Eric, Leo, dan Ricca saat ini berada di ibukota. Lima tahun telah berlalu sejak kejadian di Ayrus. Mereka mendaftarkan diri dalam tes untuk menjadi pasukan penjaga. Karena itu mereka berada di ibukota sekarang.
Dibandingkan dengan Ayrus, ibukota sangatlah besar dan luas. Jauh lebih besar dari Ayrus. Di sini juga lebih banyak gedung gedung yang menjulang tinggi, mengingat ini adalah kota melayang di langit, gedung gedung itu pastilah sangat tinggi. Bukan hanya gedung gedung, di ibukota ini juga terdapat beberapa taman, kafe, restoran, taman bermain, dan bahkan terdapat kereta monorel untuk transportasi umum. Tempat ini sangat ramai seperti ibukota pada umumnya sebelum banjir besar tiba. Karena ibukota ini adalah pusat dari seluruh kota yang ada di dunia. Kemiliteran, perdagangan, dan lain lain, semuanya berpusat di ibukota ini.
Mereka tiba di pangkalan militer pasukan penjaga yang terletak di sebelah barat ibukota. Para pendaftar lain pun juga sudah banyak yang tiba. Mungkin jumlah mereka sekitar ratusan. Entah apa yang mereka inginkan telah mendaftarkan diri pada pasukan yang bisa dibilang dekat dengan kematian. Dendam ? uang ? kesejahteraan ? kebanggaan ? yang jelas mereka berkumpul untuk menjadi bagian dari pasukan.
Eric, Leo, dan Ricca mengurus tentang administrasi terelebih dahulu setelah itu mereka istirahat sebentar dan dilanjut dengan tes tertulis.
"Apa ?" teriak Eric saat istirahat makan siang. "Terdapat tes tulis ?"
"Kenapa kau baru sadar sekarang." Kata Ricca sambil memberikan roti kepada Leo. "Memangnya kau tidak membaca persyaratannya ?"
"Dasar bodoh." Kata Leo. "Sebaiknya kau bersiap siap, tes tulisnya terdiri dari beberapa tes psikologi dan beberapa soal soal menghitung. Kau kan buruk dalam hal hal beginian."
"ya, tanpa kau beri tahu pun aku pasti akan berusaha. Aku pasti bisa menjadi salah satu pasukan penjaga dan menghancurkan para pesawat sialan itu." Kata Eric.
"Ternyata memang ada bocah bermulut besar yang mengatakan seolah semua itu mudah." Kata seseorang yang terlihat sedikit tinggi sedang berjalan kearah mereka.
Sontak Leo pun berdiri dan berkata, "siapa kau ?""Maaf mengganggu pembicaraan kalian. Namaku Rizhard Cloud. Kalian bisa memanggilku Rizha, senang bertemu dengan kalian." Ucapnya ramah. "dan sekadar memberi tahu, tidak mudah untuk lulus seleksi ini. Asal kau tahu, aku telah mengikuti tes ini sebanyak 2 kali dan ini adalah ketiga kalinya aku mengikuti tes ini." Lanjutnya.
"Cloud ?" Leo terlihat memastikan dengan setengah terkejut.
"Kau ada masalah ?" balasnya.
Eric pun berdiri dan ingin menghampirinya dengan wajah yang terlihat kesal. Namun, Leo menghalanginya.
"Tidak, maafkan aku. Terima kasih atas infonya." Kata leo sambil membelakangi Eric. "Maafkan dia juga, dia memang bodoh."
Rizha pun kemudian pergi dari tempat mereka sambil berkata, "semoga berhasil." Meski samar mereka bertiga mendengar perkataannya.
"kenapa kau membiarkannya pergi ?'' tanya Eric.
"Aku pernah mendengar tentang nama itu sebelumnya, 'Cloud'. Itu nama belakang pemimpin skuad Juliett 06. Skuad itu adalah skuad yang paling banyak menghancurkan pesawat musuh saat pertempuran di Olos 5 tahun lalu." kata Leo yang memang selama ini sering mencari informasi. "Mungkin dia masih memiliki hubungan darah dengan Kapten Cloud."
"Itu artinya dia masih memiliki hubungan dengan orang hebat." kata Eric. "Lalu bagaimana kelanjutannya setelah pertempuran di Olos ?"
Leo mengambil roti dan kembali duduk di sebelah Ricca,
"pertempuran di Olos berlangsung lama berkat skuad Juliett 06. Tapi kau sendiri tau kan ? Apa yang terjadi pada Olos saat ini."
"Maksudmu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into the Sky
Science FictionBumi telah hancur akibat banjir besar. Tepat sebelumnya manusia telah membuat kota kota melayang. Namun pesawat pesawat misterius mulai muncul dan menghancurkan kota.