part 3 (end)

37 4 0
                                    

Aku mencoba membuka perlahan kelopak mataku yang terasa begitu berat untuk dibuka. Terlihat Om David dengan isterinya berada disampingku dan melontarkan senyuman indah kepadaku. Perutku terasa begitu perih dan sakit, ternyata disana ada bekas luka operasi yang belum sembuh.
"Kamu sudah sadar, Din?" tanya Om David kepadaku, aku hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalaku.
"Cepat sembuh, ya. Supaya bisa cepat-cepat pulang," tambah Tante Sarah.
"Saya istirahat dulu, ya. Saya merasa mengantuk sekali," ucapku sambil mulai menutup mataku kembali karena masih terpengaruh dengan obat bius saat operasi.

Pagi itu matahari bersinar begitu cerah, aku Bersama Om David hari ini pergi menuju rumah sakit untuk melakukan pengecekan mengenai perkembangan kondisiku pasca operasi transplasi ginjal. Ya! Aku mengalami gagal ginjal yang telah ada sejak aku lahir, itulah sebabnya aku sering merasa sakit dibagian pinggang dan kencing berdarah. Dan hanya Ayahku yang tau mengenai hal ini dan saat itu Ayahku tidak bisa melakukan cuci darah terhadapku karena alasan keuangan. Tapi aku sangat bersyukur karena akhirnya aku mendapatkan donor ginjal walaupun hanya sebelah saja, tetapi itu sudah bisa menolong hidupku. Setelah melakukan check up kamipun berencana langsung kembali kerumah.
"Oh iya Om, ngomon-ngomong siapa yang mendonorkan ginjal kepada saya?" tanyaku memulai percakapan. Om David hanya terdiam sambil berusaha konsentrasi dengan mobil yang sedang ia kendarai.
"Baik betul orang itu, mau kasih ginjalnya kepada saya dan nggak minta bayaran lagi," tambahku lagi.
"Iya, dia itu memang baik, hatinya begitu tulus dan sabar. Kamu mau nggak bertemu dengan orangnya?" tanya Om David.
"Mau dong Om, saya mau mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah menyelamatkan hidup saya,"
"Kamu yakin?" tanya Om David mencoba memastikan, aku jadi heran mengapa Om David bertanya seperti itu, ia pun langsung mebelokkan arah stirnya menuju jalan yang lain. Kira-kira 30 menit kemudian kami tiba disuatu tempat.
"Kok, dikantor polisi sih Om?" tanyaku kepada Om David, "Oh yang mendonorkan ginjal ke saya seorang polisi?" tambahku lagi tapi Om David hanya diam tanpa menjawab pertanyaanku. Setelah ia memarkirkan mobilnya kami pun langsung menuju keruang receptionist untuk mengatakan maksud dan tujuan kami. Tak lama seorang polisi datang dan menuntun kami kesuatu tempat.
"Orang yang mendonorkan ginjal kepadamu sekarang dipenjara," kata Om David menjelaskan, "Ia terlilit hutang disana sini demi memenuhi keinginan anaknya. Karena nggak bisa bayar jadi orang yang meminjamkan uang kepadanya melaporkan hal ini ke polisi," sambungnya. Aku hanya terdiam dan mulai mengetahui alasan kenapa kami kesini. Kami pun duduk disuatu bangku untuk orang-orang mau bertemu dengan tahanan. Tak lama seorang polisi datang dengan seorang pria paruh baya dengan kaus tahanan. Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok pria tersebut, tak terasa air mata mulai membasahi pipiku. Orang yang selama ini mendonokan ginjalnya kepadaku, orang yang bersedia dipenjara demi aku, orang yang selalu menuruti kemauanku, orang yang selalu hutang kesana-sini demi aku, orang yang bahkan pernah aku panggil orang gila dan bahkan malu menjadi anaknya adalah sosok malaikat yang tak pernah ku ketahui. Begitui sesak dadaku, rasa penyesalan kini memenuhi seluruh perasaanku, tangisanku kini makin menjadi-jadi. Aku langsung memeluk pria tersebut menciuminya untuk pertama kali, mengenggam erat tangan keriputnya. Aku sangat menyesal dengan apa yang pernah kulakukan saat itu.
"Ayah, Dinda minta maaf. Dinda menyesal Ayah...," ucapku sembari memeluknya erat.
Kau tahu? Aku bersyukur telah menyesal saat itu juga, akan lebih berat bagiku jika beliau sudah tak ada lagi didunia ini. Ya, terkadang kita selalu menganggap remeh seorang ayah. Dari tangannya lah kita hidup. Perjuangannya untuk kita begitu besar, dia harus bekerja melawan teriknya matahari, beratnya beban yang ia pikul bahkan kerasnya hidup yang ia hadapi hanya untuk membuat lengkungan indah diwajah anak-anaknya. Sesekali ia harus meminjam uang dari orang lain, hutang disana-sini hanya untuk memenuhi keinginan anaknya, untuk putra-putri tercintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andai Ayahku Bisa BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang