BAB 3.

4.4K 31 0
                                    

PENGAKUAN KETIGA.

Aku sedang duduk di salah satu kafe pinggir kota yang paling banyak dikunjungi oleh anak muda lainnya. Satu musik milik The Pussycat Dolls berputar-putar berulang mengisi isi kafe. Aku menyesap minuman dingin di depan ku sambil menikmati semua yang ku lihat. Orang-orang tampak menikmati waktu mereka di sana, sementara aku bosan menunggu setengah mati. Hari ini, sesuai kesepakatan ku bersama Bandit, aku akan bertemu salah satu gadis nya.

Sejenak aku terpesona pada perempuan pemain piano di depan ruangan kafe. Dia pasti gadis rumahan yang manis dan punya prestasi cemerlang. Wajahnya sangat feminim, seorang pria yang mendapatkannya pastilah beruntung.

Aku terus terkesima pada gerakan-gerakan jarinya yang bermain di atas tuts piano. Jika aku seorang laki-laki, maka aku akan jatuh cinta pada nya. Dan tak kan ku lepas. Saat itu juga aku merasa bahwa, aku iri padanya.

Ponsel ku bergetar di dalam saku, Bandit menelepon.

"Ya?" Kataku.

"Katakan kalian telah bertemu?"

"Belum."

"Mengerti. Lima menit lagi."

Aku mengangguk, seolah dia melihatnya. Bandit menutup teleponnya cepat. Dan entah mengapa, saat itu pandangan ku bertemu pada gadis pemain piano di sana. Dia tersenyum sangat manis. Setelah ini, aku harus dapatkan foto bersama gadis itu.

Seorang pramusaji mendekati ku, aku tidak mengerti. Dia mengambil selembar kertas berukuran kecil dari balik baki. Aku mengernyit bingung, tapi pramusaji itu membaca kebingungan ku.

"Pesan untuk mu dari Nona Sheldon."

Aku terkejut. Artinya gadis yang ku tunggu telah tiba di kafe ini. Cepat aku membaca kertas yang kuterima. Aku terbelalak karena aku tak mempercayai sesuatu yang ku baca.

Setelah piano berakhir.

***

Untuk pertama kali aku menelan ludah karena aku benar-benar bertemu pada gadis pemain piano itu. Dan itu dia, Catty Sheldon. Bandit mengatakan jika, gadis yang akan ku temui adalah wanita penyuka seks keras. Jadi aku sedikit gugup jika aku akan bertemu padanya. Tapi lihat siapa yang ku lihat sekarang dihadapan ku? Apa aku tadi mengatakan jika aku akan jatuh cinta padanya? Well, jika aku tahu bahwa Catty Sheldon bukan semenyimpang yang Bandit katakan, maka aku tidak akan menarik ucapan ku.

Demi apa pun, dia punya wajah sangat manis, sangat polos, sangat feminim, dan sangat lembut.

"Catherine Sheldon, kau pasti Nona Borgia?"

Kami berjabat tangan. Bola mata coklat nya benar-benar menipu. Aku ingin merutuk, bagaimana bisa gadis semanis dia bisa semenyimpang itu?

"Kau benar."

Senyumnya sangat surgawi. Kalian tak kan percaya, Catty seorang artis porno. Tak satu pun dari tampilannya, meyakinkan ku bahwa dia seliar hewan. Cara bicaranya sangat karismatik. Sial, dia bicara sangat lembut dan perlahan. Tatapannya sangat teduh dan aku harus bilang, dia pastilah anak perempuan yang sangat menggemaskan saat bayi.

"Nama ku Bell Borgia." Ulang ku.

"Aku tidak percaya jika aku akan di wawancara."

Aku tertawa, "Tentu saja. Aku bisa meletakkan alat perekam?" Aku harus minta persetujuannya.

"Silahkan."

Aku melirik kiri kanan ku, aku tahu pembicaraan semacam ini harusnya tidak dilakukan ditempat seterbuka ini. Dan dia memahami ketidaknyamanan ku, "Lakukan saja, aku biasa melakukan pembicaraan semacam ini." Catty meyakinkan ku.

SIX OF BORGIAWhere stories live. Discover now