Pacaran

26 3 6
                                    

Kina pikir Ia menjadi seorang anak SMA lagi, ternyata hanya mimpi. Iya, yang barusan itu mimpi yang terasa nyata. Mimpi itu pernah terjadi di awal Kina kelas 2 SMA. Entah kenapa bisa sebuah mimpi merecall masa lampau.

Namanya Aga. Kejadian itu yang mengawali kisah cinta Kina dengannya. Dia mantan pacar Kina, yang mungkin menjadi pacar terlama selama hidup Aga di SMA. Mungkin dalam satu bulan, Aga bisa memacari 4 perempuan di sekolahnya. Sedangkan dengan Kina mampu bertahan hingga 4 bulan. Waktu yang cukup lama untuk seorang Aga.

"KINAAAA, KAMU BELUM BANGUN JUGA? BARA UDAH SAMPAI DARI TADI!"

Bahkan suara alarm di hp tidak seampuh teriakan mama Kina untuk membangunkannya.

Ini hari Sabtu, boleh nggak sih libur dulu pacarannya?

***

Kulot selutut berwarna hitam dengan kaos polos sesiku berwarna putih yang dimasukkan memang sudah menjadi andalan Kina. Ke manapun dan dengan siapapun, Ia akan selalu memakai itu. Kecuali saat ke acara pernikahan. Tetap memakai kulot 3/4 namun dengan perpaduan kaos polos lengan panjang dan outer batik agar terkesan formal.

"Dek, kok lo belum rapi?" Tanya Kina kepada adiknya yang baru masuk kamar dengan piyama yang masih terlekat di tubuh.

"Hello, ini hari Sabtu, kali! Mana ada sekolah masuk hari Sabtu."

"Hari ini gue jalan sama Bara, lo harus ikut!"

"Eh, mana ada ya! Lo udah 21 tahun, masa pacaran aja minta ditemenin? Malu sama umur!" Ledek Anya.

Kina menatap Anya dari pantulan cermin.

"Ayolah, dek. Lo hari ini nggak ada pengin apa gitu?"

Anya menggeleng tanpa melirik Kina.

"Marugame mau?" Tawar Kina dan hanya dibalas dengan gelengan.

"Coldstone?"

Anya menggeleng.

"Terus lo maunya apa?"

Anya seketika tersenyum, kemudian menatap Kina yang sudah berada di hadapannya. "Mau pacaran juga nanti sore."

Kina melempar selimut ke muka Anya.

"Huuuu, gue bilangin ayah!"

"Iiih, jangan! Lagian, kan gue juga udah mau lulus. Tega banget lo kak!"

"Bodo amat!" Kina menjulurkan lidahnya kemudian menemui Bara yang sudah menunggu selama berjam-jam.

Bara menghabiskan minumnya begitu Kina muncul. Tidak lama, Mama Kina turut hadir.

"Kina, Bara, kalian sarapan dulu yuk!" Ajak Mama Kina.

Bara melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Seharusnya, ini bukan waktunya lagi sarapan.

"Terimakasih, Tante. Kami makan di luar aja nanti, soalnya aku udah pesan tiket nonton jam 1 siang. Takut telat."

Tentu Bara membalasnya dengan sopan dan senyuman yang bisa melunakkan hati perempuan. Sedangkan Kina hanya diam, menuruti agenda yang telah dibuat Bara hari ini.

"Oh, gitu ya. Yah, sayang sekali, padahal Tante masak banyak hari ini." Ucap Mama Kina. "Ya udah, Mama bekalin aja ya buat di jalan? Ada tahu kriuk favorit Bara loh. Tapi sayang, nggak bisa pakai sambal kecapnya deh. Atau mau dibungkusin pakai plastik ya?"

"Gak usah repot-repot, Tante. Nggak usah pakai sambal kecapnya. Cabai rawit aja juga udah enak kok."

"Ya sudah, tunggu sebentar ya, Tante ambilkan dulu."

Masak memang skill utama Mama Kina untuk memberi kebutuhan gizi yang cukup untuk keluarga kecilnya. Terbukti dari melihat postur tubuhnya serta postur tubuh anak-anaknya: sangat ideal. Makanan sehari-hari yang disajikan juga mengikuti Isi Piringku yang dikampanyekan kemenkes, yaitu di setiap waktu makan, wajib ada sayur, buah, lauk hewani, dan lauk nabati. Menu untuk siang hari ini adalah sayur daun pepaya, ayam kalio, serta tahu tepung goreng. Sayangnya, siang ini Kina memilih untuk makan di luar.

Mama Kina menyerahkan kotak bekal warna pink stabilo yang Kina yakin itu punya adiknya.

"Ma, ini gak ada yang lebih nge-jreng lagi warnanya?" Tanya Kina dengan penuh sarkas.

"Ah, kamu kemarin nggak mau disuruh pilih tempat makan. Sekarang minta-minta warna lain."

"Ya kan aku udah kuliah, Ma."

"bekal itu nggak cuma buat anak sekolahan, Kina..." Ucap Mama Kina.

"Tapi juga untuk orang-orang yang ingin berhemat." Sambung Kina. Kalimat itu selalu muncul ketika mereka berargumen tentang bekal makanan untuk orang dewasa.

Sekarang Kina berada di mobil Bara. Lagu Bitterlove Ardhito mengalun di keheningan antara mereka. Bara fokus mengemudi, sesekali ia melirik sebelahnya yang sedaritadi sibuk dengan hp.

"Sayang, aku mau makan tahu kriuknya dong.." pinta Bara.

Kina menaruh hp lalu mengambil kotak makannya. Ia menyodorkan kotaknya itu ke hadapan Bara. Pandangan Bara berganti ke Kina sesaat kemudian kembali fokus ke jalan. "Yang bener aja, Yang, masa aku nyetir sambil makan."

"Ok," ucap Kina. Ia mengambil satu buah tahu kriuk, kemudian mengarahkan ke mulut Bara. Bara hanya menggigit sebagian, namun tangan Kina sudah lepas dari tahu itu sehingga Bara belum bisa mengunyahnya sampai di perempatan lampu merah Gandaria. Tangan kirinya menarik tuas rem tangan kemudian beralih ke tahu kriuk di mulutnya. Bara segera melahap tahu tersebut sebelum lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

***

"Yang, tolong pegangin." Ucap Bara ketika memasuki area parkir Gandaria City. Kina mengambil karcis parkir itu.

Siang di sabtu ini area parkir terlihat cukup ramai. Beruntung sekali Bara mendapat tempat dekat pintu masuk karena ada pengunjung lain yang tiba-tiba keluar.

Bara dan Kina memencet tombol nomor 2 di dinding lift. Keduanya hanya diam selama perjalanan menuju XXI.

"Aku ke kios M-Tix dulu ya," ucap Bara. Kina memilih untuk duduk di bangku tengah XXI. Ia lmenyilangkan kaki lalu meletakkan slingbagnya di pahanya.

"Masih ada 15 menit lagi, kamu mau pesan makan atau minum dulu gak?" Bara kembali dengan tiket M-Tix di tangannya.

"Terserah kamu aja."

"Which one do you prefer, popcorn or nachos?"

"Why do you still ask when you know what I would prefer to choose?"

"Ummm, okedeh. I'd rather buy both."

Take It or Leave ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang