1

3.6K 206 5
                                    

- AWAN HITAM -

***

Aku melangkah bagai awan hitam yang tak pasti. Melindungi diri sendiri dengan tangan kecil yang bahkan tak cukup untuk menghapus airmata yang mengalir bagai roda tak bernyawa.

***

Hilang.

Satu persatu orang di hidupnya menghilang. Elena mencoba tersenyum, mungkin ini adalah awal bagi kebahagian mereka dengan meninggalkannya. Tidak masalah. Kehilangan juga bukan sekali dua kali ia rasakan, ia sudah mulai mengerti iramanya dan kini ia sudah tak merasakan apapun. Selain rasa bersalah yang besar pada laki-laki yang terluka di depannya ini. Bara-nya.

Nyalanya.

Sebuah kesalahan jika Elena menangis. Dilihat dari sudut manapun, Elena bukanlah korban. Ia yang harusnya disalahkan. Ia adalah perempuan jahat yang memanfaatkan sayap seorang malaikat untuk menyelamatkan kehidupannya yang telah rusak. Ia memanfaatkan laki-laki itu sebagai tempatnya bersandar ketika lelah. Menangis dan mengadu tanpa tahu bahwa tempatnya berbaring bukanlah sebuah batu yang tak mempunyai perasaan.

"Maaf," kata laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca. Matanya menatap Elena dengan lembut. Mata yang selama ini menyelamatkan Elena dari kegelapan. Bertemu dengan laki-laki itu adalah keberuntungan besar dalam hidupnya.

Bara mengeratkan pelukannya. Membuat tubuh polos Elena semakin dalam di kekangannya yang kuat. Elena dapat merasakan detak jantung samar yang terperangkap dalam suara isakannya. Elena melukainya untuk kesekian kalinya.

Pelukan hangat dari laki-laki itu hanya terasa di kulit Elena. Hatinya yang dingin tak pernah tersentuh oleh apapun. Selama ini ia mencari, tapi tetap saja tak ada yang berhasil menyembuhkannya. Elena sakit dan kehilangan Bara akan menambah lubang kecil di hatinya. Sungguh, Elena butuh laki-laki itu untuk mewaraskan pikirannya.

"Jangan pergi ..." batin Elena lirih. Ia akan menjadi perempuan paling jahat jika ia menyuarakan keinginannya itu. Dengan mempertahankan Bara, laki-laki itu tidak akan bisa mendapatkan kebahagiannya sendiri.

"Maaf. Aku harus meninggalkanmu. Aku laki-laki, El. Aku sudah berumur tiga puluh tahun, aku punya kehidupan yang selalu menekanku untuk keluar dari ketidakjelasan hubungan kita. Aku mempunyai orang tua yang ingin aku bahagiakan. Aku mencintaimu, tapi kau tak pernah mengijinkanku untuk melihat perasaanmu," kata Bara lirih di telinga Elena. Menyentuh telinga Elena halus dengan usapan bibirnya. "Yang aku inginkan adalah pernikahan dan kau tidak pernah bisa memberikannya."

Pernikahan. Elena mengutuk kata bodoh itu untuk sekian kalinya. Bara pernah melamarnya, tiga kali, dan Elena tidak pernah menanggapinya dengan serius. Pernikahan tidak ada dalam daftar keinginannya. Komitmen hanya membuatnya sesak. Elena tidak membutuhkannya.

Elena tahu ia adalah perempuan jahat yang kurang ajar. Ia bukan perempuan baik-baik dan tidak pernah terlintas sedikitpun keinginan untuk menjadi bagian dari mereka. Elena hanya berusaha untuk berdiri sendiri, dengan kedua kakinya dan sisa-sisa jiwanya yang masih tertinggal di tubuhnya. Ia berusaha menjadi layaknya seorang perempuan yang ingin dicintai. Melempar senyum palsu kepada orang lain adalah keahliannya sekarang.

Tapi tetap saja, ia tak bisa mengingkari bahwa ia tidak bisa menerima siapapun.

"Jangan melakukan hal bodoh lagi, El. Aku tidak bisa lagi datang setiap kau memanggilku. Aku akan menikah, akan ada perempuan yang menjadi prioritasku nanti. Aku tidak bisa selalu ada di sampingmu lagi." Bara mengecup bibir Elena dengan singkat. Menariknya lembut lalu melepasnya lagi. Menatap Elena iris matanya yang teduh. "Maaf aku tidak bisa menyembuhkanmu. Maaf aku mengingkari janjiku dulu."

BELENGGU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang