4

8 4 4
                                    

Sudah 1 bulan semenjak Jelita bekerja di tempatnya sekarang. Ternyata pekerjaannya tidak terlalu buruk seperti yang dibayangkan. Atasannya juga sekarang adalah orang yang paling terbahagia di dunia. karena dimanapun ia berada dalam kondisi apapun, dia selalu tersenyum, bahkan tertawa. Tertawa itu seperti hal yang tidak boleh lupa untuk dilakukannya. pernah waktu itu dia ketinggalan dompet, bukannya panik malah menertawakan kebodohan dirinya. apa lagi kalau sudah bertemu dengan suaminya itu, semua hal bisa bisa ditertawakan. mereka bahkan pernah menertawakan pot bunga yang sedang diam. Dia itu gak bisa marah. Makanya Jelita senang punya atasan yang gak punya jiwa kaya dia.

"Jelita, sini sebentar" panggil El kepada Jelita yang sedang fokus dengan komputernya.

Kini mereka berdua tengah berada di dalam ruangan El.
Diem dieman, gak ada yang ngomong. El sedang sibuk dengan laptopnya, Jelita memilih untuk diam memandangi bos nya itu.

"menurut kamu Hansen orangnya gimana?" tanya El membuat Jelita bingung memikirkan hal yang aneh aneh.

"enggak, saya gak suka sama dia, saya kan udah nikah. maksud saya, kamu ada rasa kah sama dia?" tanyanya lagi tapi tidak menatap Jelita sedikitpun.

"enggak, saya bukan orang yang gampang suka sama orang, lagipula saya gak deket sama dia, dia juga kan bukannya udah punya pacar?" El langsung menatap Jelita.

"kok kamu tau dia punya banyak cewek? dia itu haus akan wanita, Jelita! dia jomblo dari lahir kamu sama dia aja gih" kata El memaksa Jelita.

"hah? eh apasih enggak" tolak Jelita yang bingung dengan bahasan bos nya itu.

"oh iya menurut kamu pulau buaya itu bagus apa enggak?" tanya El lagi, membahas hal lain.

"hah? pulau buaya? itu Sungai Amazon kali" jawab Jelita bingung.

"ya semacamnya lah, buaya juga ada disana. buaya itu binatang yang perlu di lindungi! makanya saya nanya pulau buaya bagus apa enggak. jangan koreksi ucapan saya lagi"

"bagus sih. emang kenapa? mau liburan ya sama Pak Jeff?" jawab Jelita.

"iya, sama kamu juga" Jelita kaget, apa ia akan diangkat menjadi kakaknya Jade–anak Jeff dan El–wah senang sekali Jelita.

"sama anak saya juga, sama beberapa karyawan disini, kita akan ada trip sama HDK, buat 3 minggu kedepan, tolong bilangin ya terus data siapa aja yang ikut trus nanti hubungi saya, kemarin saya udah kasih tau kan, kamu baca ga?" kata El yang membuat Jelita langsung mengecek hp nya.

"maaf saya baru baca, oke siap nanti saya bilangin terus saya data, oh iya kalau boleh tau berapa hari ya?" tanya El.

"banyak tanya" umpat El kecil, namun sepertinya Jelita mendengar.

"3" singkat, membuat Jelita takut kalau El sudah menjawabnya dengan singkat.

🐊

The Day

Akhirnya tibalah hari dimana perusahaan Jeff dengan perusahaan Hansen akan battle dance. Eh maksudnya trip bersama ke Pulau Buaya kalo kata El, tapi Jelita bersikeras berkata bahwa itu Sungai Amazon.

Para pekerja yang ikut serta sudah berkumpul semua di bandara, semua akomodasi ditanggung oleh Hansen, bank, Jeff dan El hanya mengambil bagian 20%, kata El, Hansen kan masih melajang jadi kebutuhannya sedikit, sedangkan kebutuhan keluarganya banyak, maklum otak ibu muda beranak satu.

"mami, kok om endut belom dateng?" rengek bocah berumur 3 tahun yang sedang digendong Jeff, iya itu Jade, anak mereka.

"dia kan gendut, susah jalan" jawab El aka ibu ibu sosialita yang sedari tadi menyampah di akun twitternya.

Tiba tiba entah sejak kapan saat El sudah menyimpan hp nya, dia melihat anaknya sedang digendong Hansen. Dan dengan bodohnya El mengira Hansen itu suaminya, padahal dia tau suaminya sedang sibuk memesan kopi.

"Jeff, Jade nya berat gak? Sini aku gantiin" kata El yang masih mengira bahwa Hansen itu Jeff.

"Enggak, udah aku aja aku kuat kok, ngeliat Elsa sama Bulan aja aku kuat, masa sama yang kaya gini aja gak kuat" jawab Hansen yang dengan bodohnya merespon El.

Lalu, datanglah Jeff dengan Jelita. Bukan, Jeff tidak selingkuh dengan Jelita, mana mungkin Jelita mau dengan lelaki aneh yang hanya menang tampang seperti Jeff. Eh apa kebalik ya?

"Jelita? Baru datang? Tuh temen temen kamu disana suruh kumpul, flight nya kan bentar lagi, ini siapa? Kok main ajak ajak orang sih, gak ngomong dulu sama saya. Kamu mau saya bangkrut bayarin temen kamu ini? Mana mukanya mirip lagi sama Jeff!!" Kata El, padahal itu Jeff!!

"anu- ini kan emang Pak Jeff" kata Jelita menyangkal. Sedangkan Jeff nya? Sedang ngobrol sama Hansen. Jade? Itu urusan El pasti sebentar lagi dia juga akan heboh mencari anaknya.

"halah gak usah banyak ngobrol kamu, Jeff! Jade mana?" sebentar lagi juga dia heboh.

"mana aku tau, kan anak kamu" padahal kan anak dia juga ya.

"trus bapaknya siapa?" tanya El yang sedang kebingungan.

"aku" jawab Jeff enteng.

"gue siapa?" kata Hansen tiba tiba, membuat semua mata menuju ke arahnya.

"ASTAGA JADE KEMANA!!!!" ucap El yang langsung panik sesuai scenario tadi diatas.

"Jade mana?, Jade mana?, Jade mana?, dimana? Dimana? Di jonggol!" kata Hansen sambil bertingkah seperti wakwaw. Bukannya bantuin nyari malah bertingkah gila.

Akhirnya semua staff Jeff dan Hansen disibukkan untuk mencari Jade. Inilah pentingnya mencari pasangan yang dapat menutupi kelemahan kita, minimal jangan yang sama sama bobrok lah kaya mereka.

Setelah lelah mencari, akhirnya Jade ditemukan juga, ternyata ia sedari tadi duduk disebelah Jeff. Emang dasar pasutri belom siap punya anak, semoga nanti anaknya bisa lebih baik daripada orang tuanya. Jangan pea pea banget deh ah, kasian nanti.

Pesawat yang mereka tumpangi sekarang sudah lepas landas sejak 1 jam yang lalu. Pembagian seat nya, Jeff dan El serta Jade sudah pasti satu paket, di belakang mereka ada Hansen dan Jelita, staff sisanya dibelakang Hansen dan Jelita.
Suasana tempat duduk Hansen dan Jelita sangat sepi, didepan ada Jeff dan El yang sedang tertawa puas melihat tingkah menggemaskan anak mereka, sedangkan Hansen dan Jelita? Sejak insiden tidak sengaja menahan tangan Jelita, Hansen sangat canggung dengannya. Padahal tidak ada rasa suka kepada Jelita. Hatinya masih dimiliki oleh Sophie, crush nya sejak SMA dahulu kala.

"mau?" Jelita memiliki inisiatif untuk memecah keheningan dengan menawarkan sebuah roti buaya berukuran kecil, Hansen yang hanya bengong terlihat terkejut saat Jelita menawarinya.

"eh seriusan ini? Pas banget Olaf lagi laper" katanya dengan gaya sok imut memanggil dirinya dengan karakter snowman di film Frozen.

"eh maaf kebiasaan" pembenarannya, sambil menerima roti buaya tersebut.

"cheers?" ajak Hansen hanya roti buaya aja pake segala cheers, dasar orang susah.

Hanya dalam 3 lahapan, roti buaya yang dipegang Hansen sudah habis! Gila, apa dia benar benar lapar seperti Bernard bear yang selalu kena musibah?

"kalo masih laper, saya masih banyak" wajah Hansen langsung berubah 180 derajat, dan mengintip tas tenteng Jelita, ternyata benar, tas nya sudah seperti display toko roti.

"lu jualan apa gimana dah?" tanyanya sambil lancang mengambil 2 roti, Jelita hanya melihat bingung dengan tatapan 'dia CEO tapi kok kaya gak pernah makan roti buaya sih?'

"hobi aja buat roti buaya" Hansen hanya mengangguk sambil melahap roti yang dia ambil tadi.

Insiden yang tidak eh sangat sangat tidak di tunggu pun datang. Sesampainya di bandara, mereka, terlebih El dibuat bingung karena



mau kirim naskah ini ke penerbit ah siapa tau tenar hehehe acikiwir aweu aweu

Last of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang