Prologue

43 8 20
                                    

"Jungkook!" Suara keras seorang pria menggetarkan gendang telinga Jungkook. Lelaki itu kontan berbalik badan ke arah sumber suara yang memanggilnya.

Ternyata itu adalah suara ayahnya. Kim Namjoon berdiri tak jauh dari tempat Jungkook dengan iris mata tajam, dia berjalan mendekati Jungkook. Baju besi yang dia gunakan menimbulkan suara karena gesekan akibat pergerakannya.

"Kenapa kau tidak memakai pakaian yang kuberikan?" tanya Namjoon setengah berteriak di samping Jungkook. Dia melihat Jungkook hanya memakai pakaian yang tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Jungkook menghela nafas pelan, kepalanya ia tundukkan lalu ia angkat kembali untuk menatap mata ayahnya. "Masih di dalam kamarku, lagi pula bukankah tugasku ketika malam nanti?"

"Benar, kau harus cepat karena sebentar lagi aku dan yang lainnya akan berangkat." Jungkook mengangguk dua kali sebagai isyarat bahwa dia sudah paham.

Namjoon mendekatkan bibirnya ke telinga Jungkook, "ingat apa yang harus kau lakukan, Jung! Ini semua ada di tanganmu," bisik Namjoon sebelum dia pergi menjauh dari Jungkook, masuk ke dalam rumahnya.

____________

PRAAANKK! SRIEENKK! SHEETTTHH! JLEEBBB!

Sebuah pedang berhasil menusuk batang pohon tepat di samping telinga seseorang, lalu seseorang itu berguling ke samping langsung berdiri di belakang seseorang yang telah menancapkan pedang itu dan dengan gerakan sangat cepat menendang pinggang orang itu hingga tubuhnya menatap pohon dengan keras.

"AAAKKHH!" rintihnya saat tulang pinggangnya terasa ingin patah. Gadis itu berbalik badan dengan lambat sambil memasang wajah kasihannya kepada laki-laki yang telah menendang pinggangnya. Laki-laki itu mencabut pedang yang masih tertancap pada batang pohon lalu mengarahkannya tepat di depan leher gadis itu.

Baru saja lelaki itu handak mengayunkan pedang, sang gadis justru berteriak sambil memjamkan mata.

"Ampuuuuuun!"

"Mangkannya kau harus waspada!" ucap lelaki itu dengan tegas. Dia menarik pedang itu dan membawanya. Sedangkan sang gadis bisa bernafas lega.

"Aku pikir kau benar-benar ingin membunuhku tadi," ucap gadis itu dengan tawa kecil bermaksud untuk menggoda lelaki di sampingnya. Tubuhnya bersandar pada sebuah tiang yang terbuat dari kayu berbentuk persegi yang menahan atap teras samping rumahnya.

Sang laki-laki hanya diam lama sebelum mengeluarkan kata-katanya  yang terdengar serius. "Kau harus selalu waspada Haera! Kau harus tetap fokus agar tidak terlena oleh pergerakan lawanmu."

"Hai, sensei." (Japanese: Baik, guru) jawab Haera masih dengan candaan.

"Tidak, aku serius. Kau adalah putri sulung yang akan meneruskan ayahmu sebagai pemimpin suku Mednirth, jadi jangan main-main, Min Haera."

"Eoh, ara. Kau sudah berulangkali mengatakannya." (Ya, aku tahu)

Lelaki di samping Haera tiba-tiba berdiri sehingga membuat Haera ikut berdiri, "kalau begitu latihanlah sendiri dengan sungguh-sungguh aku harus segera pergi."

Haera membuat tanda kernyitan di dahinya. "Eodiseo?" (Kemana?) tanya Haera.

Bukannya menjawab lelaki itu malah melangkah pergi meninggalkan Haera.

"Ya Cha Eunwoo, eodiseo?!" (Hei Cha Eunwoo kau mau kemana?) teriaknya setelah laki-laki itu benar-benar jauh. Namun dia tetap melangkah, tanpa menjawab teriakan dari Haera.

______

Copyright, May. 9. 2019

Selamat hari jum'at,
Xx

Blood, Sweat, and TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang