Prolog

5K 48 0
                                    

Dibawah teriknya sinar mentari  yang menyilaukan kan mata, didukung udara panas menyengat kulit yang kian terasa , ditemani anugrah tuhan berupa kilauan cahaya indah penyejuk mata.

Cahaya kuning keorenan itu membantu menenangkan hati yang tadi begitu gaduh,senyuman tipis mengukir indah di pipi Adel,ingin rasa nya menyentuh cahaya nan indah itu tapi keterbatasan menghambat kemauannya.

Burung-burung yang tadi pergi meninggal kan sarang nya,kini kembali pulang ke tempat mereka dengan rasa bahagia.Hewan yang tidak kita jumpai di siang hari juga ikut berbahagia di atas sana dengan gembira nya.

Dengan senang hati mereka mau menghiasi langit senja di gunung yang Adel daki bersama teman-teman nya.

Adel dan Yudha di beri kepercayaan mencari kayu bakar untuk acara api unggun malam nanti,selesai mencari kayu bakar mereka beristirahat di tepi lereng gunung sambil menatap indah nya sang senja di hari ini.

Dari atas sini kita bisa melihat ribuan daun yang terpasang rapi di setiap pohon yang ada di gunung ini.

Adel dan Yudha duduk bersebelahan dengan jarak yang tidak begitu jauh,dengan seksama mereka menikmati keindahan senja yang tuhan ciptakan.

Awalnya tidak ada di antara mereka yang mau mengeluarkan suara nya,sampai akhir nya Adel yang memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Yud,menurut lo senja itu gimana?" melirik Yudha.

"Detik-detik dimana gue kehilangan semua cahaya matahari,dan ketika cahaya itu hilang sepenuhnya nya gue benar-benar kehilangan kebahagiaan itu.Tapi tiba-tiba lo masuk dalam cerita gue yang menyerupai senja,dimana gue udah lelah untuk bersembunyi dan bertanya,hingga lo hadir di seperti pagi di hidup gue del"

"Ternyata lo puitis juga ya" Adel tersenyum tipis kearah Yudha,Adel tidak menyangka kalau Yudha bakalan sepuitis ini.

Setahu Adel seorang Yudha asmara adalah cowok judes,yang setiap kali dia ngomong pasti seadanya,dia hanya mau ngomong panjang lebar kalau lagi butuh.

"Del,kalau gue mau lo jadi pagi yang selalu hadir dalam hidup gue dan mau menopang redup nya senja gue,apa menurut lo itu juga puitis?" Kali ini tatapan mereka menyatu,Adel sempat merasa binggung dengan ucapan Yudha.

Apa mungkin,barusan tadi Yudha sedang menyatakan perasaan nya pada Adel,atau Yudha hanya mau membuat Adel salah tingkah karna ucapan itu?

Bingung,baca aja lanjutan nya di chapter berikut nya

Semoga suka

Senja dan PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang