka bilang, "Besok nggak boleh telat." Dibanding menitah untuk jangan tidur terlalu larut.
Dia lebih suka membicarakan tentang sore yang dia habiskan; entah dengan kopi, kamera film, atau mendung yang menurutnya cantik.
Dia, Noa Kazama, 4.821 kilometer darimu: ada banyak jarak, terlalu banyak rindu, tapi kamu bertahan untuknya sebab dia menggenggammu jauh lebih erat dari apa yang pernah dunia ketahui.
-Noa Kazama
sebagai
pejuang Hubungan Jarak Jauh
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]-Kepada Noa
Fanfiction[𝒐𝒏 𝒈𝒐𝒊𝒏𝒈] Kepada Noa, 4.821 kilometer darimu: ada banyak jarak, terlalu banyak rindu, tapi kamu bertahan untuknya sebab dia menggenggammu jauh lebih erat dari apa yang pernah dunia ketahui. ••(𝑵𝒐𝒂 𝑲𝒂𝒛𝒂𝒎𝒂) 𝑨𝒍𝒕𝒆𝒓𝒏𝒂𝒕𝒊𝒇 𝑼𝒏𝒊...