Anak kecil

55 1 0
                                    

Suasana kelas pagi itu tampak riuh. Ada yang sibuk mencontek PR, ada yang menyapu dan ada yang nampak sibuk dengan sarapan nya. Kursi disampingku masih kosong. Yanti masih sakit ya, tanyaku pada Ranti. Sakit apa sih.. kepo ni "ujarku". Katanya sih gak bisa jalan "jawab Ranti dengan cepat”. Suara kaki melangkah terdengar cepat, kami langsung duduk di tempat masing2, pelajaran pun dimulai.

Pulang sekolah kusempatkan diriku ke rumah Yanti. Walau tak membawa apa2, tetap aja pede hhhh. Nampak Yanti sedang duduk di ruang tv. Di depannya ada sebuah meja berisi roti dan teh hangat. Hemzz perutku mulai terdengar protes. Dengan cepat aku duduk disampingnya. Kukeluarkan catatan2 dan tugas di sekolah. Cepet sembuh Yanti, kamu sakit apa sih. Gak tau jawabnya.. dia bercerita bahwa kaki kirinya sulit digerakkan. Rasanya berat, ini aja lagi enakan. Kadang enak kadang berat banget. Kalau lagi kumat rasanya gak tahan. Kulihat kakinya bengkak. Nampak kebiruan di betisnya. Tangan ku mulai nakal. Kupegang kakinya dan rasanya panas. Tanganku pun panas. Rasa apa ini? Sesuatu yang beda. Yanti, kamu udah periksa belum? Udah jawabnya. Aku ke dokter dan kata dokter kakiku terbentur, dikasih obat memar rasanya sudah mulai enak tapi ada saat tertentu sakitnya luar biasa. Kupandang Yanti, tiba2 kulihat ada bayangan di balik badan Yanti. Apa itu? Yanti.. ada yang gak beres. Tapi aku tak tau apa. Bilang sama orang tuamu. Berobat sama orang "pinter". Kamu sakit nya beda ujarku. Tiba2 Yanti menjerit. "Aduh kakiku sakit lagi. Susah digerakkan. Kupegang kakinya, tiba2 kulihat sosok anak kecil menempel di kaki Yanti. Siapa itu Yanti, "jeritku" anak itu tertawa dan semakin tertawa. Suaranya memekakkan telingaku. Yanti semakin kesakitan. Kupukul kaki Yanti walau sebenarnya aku mau memukul anak kecil itu. Rupanya agak sedikit aneh. Tidak berbaju, bercelana pendek kusam. Matanya merah, telinganya panjang, lidahnya menjulur. Dia tertawa melihat Yanti kesakitan. "Jahat!! Kamu jahat.. pergi. Yanti ketakutan melihatku menjerit. Aku tersadar. Kehadiranku membuat Yanti semakin tidak nyaman. " Tolong aku Rika" tangan Yanti memegang tanganku. Aku bingung. Ibu Yanti pun datang. Kami berdua membawa Yanti ke kamar. Ibunya menelpon bude Yanti dan minta tolong untuk membawa Mbah Mun kerumahnya. Aku menemani Yanti dikamarnya. Anak kecil itu masih disitu. Menggelayut dikakinya. Aku ingin memukul dan memaki anak kecil itu tapi aku takut Yanti akan semakin histeris ketakutan. Apa yang harus kulakukan ya Allah. Istighfar Yanti,, hanya itu yang bisa kuucapkan untuk menenangkan nya.

Mbah Mun datang, kami disuruh keluar dan ia memulai ritual nya. Aku tak tau apa yang dilakukan Mbah Mun. Aku keluar dan menunggu.
Hari sudah sore, tak bisa menunggu lebih lama, aku pamit pada ibunya Yanti.

Malam harinya aku berusaha memejamkan mata. Sulit rasanya karena bayang anak kecil itu membayang di mataku. Saat aku mulai lelah kusadari separuh aku mulai akan tertidur. Separuh lelap aku merasa ada yang datang dari balik jendela. Rasanya ada yang menembus dinding kamarku. Dalam keadaan separuh sadar aku tak bisa menggerakkan badan. Sesuatu itu ada disampingku sekarang. Apa itu? Siapa itu? Badanku terasa kaku. Hatiku berteriak dan benar bibirku terkunci, tak ada kata dan suara yang keluar. Ya Allah tolong aku. Aku bertahan istighfar dalam hati, membaca berulang kali ayat kursi, memohon bantuan kepada Allah. Kuyakinkan diriku bahwa Allah akan membantuku. Tiba2 kesadaran ku beranjak pulih, aku berteriak,, Allahu Akbar. Aku terbangun sambil menjerit. Kakakku langsung berlari ke kamarku dan menghidupkan lampu kamar. Ada apa? Tanya nya.. mimpi buruk. Aku gak apa2 sahutku sambil menenangkan diri.

Pagi nya aku ke sekolah seperti biasanya. Saat di depan pohon mangga aku terselandung dan terjatuh. Aneh.. aku terselandung apa. Apa akar pohon? Atau batu? Kulihat di sekeliling ku. Aku terkejut karena ada anak kecil kemarin yang dirumah Yanti sedang menertawai ku. Tentu saya aku terkejut. Aku membuang muka. Tak ingin melihatnya.

Guru pun masuk, kelas akan dimulai. Hari itu aku benar2 tidak bisa konsentrasi. Anak kecil itu selalu menampakkan wajahnya. Aku selalu membuang muka. Sampai rasanya aku tak tahan lagi. Kamu mau apa!! Dasar setan kecil!! Jeritku. Temen2 dan guruku langsung melihat ke arahku. Suasana riuh. Aku langsung terdiam. Aku langsung keluar menuju kantor. Anak kecil itu mengikuti ku. Jujur, aku takut. Tapi lama kelamaan aku muak. Aku langsung berlari ke belakang sekolah berharap anak kecil itu akan mengikuti, benar, ia mengikutiku. Di belakang sekolah aku menantangnya. Keluar kamu!!! Anak itu menampakkan dirinya. Ia senyum2. Ngapain kamu ngikuti aku? Anak itu senyum aja. Ia mendekatiku. Lama kelamaan aku mulai terbiasa melihat wajahnya. Ia memang tak bersuara tapi kelihatannya ia hanya ingin berteman. Tangannya mengusili apa saja. Hem,, setan kecil usil pikirku.
Lima belas menit berlalu dan aku mulai terbiasa. Aku tak lagi takut. Saat aku mulai terbiasa, dia menghilang. Kuperbanyak istighfar. Apakah ini mimpi?

Pulang sekolah aku kerumah Yanti lagi. Gimana keadaan kamu Yanti? Tanyaku. Udah enakan jawabnya malah seharian ini kakiku gak sakit lagi. Kulihat kakinya masih sedikit bengkak. Kupegang masih terasa panas. Tiba2 anak kecil itu terlihat lagi. Langsung kupegang kaki Yanti, kubacakan ayat kursi dan aku bilang. "Kumohon ini temanku, jangan ganggu dia. Kasihan dia..
Anak kecil itu tertawa dan dia langsung pergi. Suara tawanya memekakkan telinga ku. Dia pergi sambil melambaikan tangan nya padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kerajaan dalam BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang