Januari 2019
“Kamu nggak berniat untuk menikah lagi?” Tanya Yuni, Mila yang hendak menyuapkan sesendok nasinya mendadak berhenti. Dia kembali menaruh sendoknya di atas piring yang bahkan nasinya masih utuh.
“Ma” suara Mia dan sentuhan gadis itu membuat Mila menoleh pada anak gadisnya, wajah Mia tampak khawatir, namun Mila tersenyum simpul pada Mia.
“Hal itu udah kita bahas berkali kali, Bu” kata Mila, ia meneguk segelas air putih dan beranjak dari meja makan.
Panggilan Mia dan Yuni tak di hiraukannya, ingatannya kembali pada kejadian 3 tahun yang lalu.
Mila terluka, Bayu melukainya.
Mila fikir Bayu berbeda dengan kebanyakan laki laki di luaran sana, bahkan sang ibu-Yuni- begitu menyukai Bayu yang sopan, sekalipun tak setampan mantan suaminya, tapi Bayu memiliki karisma sendiri.
Tapi nyatanya, Bayu sama saja dengan pria dewasa kebanyakan yang selalu mengangap bahwa ‘Janda itu kesepian’.
Dan yang lebih melukainya lagi, Bayu mengatakan itu kepada anak gadisnya yang bahkan belum mengerti saat itu.
Memangnya wanita mana yang ingin menjadi janda?
Setelah kejadian itu, Mila langsung membatalkan janjinya dengan alasan tidak enak badan, dan hari hari berikutnya Mila berusaha pelan-pelan menjauh hingga Bayu mulai merasakan keanehan dalam hubungan mereka.
“Kamu kenapa?” Tanya Bayu ketika mereka memutuskan untuk bertemu, atau lebih tepatnya Bayu memaksa untuk bertemu.
“Kamu bilang apa sama anakku waktu itu?” Tanya Mila dengan tenang, kehidupan mengajarkannya banyak hal, termasuk untuk tidak menunjukkan luka pada orang lain.
Mila dapat melihat wajah Bayu yang tegang sesaat.
“Dia bilang?” Tanya Bayu pelan.
Mila menggeleng, lalu melipat tangannya di depan dadanya, kakinya yang menyilang lalu matanya memandang ke luar jendela café yang tengah mereka singgahi.
“Dia Tanya apa aku kesepian” helaan nafas lolos dari bibir Mila setelah mengatakan hal itu.
“Kenapa kamu harus bilang kaya gitu ke Mia, Bay? Dia masih kecil, nggak ngerti apa apa” Tanya Mila dengan suara pelan.“Aku fikir kamu lebih memiliki pemikiran terbuka, ternyata sama aja” lanjut Mila, Bayu semakin merasa bersalah ketika pada akhirnya Mila enggan menatapnya lagi.
Dia bodoh…
Bahkan setelah mengantar Mia ke rumah, Bayu berharap Mia tak akan memberitahu Mila tentang apa yang mereka bicarakan.
“Mila…” suara Bayu begitu pelan, seolah dia tengah menjaga nada’nya agar tidak terlalu keras, seolah dia tengah menjaga agar Mila tak kembali terluka.
“Aku nggak kesepian, aku nggak kurang belaian, aku masih punya orang-orang yang sayang sama aku, dan aku…Bukan janda yang ada di pikiran banyak orang” tegas Mila, walau matanya sudah terasa perih, dia tetap bertahan pada ketegaran yang sudah di pelajarinya sejak lama.
“Aku kecewa sama kamu Bay”
“Bunganya lagi cerita apa sama mama sampai mama nggak sama sekali noleh pas Mia panggil” Mila tersentak ketika merasa lengannya di senggol, Mia duduk di sampingnya, pada kursi besi panjang yang ada di halaman belakang rumah mereka.
“Bunganya bilang kalau dia minder sama kamu, kamu tambah cantik” Mila mengacak rambut Mia yang sudah memanjang.
Rambut pirang milik mantan suaminya.
Mia tersenyum simpul.
“Mama nggak usah masukin hati ucapan nenek” kata Mia pelan, Mila menoleh menatap anak gadisnya yang sudah tumbuh begitu cepat.
“Nggak lah, mama udah punya kamu, lagian Mama udah 36 loh, nggak ngurus sama yang kaya gituan” Mia memeluk lengan Mila dan menyandarkan kepalanya pada bahu sang Mama.
“Kata Papa, papa bakal ke Jakarta akhir minggu ini” ujar Mia pelan.
“Oh ya?” Tanya Mila.
Mila merasa Mia mengangguk di bahunya.
“Mama anter Mia ketemu papa yah?” suara Mia terdengar memelas, Mila langsung menoleh pada anak’nya.
Banyak yang bilang kalau Mia itu mirip dengannya, minus rambutnya, namun Mila malah merasa kalau Mia lebih mirip dengan Jerico ketimbang dengannya.
“Biasanya kan Papa yang jemput kamu” kata Mila.
Mia menggeleng.
“Papa sibuk katanya, nggak bisa jemput” Mila menghela nafas pelan lalu mengangguk.
Hampir 5 tahun ia tak pernah bertemu dengan Jerico, selama ini Jerico hanya berkomunikasi dengan Mia, dan mereka kerap menghabiskan waktu bersama tanpa dirinya.
Mia juga tak sungkan untuk izin menginap dengan Jerico jika pria itu tinggal selama beberapa hari.
Sejak awal, Mila sama sekali tak melarang jika memang Jerico ingin bertemu dengan anak mereka, bagaimanapun hubungan orang tuanya, ia tak ingin Mia mendapat tekanan karena perpisahan mereka.
Mia hanya korban yang tak tau apa apa, dan Mila tak ingin membuat Luka semakin dalam di benak Mia
---------
Di cover ada kalimat "Takdir Kita Belum Usai"
Menurut kalian, takdir siapa dan siapa yang belum usai?Dan kalau mau aku post'nya cepat, kalian harus vote and comment sebanyak-banyaknya.
Semoga kalian suka.
Happy Reading and Enjoyyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMILA
ChickLitApa yang ada di pikiran kalian jika seseorang mengatakan kata "Janda"?