1

12.5K 298 6
                                    

Matahari sedikit menerobos masuk melalui jendela ke dalam kamar ber cat biru muda tersebut, sang empunya kamar pun berusaha bangun dan memicingkan mata sambil meraih ponsel nya di nakas,

"Hmm sudah jam 6 lewat, aku harus siapkan sarapan...ya allah  pegal sekali punggungku" katanya sembari menempelkan punggungnya di kepala ranjang, dan menatap ke sampingnya, dimana seharusnya suaminya masih bergelut di sana, tapiii suaminya entah pergi kemana karena semalam tidak pulang, bagaimana ia tahu? Ya karena ia semalam tidak tidur,

Sambil merapikan tempat tidurnya, gedoran kasar dari sang mama mertua yang mengagetkannya

"Heh, Sabrina! Bangun! Dasar perempuan gak tau diri! udah jam berapa ini?! Mana sarapannya...jangan karna kamu mantu di rumah ini jadi kamu seenaknya ya bangun siang dan malas malasan....buka Sabrina! "

Sabrina mengusap dadanya pelan, astaghfirullah ya allah, batinnya "iya mi, sebentar" sambil berlari kecil utk membuka pintu

"Iya mi, maaf abis beresin kamar mi, sebentar lg Bina turun ya mi" kata Sabrina berkata lembut ke mertuanya.

Mama mertuanya, sherren, menatapnya tajam "lima menit kamu gak turun, mami akan buat perhitungan, inget kamu!"

"Iya mi" katanya mencoba bersikap tenang, padahal dalam hatinya merasakan sakit yang teramat dalam.....tak lama ia pun turun kebawah untuk membuat sarapan

Ia dibantu oleh Mbok Mirah, dan simbok hanya menatap Sabrina dengan tatapan kasihan "ya allah non sabrina", batinnya....

Setelah sarapan matang dan ia pun bergegas meletakkannya di meja makan dan ketika ia akan duduk seketika mertuanya menatap nyalang "heh, siapa suruh kamu duduk disitu....disitu adalah tempat untuk mantu kesayanganku yg akan tinggal di rumah ini, kamu makan sana sama si Mirah di dapur"

DEGGGG

"Mantu? Mantu kesayangan? Anak mama kan cuma Satria, maksudnya gimana?kan mantu mama Sabrina"

"Sok ngaku ngaku, kamu emang mantu saya, tapi maaf ya sampai kapanpun saya gak akan pernah nerima kamu jadi mantu saya....kamu emang di nikahin anak saya, tapi cuma formalitas aja...coba aja kalau bapaknya gak maksain Satria dijodohin sama kamu, mungkin dia sudah hidup bahagia dengan pasangannya sekarang, kenapa kamu sih yang jadi istrinya, gak ridho saya..tapi untungnya dia sudah menikah lagi dan see dia lebih bahagia sekarang, kamu gak tau ya...kasian....baca berita gih...punya hp kan, kuota punya gak? Kalau gak sini saya beliin yang banyak biar kamu puas"

Airmata yang selama ini tertahan akhirnya keluar tanpa permisi, hatinya sangat sakit mendengar perkataan ibu mertuanya, gak ridho? Kenapa harus aku? Untung dia sudah menikah lagi? Lebih bahagia?

"Sudah cukup jadi gak mood saya sarapan, buang aja semua, miraaahhh...bawa lagi ni ke dapur, gak selera saya lama lama ngeliat dia" nunjuk ke arah wajah Sabrina lalu pergi menuju pintu keluar.

Mbok Mirah buru buru menuju ke ruang makan untuk membawa kembali makanan ke dapur, di lihatnya Sabrina yang menangis tertahan di ujung meja "sabar ya non, insha allah ada hikmah di balik semua ini"

"Makasih mbok, saya ke kamar dulua ya mbok" katanya sembari memaksakan senyumnya dan berlari menuju tangga..belum sampai tangga terdengar suara mama mertuanya yg terdengar seperti mengobrol dengan tamunya...dan Sabrina tidak penasaran, ia lalu pergi ke kamar dan menangis.....

Tak berapa lama kemudian, ketika Sabrina sudah selesai mandi, ia melihat ada koper yg di letakkan di dekat pintu lemari..itu bukan kopernya, koper siapa itu? Tanyanya..

"Halo, Sabrina sayang"

Ketika ia membalik badan, ia terkejut melihat sahabatnya, ah bukan, lebih tepatnya mantan sahabatnya Alena, ada di tempat tidurnya, sedang bersantai disana..

"Alena, ngapain kamu disini?!keluar kamu!! Ini kamar aku!"

"Loh gak salah nih, aku di usir dari kamar suamiku sendiri? Denger ya Sabrina sayang, aku ini istri suamimu juga, aku sudah menikah dengan suamimu 1 bulan yang lalu, dan aku di ajak suami dan mertua ku untuk tinggal disini, trus aku musti nolak gitu?" Kata Alena sambil tersenyum mengejek

"Me..nikah??" Cicitnya bergetar,

"Iya Sabrina sayang, dan aku sedang mengandung anaknya Satria"

"Me..ngan..dung?" Ia menahan tangisnya, ia tak tahan dan tiba tiba ada Satria di depan pintu

"Lena sayang, kamu sudah beresin baju?" Katanya sambil menatap Alena dan mengabaikan kehadiran Sabrina "Mas, aku mau bicara sama kamu!" Teriak Sabrina

"Apa sih! Mau ngomong apa, kamu mau nanya kenapa aku nikah lagi? Ya karna aku cinta sama Alena, kenapa?kamu gak terima?!"

"Mas! "

"Len, ayo kita pergi, anak kita butuh jalan2 sepertinya, yuk sayang" kata Satria sambil mengulurkan tangannya ke Alena, dan Alena meraihnya dgn bahagia dan tersenyum mengejek ke Sabrina....

"Ah ya kamu sabrina, barang2 kamu sudah di pindahkan ke kamar belakang di bawah..jd kamu gak usah tidur disini lagi ya karna kamar ini mulai malam ini milik Alena" katanya sembari menatap Sabrina tajam

Hancur sudah pertahanan hati Sabrina yang sudah ia bangun pelan pelan, ia tak sanggup sebenarnya, tapi petuah dari sang Papa Mertua yang sudah pergi lah yang selalu menguatkannya.....

Flashback

Sabrina menatap dalam papa mertuanya yg sudah lemah, sembari menguatkan jika mertuanya itu bisa pulih walaupun tidak 100%

"Bina, papa titip mama dan Satria ya nak, maafkan perbuatan mereka sama kamu, maaf papa gk bisa membela kamu..kamu anak baik, tp papa mohon jangan tinggalkan Satria"

"Papa ngomong apa sih, pamali pa ngomong begitu" katanya sambil menangis

"Bina mantu kesayangan papa, sudah saatnya papa pergi nak, kamu jaga anak papa ya Bina"

Tak lama monitor di samping mrtuanya menunjukan garis luris, ya papa mertuanya sudah pergi...selamanya...

Flashback off

Sabrina menangis malam hari mengingat ayah mertuanya, kehidupannya, ya sudah dua bulan ia tidur di kamar belakang sebelah kamar simbok, bahkann perlakuan suami, madunya, dan mertuanya semakin semena mena kepadanya....ya

Madunya yang selalu di banggakan dihadapan teman teman sosialita mertuanya, yang selalu di perkenalkan ke rekan2 dan teman teman Satria, dan di umumkan di depan umum....bahkan resepsi pernikahan mereka menjadi royal wedding tahun ini...padahal pernikahannya dgn Sabrina hanya mengundang keluarga inti saja, tidak ada perayaan yg  besar..bahkan tenda pun tidak ada...

Tapi Sabrina tak peduli, ia harus menjalani amanat papa mertuanya skalipun ia tersakiti

Hanya dengan satu kata yang keluar dari mulut Satria yang akan membuatnya pergi menjauh, yaa...pergi jauh

Aku Yang Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang