Pretending

4.1K 432 16
                                    


“Saya Raka Canavaro dari divisi HRD HW Media. Saya pacarnya Carla, Pak.” ujar Raka tegas diakhiri dengan senyuman.

Mata Carla membola. Apa-apaan?!

“Eh? Bukan, Pak.” Carla buru-buru membantah bahkan sampai mengibaskan tangannya. Enak saja mengaku pacar!

Pak Marco mengangkat sebelah alisnya, “Jadi, sebenarnya pacar atau bukan?”

“Iya, Pak.”

“Bukan!”

Carla dan Raka menjawab bersamaan. Mendengarnya, Carla mendelik kesal pada Raka. Apalagi mendengar ucapan Raka selanjutnya. “Kamu tega banget sih, Sayang. Aku udah jemput kamu lho ini.” Raka pura-pura merajuk yang bikin Carla mau muntah.

“Gue nggak minta!”

“Maaf, Pak. Carla lagi sedikit ngambek.”

Pak Marco tertawa melihatnya. “Melihat kalian saya jadi rindu istri saya. Kalian lucu. Silahkan duduk, Raka.” Pak Marco lantas memanggil pelayan untuk meminta buku menu. “Feel free to order. It’s on me.

“Terima kasih, Pak.” ujar Raka, mengangguk sopan. Seraya membolak-balik buku menu, ia berbisik pada Carla, “Pak Marco bukannya gay? Kok kangen istri?”

“Berisik! Udah buruan pesen!” desis Carla.

“Kamu kan sudah punya pacar. Kenapa orang-orang masih mengira kamu pacar saya, ya?” ujar Pak Marco.

Carla buru-buru menyanggah. “Kami nggak pacaran, Pak. Dia bukan pacar saya.”

“Kami memang sengaja menyembunyikan hubungan kami, Pak. Hanya menjaga profesionalisme kerja.” jawab Raka sok bijak.

Mendengarnya, Carla semakin kesal saja. Ia mencubit paha Raka yang berada di sampingnya.

“Ah, I see. Pantas mereka salah paham.” Pak Marco mengangguk-angguk. “Tidak apa, Carla, saya juga bisa jaga rahasia seperti kamu.”

Pak Marco dan Raka tertawa. Sementara, Carla menggeram dan mendelik kesal ke arah Raka, tapi laki-laki itu malah mengedipkan sebelah mata padanya.

******

“Kok lo disini?” tanya Carla setelah makan malam mereka bersama Pak Marco selesai.

“Kenapa emangnya? Gue nggak boleh disini?”

“Ya, boleh aja. Maksud gue, kok lo tiba-tiba nimbrung sama gue dan Pak Marco?”

Raka menggaruk pelipis. “Gue sebenarnya ngikutin kalian.”

“Hah? Buat apa?”

“Jaga-jaga aja kalau ada fans Pak Marco yang lihat kalian. Lo nggak mau dikerjain lagi kayak kemarin, kan?”

“Iya, sih.” Carla sebenarnya bingung dengan sikap Raka. Tapi, dia tetap berterima kasih. Bagaimana pun Raka sudah berbaik hati padanya, bukan begitu?

Kemudian, Carla teringat ketika Raka mengaku sebagai pacarnya di depan Pak Marco. Ia kembali meradang.

“Tapi, kenapa lo bilang kalau lo pacar gue?!”

Raka terlihat gelagapan. Ia berdehem dengan keras. “Ada film bagus nih. Mau nonton nggak?”

Mereka saat ini memang sedang berjalan di depan bioskop. Dan Raka tiba-tiba menunjuk poster daftar film yang sedang diputar. Carla tahu Raka sedang mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi, dia tidak bisa menolak saat Raka sudah berjalan lebih dulu. Apa boleh buat. Lagi pula, sudah lama ia tidak menonton di bioskop.

Mereka menonton film komedi. Sengaja memilih itu. Alasannya karena film lainnya adalah film horor dan Carla menolak keras untuk itu. Sepanjang film Carla tertawa ketika melihat sang aktor melakukan adegan lucu. Meskipun, menurutnya cerita di film itu kurang menarik tapi humornya lumayan menghibur.

Roller CoasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang