Mas Jer, panggilan kesayangan Mila ketika mereka masih menjadi suami istri. Lalu, panggilan apa yang cocok untuk Jericho sekarang Setelah mereka tak pernah bertemu sekian lama.
“Kamu apa kabar?” Tanya Jarico dengan aksen inggrisnya yang kental.
Mungkin banyak yang bertanya kenapa mereka memilih perceraian dari pada mencari solusi masalah mereka sementara sudah mereka sudah hampir 10 tahun menikah.
“Baik, Mas. Mas sendiri apa kabar?” Tanya Mila setelah duduk berhadapan dengan sang mantan suami.
Jericho tampak seperti 5 tahun yang lalu, masih gagah dengan kemeja yang tengah di gunakannya, tak ada tanda-tanda bahwa pria ini sudah berusia 40 tahun.
“Kamu lihat sendiri” Jaricho menarik dirinya lalu bersandar pada sandaran kursi di belakangnya.
Mila memanggil pelayan dan memesan menu untuknya dan Jerico.
“Mas… Udah sarapan?” tanyanya sebelum pelayan pergi, gelengan dari Jerico membuat Mila menambah menu yang di pesannya.
“Mia sekolah?” Tanya Jerico.
“Iya… mungkin jam 11an baru pulang” kata Mila, mengingat ini adalah hari jumat, biasanya Mia akan pulang lebih awal dan mampir ke café untuk menghabiskan sisa harinya.
“Masih 2 jam lagi” gumam Jerico pelan.
“Kamu… udah nikah?” Tanya Jericho tampak ragu, tampaknya pria ini benar-benar tidak tau kehidupan Mila setelah perceraian mereka, atau Jericho hanya sedang mencoba basa-basi hanya untuk membuka pembicaraan di tengah mereka.
Mila tertawa pelan mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh mantan suaminya itu.
“Kalau aku udah nikah, pasti Mia cerita ke Mas Jer” Jerico tertegun mendengar panggilan kesayangan Mila itu, ia merindukan panggilan itu, sangat.
Mila tampak tak menyadari perubahan sikap Jerico.
“Mas mau nunggu Mia?” Tanya Mila.
“Iya” sahutnya singkat.
“Nunggu di atas aja, Mau? Aku nggak bisa nemenin Mas disini, soalnya masih ada rekap keuangan bulan lalu yang harus di selesaikan” tanpa ragu, Jerico mengangguk.
“Ra, nanti pesananku di antar ke atas aja ya” pesan Mila pada Yura yang bekerja sebagai kasir di café’nya, dan kebetulan juga letak kasir tak jauh dari tangga menuju lantai atas.
Jerico menatap lantai 2 cofe shop ini, desain’nya sederhana, warna-warna kayu yang khas menjadi warna dinding juga lantai, lampu berwarna kuning yang menggantung cantik menjadi penghias.
“Aku suka kopi lampungnya” gumam Jerico pelan ketika beberapa menit mereka di selimuti keheningan.
Mila tersenyum dan bergumam “Terimakasih”
Kopi lampung disini memang cukup terkenal, Mila mengenal kopi lampung dari Jerico, dulu sekali. Dan peran Jerico tak lepas begitu saja walaupun mereka sudah bercerai, hampir 10 tahun menikah, dan memiliki seorang anak gadis yang kini sudah menginjak remaja membuat Jerico memiliki arti sendiri dalam benak Mila. Mila tak bisa membuangnya begitu saja, walaupun dia memaksa.Ketukan pintu membuat Mila menyimpan data yang ada di laptopnya dan kemudian berjalan ke arah single sofa di depan Jerico.
Very, salah satu karyawan pria mengantarkan pesanannya tadi.
Pancake madu, kopi lampung, Vanila latte, dan 2 gelas air putih di letakkan di atas meja kaca pembatas antara Mila dan Jerico.
Pancake madu adalah sarapan favorite Jerico.
“Aku fikir kamu lupa makanan kesukaanku”***
“Papa” jeritan Mia dari arah tangga sedikit mengganggu.
Mia langsung masuk ke dalam ruangan dengan rusuh, rambutnya sedikit berantakan dan tampak titik-titik keringat muncul di wajahnya.
“Slow down, Baby” Jarico merengkuh tubuh Mia, dan mengecup seluruh wajah Mia dengan penuh kasih.
Mila tersentuh, dia tak pernah melihat bagaimana interaksi Mia dan Jerico semenjak bercerainya mereka, namun tak mengherankan karena memang sejak dulu Jerico sangat menyayangi Mia.
“Katanya Papa sibuk, trus papa juga bilang besok baru datang” gerutu Mia pelan walau senyum di wajahnya tak pudar.
Mila jadi mengingat pembicaraannya dengan Mia seminggu yang lalu, Mia mengatakan kalau Jerico tak bisa menjeputnya karena sibuk.
“Sengaja cepetin kerjaan di London, supaya ada waktu sehari buat kamu” Mila melihal lagi-lagi Jerico mengecup puncak kepala Mia yang tengah bergelayut padanya.
“Kamu mau nginep di apartemen?” lanjut Jerico bertanya pada anak semata wayangnya.
“Boleh?” mata Mia berbinar ketika mendengar pertanyaan Jerico. Mila mengangguk, ia tak pernah membatasi interaksi Mia dengan Jerico, mereka tetap ayah dan anak.“Yes”
--------
Yang kemarin nebak kalau yang di panggil Mila itu Bayu, kalian salahhhhhhhhh.
Semoga kalian suka.
Happy reading and Enjoyyyyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMILA
ChickLitApa yang ada di pikiran kalian jika seseorang mengatakan kata "Janda"?