3. Strategi

67.7K 9.2K 713
                                    

Awalnya Messy bilang aku gila. Rencana untuk membuat Randu benar-benar jatuh cinta hanya untuk meninggalkan dia itu super gila. Nggak seharusnya aku melakukan hal sejahat itu. Kata Messy, hal-hal yang diawali niat nggak baik bakal berakhir buruk juga. Aku akan mendengarkan nasihat itu kalau saja bukan Messy yang mengatakannya. Ya bagaimana ya? Hidup Messy sendiri penuh dengan hal-hal buruk, bagaimana aku harus memercayainya?

Tapi karena tekadku cukup kuat dan sepertinya nggak bakal tergoyahkan, Messy menyerah dengan mudah. Malah akhirnya dia jadi mendukung misiku. Dia bersedia membantuku mengatur strategi dengan memproklamirkan dirinya sendiri sebagai orang yang-lebih-paham-soal-cowok ketimbang aku. Ya, sebahagia dia sajalah.

Menurut Messy, tipe cowok seperti Randu--dan mungkin kebanyakan orang marketing yang mulutnya manis itu--akan lebih tertarik pada cewek yang susah didapatkan. Apalagi kalau cowok itu tahu pasti bahwa dirinya berkualitas dan punya boy friend materials yang kuat. Di sini aku dan Messy sepakat bahwa Randu termasuk di dalamnya. Dia nggak akan suka tipe cewek yang gampang terpikat ataupun pacar romantis dan perhatian. Ego mereka sebagai cowok akan lebih terpuaskan saat menghadapi buruan yang sulit didapatkan.

"Tapi gue udah melakukan kesalahan dasar dan fatal, Mess." sergahku. "Gue gampang didapatkan. Tiga minggu kenal langsung jadian. Fatal kan??"

Messy mengangguk setuju. "Banget!" Ugh! "Tapi masih bisa diselamatkan kok, beb. Lo masih bisa jadi cewek yang susah didapatkan."

"Lah, pegimane ceritanya?" tanyaku nggak mengerti.

"Sikap lo harus angin-anginan." jawab Messy. "Lo harus jadi termometer, kadang panas kadang dingin. Ngerti kan?"

"Enggak." jawabku jujur.

"Ih, capek deeh. Pertama, sikap lo itu harus berubah-ubah, kadang perhatian kadang cuek gitu. Biar Randu penasaran! Terus yang kedua, jangan ngekang dia. Sikap lo itu harus suuuuper santai, seolah kalaupun dia selingkuh juga lo bodo amat tinggal nyari yang lain. Jadilah pacar yang keren yang nggak bakal mati waktu diputusin. Ketiga, jadilah cewek yang dominan. You know, tipe-tipe mereka itu suka cewek yang strong dan dominan karena lebih menantang Understand?"

"O...kay." jawabku tak yakin. "Intinya itu...gue harus nunjukin kalau gue nggak takut kehilangan dia kan?"

"Absolutely, baby!" jawab Messy semangat. "Itulah cara yang tepat buat ngadepin cowok-cowok tipe kayak Randu."

"I see."

"Tapi kalau inget emang sifat alamiah lo emang cuek bebek gitu, harusnya nggak sulit sih." Messy menyemangati. "Malah yang harus dipelajari itu gimana bersikap sweet ke dia. Coba deh, lo pikirin caranya."

"Gue udah tahu kok musti ngapain." kataku yakin.

Dari percakapan dengan Messy, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan Senin pagi ini. Aku bangun dua jam lebih awal dan berkutat di dapur, menyiapkan bekal untuk kubawa ke kantor. Ini jelas bukan hal yang gampang karena aku bukan chef profesional yang hanya butuh waktu 1 jam untuk menyiapkan hidangan yang lezat. Ada drama gosong, salah bumbu, dan seisi rumah bersin-bersin yang harus kulalui. Tapi pada akhirnya, pukul tujuh tepat, aku siap berangkat dengan membawa paperbag berisi bekal yang kusiapkan sendiri.

"Kok tumben sih Kak bawa bekal?" tanya ibu saat kami berangkat bersama ke kantor.

Setiap pagi aku memang nebeng ibu untuk ke kantor karena kebetulan kantor kami searah. Ibu adalah abdi negara yang sudah bekerja lebih dari 22 tahun di Kementerian Dalam Negeri. Selain aku, Dara, adikku yang masih kuliah, juga sering ikut berangkat bersama. Lumayan untuk menghemat ongkos.

Two Faced - TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang