2

2.6K 140 4
                                    

-AWAN HITAM-

***

"Kau yakin laporan ini layak saya terima?"

Elena melepas kacamata lalu memijat hidungnya pelan. Ia mengambil segelas kopi yang bertengger di mejanya lalu menyeruputnya perlahan. Matanya masih menatap Anggi dengan santai namun mengintimidasi.

"Kau sudah berapa lama bekerja di perusahaan ini? Kau menempatkan aset dan kewajiban pada kolom yang salah. Kau ingin membuat perusahaan ini bangkrut? Kau kira ini perusahaan kakekmu? Revisi lagi! Jam tiga laporan harus sudah ada di meja saya. Dan saya tidak menolerir kesalahan klasik seperti ini lagi." Elena memakai kacamatanya kembali. "Kau boleh keluar!"

Elena melihat wajah Anggi memucat. Lalu tiba-tiba perempuan itu tertawa.

"Mungkin Pak Gio akan berkata seperti itu kalau dia ada di sini sekarang, Nggi. Revisi lagi. Aku tunggu sampai jam lima," kata Elena Santai.

"Ya ampun. kau benar-benar membuatku kaget tahu tidak? Aku kira kau sunggug marah padaku tadi. Jantungku mau copot tadi," ucap Anggi dengan logat jawanya yang masih kental.

Elena tertawa. Akuntan yang baru masuk satu tahun yang lalu itu begitu polos dan Elena senang mengerjainya. Seperti tadi, Elena dapat melihat wajah Anggi yang memucat dan matanya yang sedikit memerah.

"Wajahmu lucu."

Anggi mengurucutkan bibirnya kesal. "Sudahlah, aku pergi."

Ketika Anggi keluar, Elena kembali menatap layar laptopnya dengan serius. Sebagai seorang asisten manajer, Elena harus menggantikan Pak Gio, managernya yang sekarang sedang cuti. Sudah tiga satu bulan Elena menduduki posisi sebagai manager gadungan seperti ini dan kini ia sudah mulai lelah dengan pekerjaan yang menumpuk dan deadline dari direksi yang seperti menerornya setiap menit.

Elena melihat jam laptopnya sudah menunjukkan pukul setengah satu. Ia baru saja akan membuka ponselnya untuk memesan makanan ketika pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan seorang perempuan dengan kemeja biru memasuki ruangannya.

"Ayo kita makan, El. Kau sudah lama tidak makan Bersama anak-anak," ajak Ayumi. Sahabat Elena sejak kuliah yang kini menjabat sebagai akuntan senior di kantornya. "Mentang-mentang sudah naik pangkat, kau sekarang tidak pernah keluar untuk mengobrol dengan yang lain, bukan?"

"Itu benar. Jadi tolong jangan buka pintu ruangan saya dengan kurang ajar seperti tadi. Tolong jaga sopan santun Anda," Elena membuka kacamatanya lalu menatap Ayumi dengan senyum lebar.

"Sial." Umpatnya pada Elena. "Ayo! Yang lain sudah menunggu di kantin."

Elena merapikan rok span pendeknya yang sedikit tertekuk karena duduk terlalu lama lalu berjalan mendekati Ayumi.

Suasana kantin terlihat ramai seperti biasa. Elena mungkin tidak akan menemukan teman-temannya di lautan orang itu jika Nendra tidak mengangkat tangannya dan berteriak kepada mereka berdua. Sungguh perbuatan yang tidak terpuji. Batin Elena.

"Hei, Ibu Elena. Lama tidak berjumpa. Dari mana saja selama ini, Bu?" ucap Nendra ketika ia sampai di depannya.

"Tolong, orang sibuk jangan diganggu. Orang pinggiran ke laut saja," sahut Ayumi.

Elena hanya tersenyum kecil lalu duduk di sebelah Natha. Laki-laki itu sedang sibuk menikmati ayam bakarnya tanpa bereaksi dengan kedatangan Elena. Natha adalah seorang manager personalia yang baru diangkat lima bulan yang lalu. Mereka bertiga adalah teman dekat Ayumi di kantor. Elena hanya orang yang masuk ke dalam pertemanan mereka karena Ayumi sering mengajaknya pergi meskipun Elena selalu menolaknya dengan halus.

BELENGGU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang