Di tengah derai tawaku
Aku tercekat diam membisu.
Selaksa rindu datang bertamu.
Membawa serta kenangan nan kelabu.
Angan seolah membawa ku kepada sang waktu.
Dimana semuanya masih biru bagi ku.
Tentang dongeng tidur di balik kelambu.
Bercerita tentang kancil dan lembu.
Ayah,maafkan anak mu.
Karna tak banyak yang ku ingat tentang mu.
Karna tak pernah pedulikan peluh dan lelah mu.
Dan sempat membenci perceraian itu.
Takdir telah menjauhkan engkau dengan ibu.
Merenggut kami dari rangkulan mu.
Dan menyisakan benci yang bertalu.
Kini,ku tau bahwa aku merindukan mu.
Berharap waktu dapat berada dalam genggamanku.
Agar dapat ku ukir kenangan bersama mu.
Tentang keluarga kecil yang tak sekedar halu.
Kini hanya sesal yang dapat ku telan kelu.
Tak banyak waktu yang telah ku lalui bersama mu.
Tak ada kenangan manis yang akan jadi penawar rindu.
Hanya sesal yang kan selalu mengiris bak sembilu.
Pukul 11 waktu itu.
Saat kau hembuskan nafas terakhirmu.
Malam dingin kala itu.
Ketika kau pejamkan mata lelah mu.
Ayah,maafkan aku.
Yang telah sia-siakan waktu bersama mu.
Yang terlalu tenggelam dalam ego muda ku.
Hingga aku kehilangan cinta pertama ku.
Kini raga mu telah di peluk bumi yang membisu.
Jiwa mu telah berkawankan langit biru.
Hanya sesal yang jadi aksara ku.
Dan doa tulus untuk mu,cinta pertama ku.
Bukittinggi,1 maret 2019
Aku tau,aksara ini tak lagi berarti untuk alm.ayah ku.
Tapi aku berharap,aksara ini berarti bagi anak permpuan di luar sana.
Agar mereka tak kehilangan kenangan bersama cinta pertama mereka.
Ayah adalah cinta pertama bagi anak gadisnya.