Aku muak akan segala enigma yang dipertunjukkan oleh semesta. Mempermainkan rasa—memutus asa, sesuka hatinya saja.
Mengulang proses klasik yang sangat menjadi tak asik. Mengenal, dekat, jatuh, bersama, berpisah, lalu akhirnya terluka. Bohong jika aku tidak menikmatinya. Aku mencicipinya sampai aku takut kehilangan ‘tuk kedua kalinya.
Akhirnya, kupilih meninggalkan daripada ada yang ditanggalkan.
Bukan maksudku ingin melarikan telapak sepatu ke ruas jalan sepi. Tak sebegitu benciku terhadapmu. Aku ingin kamu merdeka dalam tawa, mendapat hak-haknya dengan sempurna.
Kita sudah saling tahu, cinta tidak mempersatu. Hanya tersisa luka yang menggebu-gebu.
Bukan maksudku menanamkan benci terhadapmu. Atas kenangan suka atau duka yang menyempurnakan kita. Tidak satu pun ada yang berbeda. Aku, kamu, bahkan kita sekalipun sama; mati akibat cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu [COMPLETED]
PoesíaPerkenalan adalah awal dari segalanya. Tapi kau sudah mengenalku, Tak apa. Bila kau rindu denganku, Sudi lah kau mampir kemari, rumah lamamu. Hanya sekedar singgah sembari meminum teh lalu berlalu. ㅡ Jessie,