Sebuah cahaya putih nan indah yang selalu bersinar terang. Cahaya yang selalu bersinar diatas langit malam. Cahaya yang menyinari seluruh dunia, telah dia redupkan dengan rasa sakit yang ia derita. Seluruh dunia menjadi gelap gulita karnanya, bersamaan dengan itu ada tiga orang yang berduka, kehilangan sebuah permata kecil yang indah dan berharga. Sebuah permata yang selalu menyinari hidup mereka telah pergi untuk selama-lamanya.
****
"oke, tidak ada tanda-tanda kerusakan didalam organ, Gia harus datang diminggu selanjutnya, dengan menyuntikkan vitamin yang diberikan 2 jam sekali, mudah-mudahan kemajuannya semakin pesat" dokter Ivan, dokter kepercayaan keluarga memeriksa Gia sekali dalam 2 minggu, untuk mengecek dan mengambat pertumbuhan bakteri yang mengancam semua organ Gia.
Wajah menggerutuku kian memuncak saat kerap kali ke dokter kepercayaan keluarga untuk cek up, aku tidak tahu apa penyakit yang aku derita sampai mama membawaku setiap 2 kali seminggu hanya untuk mengontrol dan menghambat pertumbuhan bakteri yang katanya bisa membunuh semua organ didalam tubuhku.
Kerap kali aku menanyakan pertanyaan yang sama, mama selalu mengatakan kalau aku tidak sakit, hanya saja tubuhku memerlukan vitamin agar metabolisme didalam tubuhku kuat dan tidak gampang sakit. Papa pun demikian, dia menjawab hal yang sama. Karna mereka orang tuaku, akupun mengiyakannya. Aku percaya dengan yang mereka katakan.
Setiap waktunya datang, dokter melakukan PET Scan untuk mendeteksi bakteri yang ada didalam tubuhku. PET Scan atau Positron Emission Tomografi alat yang memancarkan sinar radiasi untuk menunjukkan aktivitas sekecil apapun dalam tubuh manusia, bahkan hingga pada tingkat sel. Setiap memasuki ruangan PET Scan aku selalu membayangkan didalam ruangan ini ada sesuatu yang bersamaku. Ruangan ini gelap dan menakutkan untuk anak yang takut akan kegelapan sepertiku. Dari luar dokter memantau melalui hasil berupa gambar.
Selama waktu 30 menit lamanya aku memasuki sebuah terowongan mesin. Ruangannya yang tertutup membuatku menjadi takut. Lebih kurang 2 jam lamanya untuk melakukan pengecekan keseluruhan. Setelah itu aku diminta untuk meminum banyak air putih dan diberi vitamin berupa suntikan. Aku melihatnya semacam obat kemoterapi. Tapi mamaku bilang, itu adalah vitamin untuk metabolisme tubuhku.
Alisku naik ketika melihat ekspresi dokter Ivan, dan mama. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku. "sebenarnya aku sakit apa sih? Kenapa aku selalu dibawa kesini?" Gia bertanya dengan berharap mendapatkan sebuah jawaban yang sebenarnya.
"kamu tidak sakit Gee,, hanya saja kamu harus melakukan pengecekkan untuk tubuhmu dan diberi vitamin" sambil membelai rambut anak perempuannya.
Gee adalah nama panggilan kesayangannya, dia adalah si bungsu dan anak perempuan satu-satunya. Sang kakak bernama Reihan, umur mereka hanya berjarak 1 tahun. Gia Aghatha, adalah anak paling cerdas, dia bahkan sekelas dengan kakaknya. Selama di Sekolah dasar, dia selalu mendapat peringkat umum karna itu dia selalu lompat kelas.
Sudah 4 tahun dia menjalani pengobatan, diseluruh tubuh Gia banyak terdapat bekas suntikkan. Tidak ada efek samping yang dia rasakan setelah menyuntikkan vitamin, rasanya seperti mengkonsumsi vitamin C.
"tidak ada rasa kebas. Kelelahan, atau nyeri hebat diperutmu Gia?" tanya dokter Ivan yang sembari menyatat setiap kemajuan yang dialami pasien tetapnya itu.
"tidak ada, paling waktu aku mengerjakan tugas ada sensasi panas didalam perutku kadang nyeri hebat, seperti sebuah tusukan yang menusuk lambungku dan ususku seperti dirobek. Kadang aku menahannya menggunakan batal guling untuk mengurangi sakitnya, itu bisa berlangsung selama 1 atau 2 jam" Gia mengatakannya dengan santai sambil melihat gambar tentang anatomi tubuh manusia. Seolah-olah rasa sakitnya adalah hal yang biasa.
"baiklah minggu selanjutnya datang lagi untuk pengecekkan lebih lanjut, besok saya akan mengecek pergerakan refleks organ luar Gia, selamat siang"
Selama diperjalanan pulang, Gia terus bertanya-tanya kepada dirinya. Apa sebenarnya yang dia alami, kenapa dia harus ke dokter Ivan setiap hari dan diberi suntikkan. Sudah 4 tahun dia menjalani pengobatan yang bahkan bisa dibilang hanya pengobatan tidak berguna pikirnya. Dia hanya memasuki lorong mesin dan diberi suntikan. Setelah itu diadakan semacam konseling yang berkaitan dengan aktivitas, dan rasa sakit yang dia rasakan.
YOU ARE READING
Gone [ SELESAI ]
Short StoryCahayaku telah sirna, aku telah bebas dan tidak menderita lagi