Chapter 4 | Homeroom

23 10 1
                                    

Chapter four
--- Homeroom

Aria Hale
--- 👑 ---

'we have the right to be heard'

Aku terlalu banyak minum kemarin.

Sangat mengejutkan bagiku untuk menemukan diri ku di kamar ku yang ditutupi dengan selimut, aroma yang kuat mengintai di kamar ku. Itu adalah aroma memikat yang dimiliki oleh pria, kejadian semalam seperti nya benar-benar kabur.

Aki tau pasti aku pergi ke pesta kemarin, aku ingat bahwa aku melihat para raja. Ada satu hal dalam benak ku yang tidak pernah hilang, aku berbicara dengan Carter Dean dengan pasti, aku memastikan untuk menumpahkan minuman ke seluruh mantel, setelah semua aku membutuhkan perhatian nya.

"Bagaimana kamu melakukan nya?" Anna bertanya kepada ku, mata nya melebar ketika aku bercerita tentang kejadiaan semalam. Dia mungkin tidak memiliki keyakinan apa pun padaku untuk bisa menarik perhatian mereka.

Aku mengangkat bahu ketika mendengar bel kelas berbunyi, sudah waktu nya maauk kelas, aku mengerutkan kening pada saat meninggalkan Anna. Periode pertama yang aku pikirkan adalah kelas. Aku berjalan masuk ke dalam suatu kelas yang kosong, belum ada siswa yang hadir. Ada seorang guru di kelas dia sedikit bungkuk, dia tampak agak tua.

"aku pikir kamu berada di kelas yang salah. Ini kelas X dan untuk siswa yang sangat istimewa." komentar orang tua itu, aku mengerutkan kening ku, ini adalah ruangan yang sudah tercantum pada jadwal ku.

"Disini di katakan kelaa X." kata ku sambil menunjukkan jadwal ku pada  nya, dia melebarkan mata nya sebelum menggumamkan permintaan maap.

"Duduk lah, siswa lain akan segera tiba." kata nya sambil menatap ku, aku memandang nya sedikit bingung. Aku menggelengkan kepala ku, aku berpikir bahwa guru ini sangat aneh.

Aku berjalan ke tempat duduk, aku mengambil tempat duduk di sebelah ujung, tidak ada banyak tempat di kelas ini. Tetapi apa yg guru tua ini maksudkan dengan siswa khusus yang mungkin ada di kelas ini?

Tiba-tiba pintu terbuka, aku cukup terkejut ternyata yg yg membuka pintu tersebut adalah Reuben Foster, dia menatapku selama beberapa detik lalu ia menggosok mata nya seolah-olah apa yang dia liat itu salah. Aku merasa ingin menampar pipi nya setelah apa yang dia katakan kemarin malam.

"Apa yang kamu lakukan di sini, ini adalah kelas khusus." kata nya, ia sedikit membentak, sikap nya yang dingin tidak mempengaruhi ku sedikit pun.

"Kelas ini ada di jadwal ku, mungkin kamu harus bertanya kepada orang yang sudah membuat jadwal ini." aku menyahut dengan santai, Reuben mengeraskan rahang nya setelah mendengar perkataan ku. Sangat menyenangkan mengetahui bahwa diri ku bisa membuat nya marah, pemandangan yang cukup menyenangkan untuk mengagalkan seorang Raja.

Dia berjalan ke arah ku, mata nya menunjukkan emosi yang tidak bisa aku pahami. "Kamu tau siapa aku? Tetapi kamu masih memiliki keberanian untuk membalasku." kata nya dengan dingin, mata nya semakin gelap. "Aku sarankan kamu menjaga lidah mu untuk tetap berada di dalam mulut mu karena apa yang aku lakukan bisa saja menghancurkan mu!." sambung nya lagi, setelah itu ia pergi untuk mencari tempat duduk.

Reuben mengambil tempat duduk yang jauh dari ku. Aku tidak perlu bersusah-susah berbicara kembali karena itu hanya akan membuat dia lebih jengkel, aku tidak menantikan dia mengalami ledakan tiba-tiba.

Aku mengalihkan pandangan ku kepada guru itu, aku memperhatikan guru itu diam-diam, ternyata guru itu dia diam-diam memperhatikan kami, dia bahkan memberi tau Reuben untuk meminta maap, para Raja memiliki kekuatan lebih dari guru juga? Tidak masuk akal, bagaimana mereka bisa memiliki kekuatan yang cukup untuk membungkam guru?

Pintu terbuka sekali lagi, kali ini aku melihat Carter Dean yang berjalan melewati pintu tersebut. Dia memperhatikan ku dan ia langsung menyeringai, aku melihat dia berjalan ke arah ku.

Dia mengabaikan tatapan tajam Reuben. Carter mengambil tempat duduk tepat di samping ku. Seperti nya Carter Dean tertarik untuk memainkan permainan ku, lagi pula di butuhkan dua pemain untuk suatu pertandingan yang cukup penting.

"Aku tidak tau kenapa kamu bisa berada di kamar ku sayang." Carter mengatakan nya dengan suara yang serak hampir membuat ruangan ini bergetar. Aku melihat pakaian nya, ia tidak menggunakan dasi, seperti nya dia memiliki blazer sekolah yang sudah ia sesuaikan.

Logo besar Armani menonjol bagaimana orang bisa sekaya ini? Dia membuat blazer sekolah nya menjadi sesuatu yang disainer.

"Bagaimana bisa diri mu sekaya ini tuan Carter?" aku reflek bertanya, mengamati pakaian nya yang mahal dengan perasaan kagum. Itu membuat ku jijik bahaimana bisa dia memiliki hak istimewa ini, dia memiliki begitu banyak kekuatan tetapi dia menggunakan nya dengan sia-sia.

"Aku bekerja untuk itu." dia merespon dengan santai sambil memasang dasi nya.

Aku menaikan satu alis ku, tiba-tiba saja aku menjadi tertarik. "Apa yang kamu lakukan? Kamu hanya anak SMA tanpa Ijasah, kamu tidak bisa mendapatkan uang sebanyak ini."

"Aku melakukan banyak hal."

"Seperti?"

"Kenapa kamu begitu tertarik sayang?, bukan kah ibu mu mengajari mu kadang-kadang terlalu banyak rasa ingin tau dapat menghancurkan seseorang?" Carter dengan acuh tak acuh berkata seperti itu, namun kata-kata nya tampak seolah-olah mengancam ku.

"Tidak ada rugi bya bertanya, bagiku tidak ada yang bisa di hancurkan, jadi tidak apa-apa." aku menjawab nya dengan santai, aku memperhatikan seringaian nya yang jatuh. Dia tampak serius sekarang ini.

"Selalu ada sesuatu." kata nya blak-blakan, lalu ia bersandar di kursi nya.

Sebelum aku menjawab nya lagi, tiba-tiba pintu terbuka kembali. Elliot Grey melangkah masuk ke dalam ruang kelas dengan ekspresi datar nya, dia bahkan tidak melihat ke arah ku saat dia duduk di belakang  di samping Reuben. Sulit untuk memahami bagaimana perasaan nya jika dia tidak menunjukkan emosi apa pun. Aku bahkan belum mendengar nya berbicara sama sekalim

Aku memperhatikan wajah Elliot yang tampak seperti memiliki luka di bagian bibir bawah nya, seperti nya dia habis melakukan sesuatu tadi malam. Dia hanya berada di pesta untuk sementara waktu sampai dia meninggalkan pesta. Aku berpikir mungkin saja dia habis berkelahi, ya seperti itu.

Itu membuat ku bingung, pria apa yang bertarung setiap malam tetapi kembali ke sekolah dengan keliatan tidak bersalah? Kacamata bos nya di letak kan di pangkal hidung nya, aku sangan memuji struktur wajah nya.

"Melihat sesuatu yang kamu sukai?" pertanyaan Carter yang tiba-tiba, aku tau dia sedang menyeringai. Aku memandang nya, mata nya yang merah menyala menatap ku.

"Tidak." jawab ku singkat, tidak perlu bagiku untuk menyukai Raja-Raja ini. Mereka semua menyebabkan masalah, mereka semua iblis. Menyukai mereka adalah satu kesalahan besar kareba mereka akan menemukan cara untuk menghancurkan hidup mu, lagi pula mereka hanya menginginkan kehancuran.

"Baik." Carter berkata cukup singkat, dengan kata-kata nya yang tajam. Aku mengerutkan alisku ketika aku melihat nya mengirim sms di telpon nya. Ada sesuatu yang aneh dengan nya. Dia menyembunyikan sesuatu, ada gambar yang lebih kecil menunggu untuk di lukis.

"Kau tidak memberitau ku bagaimana cara mendapatkan uang mu?" aku berseru, itu sesuatu yang ingin aku ketahui. Carter mendongak, iris nya yang dingin memenuhi milik ku dengan tajam.

"Dengan melakukan hal-hal yang buruk, sayang."



VOTE, COMMENT, AND SHARE YA💕

THE KINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang