"APPA!"
Jantungku berdetak dua kali lebih kencang saat seorang pria memasuki ruangan ini dan berteriak dengan sorot mata tajam menatap pria tua brengsek di belakangku.
Kulirik Hyeji Eonni terus menangis dalam diam di sampingku. Begitu juga dengan Seomin Eonni, aku merasakan perutku sesak karena tali yang melilit terlalu keras. Tenagaku terkuras hanya untuk berusaha melonggarkan lilitan tali itu dan sama sekali tidak berhasil.
"Jungkook? Ada apa?" ucapnya dengan santai. Mataku melihat wajah pria yang baru saja datang itu, raut wajahnya terkejut dan tidak percaya. Detik selanjutnya matanya juga melihatku sebentar lalu kembali menatap tajam Kim Namjoon.
"Apa yang akan Appa lakukan dengan para perempuan ini?" tanya Jungkook, dan aku langsung memasang telingaku baik-baik. Aku tidak tahu kenapa hanya kami bertiga yang di masukkan ke ruangan ini lalu diikat seperti seorang sandera tapi ketika kami bertanya dia hanya alan marah-marah bahkan tidak segan melukai kami bertiga. Kejam.
Kim Namjoon mengangkat sebelah alisnya, lalu tersenyum selidik. "Kenapa? Kau mau satu?" tanyanya yang membuat uratku serasa ingin putus saking marahnya, secara tidak langsung dia sangat kurang ajar merendahkanku dengan berkata seperti itu.
Jungkook pun tampak sama, kernyitan muncul di dahinya. "Apa maksudnya?"
Kim Namjoon itu berjalan mendekatiku, satu tangannya menyentuh pipiku. Entah berapa lama atau cepat waktunya, tubuhku menegang saat bibirnya menyentuh bibirku di depan banyaknya orang di sini. Padahal itu adalah first kissku yang sangat kujaga sekali.
"Hmm.. seperti ini," ucap Si Brengsek itu tanpa merasa bersalah sama sekali.
Aku menggeliat, air mataku keluar. Aku berteriak tapi dia malah tertawa. Aku merasa benar-benar hina. Aku merasa menjadi wanita murahan, apa yang telah aku jaga kupasrahkan saja kepada tua bangka itu.
"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?!" teriak Jungkook sama kerasnya seperti tadi. Aku tidak tahu pasti apa yang dipikirkan laki-laki itu tapi aku merasa dia ada dipihakku.
"Aku akan menikahi gadis ini," ucapnya santai sambil mengelus pipiku lalu dia menyeringai.
Jungkook jelas sekali menunjukkan raut keterkejutannya. Mungkin dia marah atau tidak meyangka ayahnya adalah orang kejam seperti itu. Aku tidak tahu kenapa reaksinya seperti itu, harusnya dia tahu kelakuan Ayahnya memang kaparat sekali.
"Kenapa? Kau terkejut? Asal kau tahu aku menikahi Ibu mu saat dia berusia yang sama dengan gadis ini."
Dia melangkah maju mendekati Jungkook. "Kau hanya bocah kemarin sore yang tidak tahu apa-apa jadi diamlah dan lakukan saja apa yang kuperintahkan!"
Raut kekecewaan dari wajah Jungkook jelas tergambar setelah Kim Namjoon mengatakan kalimat itu.
The end of Haera's POV
________
Author's POV
Jungkook duduk di dekat perapian, malam hari di musim dingin membuatnya tidak bisa tidur ditambah lagi pikirannya masih tertuju kepada perkataan Ayahnya.
Pria berumur delapan belas tahun itu mendekati ibunya yang tidur seorang diri di ranjang. Mendudukkan bokongnya di sisi ranjang lalu menatap wajah putih ibunya lekat-lekat.
Selama ini Jungkook hanya tinggal bersama ibunya dan para wanita-wanita tua dan muda. Kaum Arthles sangat ketat, semua masyarakat dilatih untuk menghadapi perang karena pemimpinnya yang haus akan kekuasaan.
Jungkook yang merupakan anak terakhir dari pemimpin Kaum Arthles yang dilatih sebagai pembunuh, kemarin adalah kali pertamanya dia mengikuti perang sesungguhnya dan membunuh pemimpin kaum Mednirth dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood, Sweat, and Tears
FanfictionKim Jungkook adalah anak dari pemimpin kaum Arthless, sebuah kaum yang sedang berperang melawan kaum Mednirth untuk memperebutkan suatu wilayah.