Kemah

64 3 0
                                    

Setiap murid baru pasti akan merasakan perjusami. Perkemahan untuk penerimaan tamu ambalan. Kami merasa antusias menyambut nya. Kami membagi beberapa kelompok untuk dijadikan sangga dan pembagian tenda. Berbagai perlengkapan pun siap untuk dibagi. Mulai dari pencarian tenda, alat masak, tikar dll. Siang itu kami latihan yel2 di kelas. Kami juga menyiapkan pensi untuk acara malam. Rasa nya tak sabar menikmati malam pertama di sekolah ini.

Sore itu teman sekelasku, wawan namanya. Ia mencari bambu di belakang sekolah. Maklum kelas x masih anak baru, belum mengenal sekolah dengan baik. Saat sedang mengambil bambu ia mengeluh panas. Cuaca hari itu memang terasa panas. Semakin lama wawan semakin mengeluh, ia merasa tubuh nya seperti terbakar, karena khawatir kami memeriksa tubuh nya. Dan saat itu betapa terkejut nya kami. Tubuh nya hitam seperti terkena cambuk. Bukan hanya satu tapi ada beberapa bekas seperti cambukan memenuhi punggung nya.

Dengan cepat kami membawa nya pulang. Wawan semakin mengeluh sakit. Dan tiba dirumah nya, ibu nya langsung memanggil orang "pintar" orang yang paham akan kebatinan. Setelah diperiksa ternyata benar, wawan terkena gangguan tak terlihat. Seperti nya di tempat mengambil bambu tadi. Sejak kejadian itu guru melarang kami untuk mengambil bambu di belakang sekolah.

Malam ini malam api unggun, malam yang dinanti karena kami akan mempersembahkan pensi yang telah kami persiapkan. Magrib berlalu dan setelah makan malam kami bersiap menuju lapangan. Tiba2 beberapa teman kami terjatuh pingsan. Bukan hanya 1, tapi beberapa, aku tak tau persis berapa jumlah nya. Teman2 yang pingsan dikumpulkan di kantor, ada yang menangis, ada yang menjerit dan ada yang mendesis seperti ular. Kami kehilangan kata. Namun tak lama kemudian guru kami ada yang datang berkunjung. Bu Hani namanya. Ia terkejut saat melihat banyak yang terkena gangguan jin. Namun dengan santai ia memegang tangan anak2 itu. Ia bertanya,, siapa kamu? "Aku Rini" jawab salah seorang dari yang kesurupan tadi, tubuhnya menggeliat dan lidah nya menjulur, suara  desisan itu terdengar jelas. Tak lama aku melihat bu Hani berbincang, walau aku tak tau persis apa yang dibicarakan mereka. Setelah itu teman ku mulai sadar. Satu persatu tangan mereka di salami dengan bu Hani, mereka menangis ketakutan saat tersadar. Api unggun pun gagal di laksanakan. Kami disuruh masuk ke dalam tenda.

Sekitar jam 10 malam, kakak bantara terlihat menyalakan api unggun yang gagal dilaksanakan tadi. Mereka membuat api dan mengitari nya untuk menghangatkan tubuh mereka. Aku hanya memandang langit melalui celah tenda. Gelap tak terlihat bintang di sana. Tiba2 mataku menangkap sosok bayangan berjalan di atas atap perpustakaan. Panjang berwarna kuning, seperti cahaya. Kepalanya besar, mata nya merah, giginya runcing 2 terlihat dari mulutnya. Ular!! itu ular, besarnya seperti batang kelapa. Panjang nya memenuhi atap perpustakaan. Tubuh ku terasa kaku dan lemas. Tak sempat berdiri tiba2 terlihat gelap.. Aku tak bisa melihat apa2, aku terjatuh tak sadarkan diri.

Kerajaan dalam BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang