4

7.3K 283 8
                                    

Satria tertegun mendengar perkataan Sabrina beberapa saat yang lalu. Otaknya berkata untuk mengacuhkan tapi hatinya berkata untuk mendengarkan ucapan Sabrina.

Ah sial! Mengapa ia jadi memikirkan perkataan mantan istrinya.

Ia menyugar rambutnya kebelakang dan mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya...

"Dengan suami ibu Alena?" Dokter Melati memanggil Satria, dan dengan satu kali hentak Satria berdiri "saya dokter"

"Begini pak, ada beberapa hal penting yang ingin disampaikan mengenai bayi ibu Alena. kenalkan ini dokter Pandu, Dokter Spesialis Anak yang menangani bayi bapak. Mungkin jelasnya akan di terangkan oleh beliau ya, kebetulan saya ada jadwal visit pasien saya yang lain" ujar dokter Melati berpamitan.

"Mari ikut saya Pak"
Mereka pergi menuju ruangan dokter.

"Jadi begini pak, bayi Nyonya Alena mengalami kekurangan darah. Dan di lab darah, kebetulan golongan darah B resus negatif sedang kosong, akan lebih baik kalau di donorkan dari ayah kandung atau keluarga dekat yang ber golongan darah sama"

B?

"Kebetulan golongan darah saya O, dokter..apa bisa di donorkan?

"Akan lebih baik jika yang mendonorkan darah yg bergolongan sama, tapi tidak apa. Kita pastikan di Laboratorium saja Pak Satria. Mari ikut saya, lebih cepat di donorkan lebih baik"

============

Satria menatap lirih kertas hasil lab yang keluar tadi sore, sebuah kertas yang menjadi awal mula penyesalan terdalamnya. Ia tertawa miris menghadapi kenyataan yang baru saja ia tahu tadi.

Flashback on

"Kami juga membutuhkan sumsum tulang belakangnya untuk proses penyembuhan si kecil"

Jedeeeeerrrrrr

" Ambil saja sumsum tulang belakang saya, saya gak peduli! Yang penting anak saya sembuh!"

"Baik, silahkan ke bagian Laboratorium untuk pengecekan awal ya Pak"

------

"Mohon maaf pak, darah dan sumsum bapak tidak bisa di terima masuk ke dalam badan si bayi, karna menurut data tidak ada kecocokan. Apa bisa di carikan segera ayah biologis si bayi?"

"Saya ayahnya!saya!"

"Mohon maaf pak Satria, saya hanya menyampaikan data valid si bayi, dan mohon maaf kami memang membutuhkan sumsum tulang itu secepatnya. Jika sudah mohon segera hubungi saya secepatnya"

Dan Satria hanya bisa berdiri mematung dan sang mama yang ternyata ikut mendengarkan juga terkejut dengan kenyataan tersebut, langsung tak sadarkan diri tepat di belakang sang anak.

"Mama!!"

------

Selesai ia mengurus mamanya yang ternyata terkena stroke ringan, ia menemui Alena dan berpura pura tidak mengetahui hasil kesehatan sang bayi.

Ketika ia ingin membuka pintu, dengan jelas ia mendengar suara Alena sedang menelepon seseorang yang diyakini adalah ayah dari si bayi.

"Ahaha, iya sayang si kecil lagi ada di ruangan bayi. Kenapa, kamu kangen? Iyalah nanti aku fotoin trus aku kirim ke kamu yah.....iya aku juga kangen, soal Sabrina tenang aja aku sudah buat Satria cerain dia, untungnya Satria dari awal emang udah benci sama dia, jadi gak perlu usaha banyak buat mereka pisah dan tinggal sedikit lagi yang, sabar yah...aku akan balik nama semua aset milik keluarga Arsaka ke aku ya. Kalau sudah aku akan tinggalkan dia dan aku akan minta cerai dan kita kembali lagi sayang, iya sama aku juga gak sabar hihihi"

Braaakkkkkk

Satria menepuk tangannya, menatap benci ke arah Alena.

"Waw, drama yang bagus sayang"

"Ka..kamu mas, drama apa sih maksudnya..aku lagi telponan sama teman lama ku mas" katanya sambil berbicara gugup.

"Alena Larasati, mulai detik ini kamu bukan lagi istriku, aku menalakmu!" Katanya sambil berlalu dan menulikan telinganya dari teriakan Alena yang memanggil namanya dan membanting pintu kamar perawatan Alena.

--------

"Sa...t..ri..a"

"Mama, mama mau minum?" Tanyanya pelan. Mamanya menggeleng.

"Sab...ri...na"
"Ma..a...f"
"Ma..a...f"
"Sab...ri..na"

Hanya dua kalimat itu yang di ucapkan mamanya selama sakit, kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berbicara lancar, mulutnya miring ke kiri dan membuatnya kesusahan untuk berkata kata.

"Ma...ma au te..mu sa..bri..na"
"Ma.....a...f"

"Iya ma nanti kita berdua ketemu Sabrina ya. Satria juga mau minta maaf sudah menyakiti hatinya dan menghancurkan hidupnya" Satria berkata sambil menahan tangisnya. Menyesal? Sangat menyesal yang ia rasakan..

Kehilangan? Pasti....ia sangat merindukan istrinya itu....ah mantan istrinya.

Tak lama ia mendapat informasi bahwa tes yang kemarin ia jalani sudah bisa di ambil hasilnya. Dan ia sudah tidak bisa lagi berkutik jika hasilnya sama dengan kenyataan.

Flashback off

Di lain tempat, Sabrina sedang berkemas rumahnya. Ia sudah pergi dari rumah keluarga Satria dan menempati rumah pemberian sang papa mertua yang di titipkan ke Pengacaranya.

Malam setelah kejadian itu, sang pengacara keluarga kebetulan mendatangi rumah Satria karna ada beberapa poin penting yang harus di bicarakan. Hingga pada akhirnya ia melihat ke arah Sabrina dan menanyakan keadaannya. Ia terkejut ketika Sabrina mengatakan ia bukan lagi bagian dari keluarga Arsaka karena Satria sudah menalaknya. Dan keperluan dengan Arsaka dan mamanya beralih ke masalah warisan untuk Sabrina.

Sabrina sangat bersyukur bisa mengenal dan pernah menjadi menantu dari Alm Rayfan Arsaka.

"Mba Bina, ini di taruh dimana ya?" Tanya Mbok Mirah, ya beliau ikut dengan Sabrina karena ia sangat sayang kepadanya dan sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Ia pun tidak menyukai sikap Nyonya Wanda yang terlihat suka menyakiti hati sabrina,kemarin ia bertahan karna ada Pak Rayfan yang baik hati.

"Taruh disitu aja ya Mbok"

Akhirnya setelah dibereskan rumah baru Sabrina menjadi lebih rapi dan asri, di dalamnya terdapat tiga kamar, untuknya, mbok Mirah, dan untuk calon anaknya.

Ah ngomong ngomong calon anaknya, sedang apa ya dia...apa sedang tidur atau sedang bercanda...yang terakhir tolong di abaikan saja ya...hehehe

=====

Menikmati momen di sore hari dengan segelas susu hamil itu ternyata nikmat yah....dan Sabrina yang baru pulang dari dokter untuk memeriksa kandungannya yang sudah berusia 8minggu tidak terlihat capek.

"Mba Bina, betah disini mba?"

"Ah Mbok Mirah aku sangattttt betah disini....hawa nya sejuk, tenang juga dan gak jauh dari kota ya..."

"Mbok, mbok yakin mau ikut sama saya? Saya gak masalah kalo si mbok balik lagi ke rumah papa Rayfan"

"Gak non, emoh si mbok balik kesana. Si mbok kemarin bertahan karena bapak. Bapak baik banget sama si mbok"

"Eh gimana ini cucu si mbok, lagi ngapain di sini" seraya mengelus perut datar Sabrina

"Aku lagi bobo mbok" kekeh Sabrina.

"Non, yang berlalu biar berlalu ya non, jangan di ingat ingat lagi. Nanti kesian si jabang bayi ini"

"Iya mbok, terima kasih sudah di ingatkan" katanya seraya tersenyum.

Yah ia sudah bertekad untuk mengubur masa lalu nya dan menghadapi masa depan nya bersama anaknya.

Bismillah ya allah....

Aku Yang Tak DianggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang