Nineteen

1K 131 8
                                    

Cahaya matahari di luar sana dengan jahatnya membangunkan gadis itu yang masih dalam alam mimpinya. Dahinya mengernyit, sedang kedua matanya kini berkedip berkali-kali. Berusaha menyesuaikan dengan cahaya itu sendiri.

Tubuhnya perlahan beranjak. Dan dirinya baru menyadari jika ada sebuah kain lap yang menempel di keningnya. Pun dengan dirinya yang mulai menelusuri tempat dimana ia tidur semalam.

Jisoo memang sedikit pelupa, tapi ia tak akan mungkin tak mengenal tempat dimana dirinya saat ini. Lalu pandangannya mengecek pada dirinya sendiri. Bernapas lega karena dirinya masih memakai pakaiannya dengan lengkap.

Ceklek

Pandangannya beralih, pada pintu kamar yang terbuka. Dan benar saja dugaannya sebelumnya. Disana, ada Seokjin yang kini tengah membawa nampan berisi makanan. Berjalan mendekat padanya sebelum duduk pada sisi ranjang dimana ia duduki saat ini.

"Sudah merasa lebih baik?"

"Bagaimana bisa aku disini?"

Satu alis pria itu terangkat. "Kau tak mengingat apapun semalam?"

Jisoo tak tahu mengapa ia harus menjadi gugup saat ini. Tanpa sadar menarik selimut yang menutupi tubuhnya.

"Jangan main-main denganku."

"Memangnya apa yang kau pikirkan, huh?"

Jisoo masih memasang siaganya. Ketika pria itu baru saja menyentil keningnya dan membuatnya merintih. Menatap Seokjin dengan kesal.

"Kau pingsan setelah kau memakan makan malammu. Pelayan saat itu salah memberikan pesanan. Harusnya dia memberikan jus jeruk, tapi malah memberikan jus mangga."

Jisoo mulai mencerna semua ucapan Seokjin. Mulai mengingat semuanya dan mulai menenangkan dirinya.

"Jadi, aku pingsan karena alergi."

"Hmm. Dan aku tak tahu harus membawamu kemana sementara kau bilang kau tak ingin pulang. Jadi, aku membawamu kemari."

Mendengar itu, jadi mengingatkan Jisoo kembali pertengkarannya dengan Namjoon kemarin. Gadis itu masih merasa kesal dan marah pada pria itu. Bahkan Namjoon sama sekali tak ada niat untuk setidaknya mencarinya.

Ck, biar saja. Lagipula, Jisoo tak akan peduli. Pria itu saja tak akan peduli padanya, apalagi pada anak mereka yang saat ini gadis itu kandung.

Jisoo mulai menyadari sesuatu. Dengan spontan menyentuh perutnya sembari meliriknya.

"Bayimu tak apa-apa. Alergimu sama sekali tak berpengaruh padanya."

Gadis itu mengembalikan pandangannya pada Seokjin.

"Itu kata dokter."

Oh, tentu saja. Seokjin pasti akan tahu kehamilannya ketika dirinya diperiksa oleh dokter. Dan entah mengapa, suasana di antara keduanya berubah menjadi canggung saat ini.

"Kau makan sarapanmu saja dulu. Aku harus pergi ke kantor sekarang juga."

Jisoo hanya mengikuti pergerakan Seokjin melalui tatapannya saja. Ketika pria itu meletakkan nampan yang ia bawa sebelumnya pada meja nakas, lalu beranjak dari duduknya dan mengambil jas kantornya.

Jisoo tak tahu mengapa ia harus merasa bersalah pada Seokjin saat ini. Mengetahui Seokjin telah tahu tentang kehamilannya.

"Aku tak tahu apa masalahmu dengan kekasihmu itu hingga kau tak ingin pulang. Tapi aku akan tetap mengantarkanmu pulang setelah aku selesai dengan urusanku di kantor." Lalu berbalik untuk menatap Jisoo. "Dan tidak ada penolakan. Aku tidak ingin kau berlama-lama disini."

one way love ❌ namsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang