"Apa kondisinya sudah membaik?" Pria itu bertanya kepada pria lainnya. Mereka duduk sambil menikmati secangkir kopi dipagi hari yang bisa dibilang cerah kali ini.
Pria yang sejak tadi tampak gelisah itu menatap sahabatnya dengan raut kekhawatiran. Menuntut jawaban dari pria bernama Lee Donghae didepannya.
"Ya. Demamnya sudah turun." Donghae kembali menyeruput minumannya. Kembali ia melirik temannya ini, ia menghembuskan nafasnya kasar. "Sebaiknya kau memperhatikan kondisimu terlebih dahulu."
Donghae melihat wajah pria itu yang terlihat pucat dan lebih tirus dari biasanya. Pasti pria itu tak tidur dengan benar lagi. Ia tau jika pria itu tak pernah bisa tidur dengan tenang selama tiga tahun ini. Mimpi buruk. Itu penyebabnya.
"Besok, kau belilah bunganya seperti biasa dan berikan amplop ini kepadanya." Pria itu merogoh sakunya lalu menyerahkan beberapa lembar uang kepada temannya itu. Donghae menyentak kasar, menolaknya untuk pertama kali dalam tiga tahun ini.
"Lakukanlah sendiri. Aku sudah tak bisa melakukannya untukmu." Donghae segera beranjak dari sana. Tapi tangannya langsung ditahan begitu saja.
"Kumohon, hanya kau yang bisa menemuinya." Mohon pria itu lagi. Donghae memejamkan matanya. Ia sungguh tak kuat lagi. Ingin rasanya ia menolak permintaan pria itu tapi didalam sudut hatinya ia merasa tak bisa menolaknya. Ah, sial! Ia harus bagaimana sekarang?
"Ck! Ini yang terakhir kalinya. Kumohon Cho Kyuhyun temuilah dia sebelum kau menyesal seumur hidupmu!" Donghae memegang pundak pria itu, bermaksud memberitahu pria dihadapannya saat ini. Jika semua yang ia lakukan selama ini tak ada gunanya sama sekali karena gadis itu tak pernah tau akan kehadirannya.
Clingg...
Bunyi lonceng di kafe itu sontak mengalihkan tatapan mereka. Gadis yang sedang mereka bicarakan ternyata memasuki kafe. Yah. Donghae yang memanggilnya kemari.
"Oh, Hyori! Aku disini." Donghae melepaskan genggamannya lalu menghampiri gadis itu. Senyum cerah terlihat diwajah itu.
"Duduklah." Donghae membimbingnya untuk duduk. Gadis itu meraba tempat duduknya dan meletakan tongkatnya disamping kursi. Tempat duduknya dengan Kyuhyun memang tersedia untuk empat orang.
"Coffee latte dengan sedikit gula kan?" Donghae memberikan minuman yang sudah ia pesan beberapa menit lalu.
"Kau memang selalu mengetahui tentangku. Terima kasih." Ujar gadis itu riang. Dengan senang ia menerima minuman itu.
"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan kepadaku?" Tanya Hyori langsung kepada Donghae. Pria disamping Donghae terdiam sambil terus memperhatikan wajah itu. Wajah yang sangat ia rindukan selama ini.
"Kau bisa melakukan operasi. Kau bisa melihat lagi Hyori." Wajah gadis itu terangkat dan menatap lurus tapi sayang ia tak bisa melihat apa yang ada dihadapannya saat ini.
Donghae menyerahkan selembar kertas berisi data pemeriksaan dan operasi kepada gadis itu. "Kurasa aku tak perlu dokumen ini. Aku percaya dengan ucapanmu." Hyori tersenyum manis. Bodoh. Donghae merutuki kesalahannya. Untuk apa ia menyerahkan dokumen itu jika Hyori tak bisa membacanya? Tidak. Lebih tepatnya tak bisa melihatnya?
"Terima kasih." Tangan gadis itu meraih pria didepannya. Menggenggamnya dengan sangat erat. Merasa bersyukur akan kebaikan yang telah Tuhan berikan kepadanya.
"Kau selalu membantuku selama ini. Kau sangat baik hati." Air mata bahagia tak bisa gadis itu sembunyikan. Hyori merasakan pria itu menggenggam tangannya erat. Sontak gadis itu tersenyum.
"Terima kasih. Sungguh terima kasih." Setelahnya Hyori merasakan hatinya merasa hangat karena sentuhan tangan pria itu, entah kenapa rasanya ia sangat merindukan kehangatan seperti ini.
"Maaf, aku harus kembali bekerja karena tak ada yang menjaga toko bungaku." Gadis itu segera melepaskan genggamannya. Lalu menundukkan kepalanya.
"Hati-hatilah. Kita bisa membicarakan ini besok." Hyori menganggukkan kepalanya. Ia dengan perlahan berdiri dan mengambil tongkatnya.
"Aku akan mengantarmu." Ujar Donghae lagi yang sudah siap untuk mengantarnya. Hyori menggeleng. 'Tidak usah. Aku bisa sendiri." Ucap gadis itu mutlak.
Donghae menurutinya. Lagipula Hyori sangat tak suka jika dirinya merepotkan orang lain. Pasti gadis itu akan terus menolak tawarannya mentah-mentah.
"Sampai jumpa besok." Pamit Hyori lagi lalu mulai menghilang dari sana.
"Apa kau tak akan mengejarnya?" Tanya Donghae lagi lalu kembali duduk.
Kyuhyun. Pria itu masih menatap tangannya. Tangan Hyori yang begitu lembut dan penuh kasih. Akhirnya ia bisa merasakan lagi. Selama tiga tahun ini, akhirnya ia bisa berani bertatapan dengan gadis itu lagi.
Rasanya sakit. Sudut hatinya terasa remuk. Melihat keadaan Hyori saat ini. Dirinya adalah iblis! Jika Hyori tak pernah bertemu dengannya pasti kehidupan gadis itu bisa jauh lebih baik dari sekarang.
"Tidak. Aku tak ingin menyakitinya lagi." Ujar Kyuhyun menatap kepergiannya.
°°°
Hyori. Gadis itu berjalan terus menuju kesebuah tempat, disana masih banyak pepohonan tumbuh. Hawanya sangat sejuk dan menenangkan. Ia menghirup udaranya yang masih sangat segar.
Sedikit demi sedikit ia mulai kembali berjalan menuju kesebuah pohon yang sangat besar, tepat berada ditengah bukit nan luas itu.
Tangannya terulur menyentuh goresan yang ia buat saat sekolah menengah atas. Goresan tentang isi hatinya yang berbunga untuk pertama kalinya. Goresan nama untuk pria yang sangat ia cintainya didunia ini. Tapi, goresan itu juga adalah nama yang sangat ingin ia hapus selamanya.
Tangannya terkepal, lalu ia memalingkan wajahnya. Berbalik untuk pulang kerumahnya. Bodoh. Meski sudah berkali-kali ia berkata tak ingin kembali ke tempat ini, tapi kenapa langkah kakinya selalu menuju kemari?
Saat hendak menyebrang diperempatan jalan, ia menunggu sampai lampu berubah warna menjadi hijau. Saat kakinya hendak melangkah kembali, Hyori begitu terkejut karena tangannya tertarik kebelakang. Lalu terdengarlah bunyi klakson yang sangat keras. Ia baru mengetahui jika dirinya hampir saja tertabrak. Astaga! Bagaimana bisa?
"Ma-maaf. Terima kasih." Ujar Hyori kepada orang itu. Tapi, nampaknya orang itu tak menjawab sama sekali permintaan terima kasihnya tadi.
Tiba-tiba, ia merasakan aroma kemeja yang orang itu kenakan. Dia adalah seorang pria. Hyori sangat yakin. Dari aromanya saja ia bisa menebaknya. Lalu tingginya melebihi dirinya. Hyori dapat merasakannya saat pria itu tiba-tiba memeluknya saat ini. Aroma ini mengingatkannya pada seseorang dan dia adalah....
"Maaf!" Hyori sontak langsung mendorong pria itu menjauh darinya. Lalu tanpa berlama-lama ia mulai mengikuti para pejalan kaki yang bisa ia rasakan sedang menyebrang. Tanpa mau berdekatan dengan orang itu lagi Hyori memilih pergi sejauh mungkin.
Karena ia tau, pria itu adalah Cho Kyuhyun.
°°°
Part 1/2 END