05-Episode ; Akhir pekan

9.2K 1.1K 267
                                    

~••~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~••~

Jungkook bisa sedikit menilai jika Yoongi itu tipe orang yang susah berekspresi. Susah menunjukan rasa peduli. Berbeda sekali dengan Paman-pamannya yang lain, jadi wajar bukan jika dia cukup terkejut saat Yoongi menggiringnya menuju dapur. Yoongi mengajaknya minum, tentu minum susu. Katanya susu sangat baik untuk membuat tidur jadi nyenyak berkualitas. Jungkook menurut saja, bocah yang tingginya tak lebih dari selutut itu berusaha naik ke atas kursi pantry. Benar-benar berusaha sekuat tenaga, tapi sialnya kursi pantry itu tinggi sekali. Dan Jungkook jelas tak mau untuk bersua, mengalihkan atensi Yoongi yang tengah sibuk membuat 2 gelas susu. Masih canggung dan takut.

Beruntung di usahanya yang gagal untuk kesekian kalinya, mata Yoongi memergoki aksi bocah 5 tahun itu, lantas menahan tawa geli. Lucu sekali. Diam-diam Yoongi menyelipkan dua tangannya untuk mengangkat Jungkook setelah meletakan 2 gelas susu hangat. Tapi tidak di kursi, pemuda itu menaruh Jungkook di atas meja pantry, lalu dia mengambil posisi, menarik kursi untuk duduk di depan Jungkook.

Jungkook mengerjap lucu. Mata bulat itu menatap Yoongi canggung, terlebih sedekat ini.

"Kenapa?" Satu gelas susu Yoongi serahkan pada Jungkook. Gelas yang lebih kecil dengan gambar power ranger. "Takut dengan Paman, ya?"

Jungkook meringis," Sedikit."

"Wah kalo sedikit saja begini, sampai jadi pendiam. Padahal Jungkook itu cerewet. Hemm... berarti Paman sangat menakutkan sekali, ya."

Panik. Jungkook menggeleng karena takut Yoongi salah paham. Dia hanya merasa belum terbiasa dengan Yoongi yang memiliki sifat pendiam dan tidak aktif. Terlebih pertemuan pertama mereka itu bisa di bilang kurang indah. Dan Jungkook juga paham untuk memulai hubungan baru setelah kesan buruk di pertemuan pertama itu agak sulit. Jadi dia memberi waktu pada Yoongi, yah.. walau dia tidak sabar, sih. Tapi dia sendiri juga tak mampu memulai seperti dia memulai hubungan baru dengan Jiminie dan Taehyungie. Berperang dengan pikiran itu membuat fokus Jungkook jadi terpecah, terkesan melamun hingga bocah itu terjingkat saat Yoongi menggenggam erat tangannya tiba-tiba.

Mendadak dia jadi gugup. Wajah Yoongi di antara remang-remang terlihat teduh dengan ukiran senyum tulus. Hanya saja entah kenapa saat satu helaan napas tercipta dari mulut Yoongi membuat Jungkook jadi yakin jika Yoongi tengah melalui hari yang berat. Dia jadi agak menyesal, apa ini karena dirinya? Namun alih-alih prasangka mendapat pembenaran, satu lontaran dari mulut Yoongi lantas membuatnya ingin menangis saja.

"Mau memaafkan, paman?" Lembut sekali, dan mata Jungkook memanas tiba-tiba. "Paman yakin kau pasti terluka dengan perkataan paman saat itu." Dan entah untuk alasan apa, seharusnya kurang tepat untuk sekarang tapi Jungkook malah sulit mengendalikan diri sampai menerjang Yoongi, memeluk pemuda itu erat dengan isakan kecil di sana. "Lho, kok menangis? Paman, kan minta maaf, bukan memarahi Jungkook."

Tapi isakan Jungkook semakin keras, bahkan memeluk lebih kencang. Rasanya tidak minta maaf pun, Jungkook akan puas dengan hanya Yoongi mau menatapnya dan mengajaknya bicara. Jadi mendapatkan lebih dari itu benar-benar seperti tidak nyata saja. Pada akhirnya Yoongi yang masih sedikit tak mengerti tentang kenapa Jungkook menangis dan memeluknya lebih erat memilih untuk membawa Jungkook ke dalam gendongannya. Perasaan anak kecil kadang tidak bisa di gali lebih dalam terlebih untuk mengungkap lewat kata juga tak mudah. Jadi menunggu bocah itu tenang, Yoongi sibuk mengayun-ayunkan tubuh Jungkook dalam gendongannya, mengusap punggungnya agar lebih tenang. Lantas tak sengaja matanya malah menemukan secarik kertas yang tergeletak di meja. Dia ingat dari tadi Jungkook membawa itu. Sedikit tersenyum, berniat mengambil alih suasana, Yoongi lantas bertanya.

Sirius A [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang