1

144 20 29
                                    

Cahaya matahari mengusap lembut tubuhmu membuatmu terbangun. Kamu mengerjap kerjapkan matamu menyadari hari sudah pagi.

Tubuhmu beranjak membuka gorden dan jendela guna memperhangat serta memperterang kamarmu.

Kamu melirik sekilas jam dinding di kamarmu sebelum beranjak membersihkan diri. Kamu memang selalu rajin ke sekolah, setidaknya kamu bisa lebih bebas daripada ketika berada dirumah.

"(Y/n)!" Kamu tahu, itu pasti suara Nakyung, sahabatmu sedari kecil.

"Kau selalu berangkat pagi akhir akhir ini. Ada apa (Y/n)?" pertanyaan itu hanya dijawab gelengan olehmu.

Kamu dan Lee Nakyung memang bersahabat dekat. Semua orang di sekolah tahu itu, mereka biasa memanggilmu "Teman Nakyung". Mereka tahu nama Nakyung, tapi tidak dengan namamu. Karena dari segi manapun, jauh lebih menarik Nakyung daripada kamu.

"Kyungie!"

Sial, itu suara Bae Jinyoung. Ia idola para wanita, siswi hingga guru. Sekaligus pria yang kamu suka sejak enam tahun yang lalu. Sejak kamu pertama kali melihat Jinyoung di Sekolah Menengah Pertama.

Kamu menoleh tepat setelah cinta pertamamu itu menyebutkan nama Nakyung. Mungkin karena kamu terlalu mencintainya, kamu menoleh bahkan saat Jinyoung tidak memanggilmu.

Karena tak kunjung menoleh, Jinyoung berlari menghampiri Nakyung yang masih berjalan tanpa menyadari kamu sempat berhenti.

"Kyungie"

"Ah, Jinyoungie apakah kau memanggilku dari tadi?"

Jinyoung menjawab pertanyaan Nakyung dengan anggukan. Dan juga, senyumnya. Jinyoung sebenarnya tipikal orang yang susah tersenyum. Tapi Nakyung, bisa membuat Jinyoung melakukan hal yang sangat kamu sukai. Ya, tersenyum.

Kamu ingin membuat Jinyoung tersenyum juga. Tapi, kamu siapa?

"Ah, maafkan aku karena tidak mendengarnya. Kukira kau memanggil (Y/n)"

"Tidak, untuk apa."

Jinyoung memang benar, dia tidak perlu memanggilmu. Kamu berjalan di belakang Nakyung dan Jinyoung. Mereka sedang mengobrol dan sesekali tertawa, bersama.

Jinyoung menatap Nakyung. Nakyung menatap Jinyoung.

Kamu tahu, Nakyung sebenarnya memang suka dengan Jinyoung. Karena akhir-akhir ini, tatapan Nakyung ke Jinyoung berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Ya, Nakyung sahabatmu itu suka dengan Jinyoung, jauh setelah kamu mencintainya lebih dulu.

...

Kamu tahu mengapa perahu selalu berlayar mengikuti arus?

Karena perahu tahu, ia tidak mungkin bisa melawan dan menerjang yang jelas-jelas bukan takdirnya.

Tapi aku tidak setuju, buktinya perasaanku tetap sama, meskipun aku tahu saat ini aku menerjang arus yang deras.

Jadi menurutmu, perahu yang penakut? Atau aku yang terlalu bodoh?

"(Y/n)! Ayo ke kafetaria!"

Kamu tersadar dari lamunanmu setelah mendengar Nakyung mengajakmu ke kafetaria. Sebelumnya kamu sedang menulis beberapa kalimat di buku bagian belakang yang sekarang sedang kamu tutup dengan terburu-buru.

...

Kamu memasuki kamarmu dengan tergesa-gesa. Memang selalu seperti ini, kamu tidak suka berlama-lama di dalam rumah jika bukan di kamarmu. Apalagi untuk melihat keluargamu makan bersama tanpa sekalipun memperhatikanmu.

"(Y/n)! Segeralah mandi dan belajar, jangan lupakan makan malammu."

Ayahmu mengatakannya dengan datar tanpa menoleh ke arahmu. Memang diantara anggota keluargamu, ayahmu yang setidaknya memperhatikanmu walau sedikit, sangat sedikit. Tidak perlu kamu bandingkan dengan kasih sayang yang ayah dan ibumu berikan kepada adik dan kakak perempuanmu.

"Awas saja jika nilaimu terus menurun! Apakah kau tidak bisa mencontoh saudara-saudaramu?"

Kata kata seperti itu sudah seringkali kamu dengar dari ibumu. Kamu selalu sadar bahwa kamu tidak secantik kakakmu yang telah menjadi model beberapa majalah. Kamu juga tidak sepintar adikmu yang selalu jadi juara kelas.

Acara cepat-cepat masuk kekamarmu gagal. Kamu memang selalu gagal dalam rencana masuk kamar tanpa mendengarkan omelan kedua orang tuamu itu. Meskipun kamu sudah sangat muak, kamu tetap tidak berani membantah mereka.

Kamu membuka bukumu setelah selesai makan malam, sendirian. Kamu membuka tepat pada bagian belakang bukumu tanpa sengaja.

Kamu mengerjap-kerjapkan matamu untuk memastikan bahwa kamu tidak salah lihat. Kamu melihat sebuah kalimat di bawah tulisanmu yang kamu tulis sebelum Nakyung mengajakmu ke kafetaria.

Perahu bukan penakut karena ia memang tidak bisa.

Tapi aku tidak tahu apakah kamu bodoh atau tidak, karena pertanyaan itu juga muncul padaku setiap aku memperhatikanmu.

Aku sangat senang, kamu terlihat bahagia hanya dengan melihat Jinyoung tersenyum.

Jadi (Y/n), apakah aku juga bodoh?

I Always Be With You • Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang