Chapter 2

8 1 0
                                    

Menjadi pribadi yang baik memang didambakan setiap orang, selalu dibanggakan dan menjadi kesayangan. Baik dalam konteks yang membawa dampak positif seperti selalu membantu orang disekitar ataupun menjadi pendengar yang baik.

Mudah saja bagi seseorang menjadi baik, hanya perlu sedikit tips awal yaitu tersenyum. Manis hingga tubuh tidak kuat menampung kadar manis tersebut.

Tapi, jika baik tak selamanya membawa hal bermakna maka keburukan menjadi jalan pintas. Keburukan menjadi tameng agar kesakitan menjadi tak separah menjadi baik.

Menjadi buruk 'pun tak salah asal tak terluka. Menjadi buruk 'pun wajar agar terhindar dari rasa trauma dan menjadi buruk salah satu cara topeng terbaik melindungi luka menganga.

Ciumannya lembut tak menuntut seperti kemarin-kemarin. Tangannya membelai tak pernah menambar dan elusannya melembut tak pernah menjambak.

Afeksinya membuat setiap kromosom tunuh Jo seakan terberkati. Hidupnya seakan kembali segar seperti tanaman yang disiram kembali setelah mengalami ketandusan.

Tatapannya tak pernah semanis ini, apakah hanya sebuah dilusi yang berujung pada luka?

"Ini bukan mimpi Jo!"

Bibir Jo terkatup rapat tidak bisa mengeluarkan setiap kata--layaknya terkunci otomatis.

Ia berkata lagi, "Kau kabur, kenapa?"

Kepalanya hanya menunduk takut dan kemudian menggeleng seperti orang dungu.

"Maaf.."

Hanya kalimat bodoh yang terucap dari celah bibir Jo yang kemudian diraup kembali dengan belah bibir Yunki.

"Jangan pergi!"

Titah, katanya.

Punggung tegapnya dapat Jo pandang dengan teduh meskipun masih sedikit rasa takut merayap dalam hatinya. Tak ada wujud iblis yang tampak dalam penampilan Yunki sore ini–layaknya manusia biasa.

Tapi tetapi tampan dan manis.

"Jadi guntur dan awan pekat tadi adalah karena ulahmu, Tuan?"

"Hmm.. Aku kesal dengan Hoseok sialan yang memyuruhmu pergi!"

Lalu Jo tertawa kecil yang bisa ditangkap oleh pandang mata Yunki.

"Ah ya, soal pukulan yang kulakukan padamu, anggap saja itu latihan untukmu terbiasa menjadi Ratu dunia kegelapan!"

"Lalu apakah ada pukulan berikutnya?" Jo bertanya takut, ia sedikit trauma akan apa yang dialaminya selama ini.

"Jika kau nakal anak manis!"

Yunki menyeringai beringas dan tangannya menarik Jo dalam pelukannya. Memberikan elusan pada punggung kecil Jo kemudian berbisik, "Siap menjadi bagian hidupku, Jo?"

Apapun yang penguasa gelap minta tak pernah tidak ada yang terlaksana dan Jo mengerti aturan itu, jika ia berkata lain maka hidupnya benar-benar tamat dan kemurkaan lucifer Min akan menjadi kiamat.

"Sekarang mari kita lakukan adat bodoh pengikat hubungan kita!"

Yunki menarik Jo pelan menuju kamar , suasana temaram dan dingin begitu menusuk saat pintu kamar terbuka. Tidak ada cahaya lampu yang dinyalakan dan yang terlihat hanya kumpulan lilin merah menyala dengan berbagai macam dupa, kain, pisau serta darah.

Darah segar, Jo bisa mencium itu dan Jo yakin sekali jika itu adalah darah terenak yang ingin ia cicipi.

"Tahap keinginanmu sayang, nanti kau bebas meminumnya langsung dari pangkal leherku!"

"Itu darahmu?"

"Dimana lagi darah terenak penuh dosa selain dari kepemilikan penguasa kegelapan seperti aku. Beruntunglah dirimu."

Yunki mengarahkan Jo duduk diantara lilin menyala yang berada di lantai

–b

ahkan lantainya pun sedingin es.

"Buka seluruh bajumu, kita lakukan ritual ini dengan cepat."

Lalu tak berapa lama tubuh polos Jo sudah terbalut kain yang sudah disediakan Yunki. Tangan Jo diarahkan pada sebuah wadah yang di dalamnya terdapat darah. Kemudian dupa yang sudah tersedia ditaruh dalam wadah bercampur dengan api yang berasal dari lilin. Dan tangan Jo dituntun Yunki untuk masuk dalam wadah.

Wangi darah bercampur dupa begitu menyeruak dalam kamar. Hangat dari wadah tak seperti yang ia bayangkan. Api yang meletup-letup tak sepanas yang ia kira. Api nya berwarna hitam kebiruan, api kepemilikan lucifer dan api terkuat.

"Sekarang gigit aku. Minumlah darahku sepuas dirimu meminumnya Jo."

Min Yunki rela menyerahkan dirinya, darah berharganya untuk makhluk mitos seperti dirinya dan Jo menerima tawaran dengan senang hati.

"Kau legal untuk milikku Jo! Ingat!"

"Dan aku milikmu, Raja Min Yunki."

"Sial! Kau menggoda."

Jo mengerling, "Apa itu termasuk menggoda?"

Yunki menyahut garing, "Bagiku setiap ucapanmu terdengar menggoda!

"Sialan bedebah!"

"Oh kau mengumpat pada Raja-mu dan layak dihukum."

Dan tubuh Jo dibanting diranjang bersamaan dengan tubuh Yunki yang menindihnya dengan senyum ponggah serta kebahagiaan berbunga Jo.

E

nd.

Sweetest PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang