04

5.8K 852 38
                                    

Sambil berceloteh ria Minwoo sesekali mencomot nuget di kotak makan milik Seulgi mengunyahnya dengan gemas dengan pipi gembul yang kemerahan. Bocah itu sungguh mengemaskan, membuat Seulgi gemas dan entah mengapa sekalinya bertemu dan berinteraksi Seulgi langsung menyukai bocah itu. Selain mengemaskan, lucu dan tampan, Minwoo sangat pintar dan yang pasti mirip dengannya dulu saat masih kecil, sering ikut ayah atau ibunya pergi ke tempat kerja dan bermain sendirian.

"Tante, Minwoo minta lagi ya?" ucap Minwoo malu-malu sambil melihati nuget milik Seulgi yang tersisa tiga potong.

"Iya sayang, makan saja. Tante juga sudah kenyang." ucap Seulgi mengusap lembut rambut Minwoo yang tengah asik mencomot nuget dari kotak bekalnya dan mengunyahnya dengan gembira.

Sekitar sepuluh hingga lima balas menit Seulgi dan Minwoo menghabiskan bekal bawaan Seulgi, tentu saja keduanya tidak kenyang, namun Seulgi sudah merasa cukup. Cukup karena perutnya terisi dan cukup karena makan siangnya di hari pertama bekerja tidak jadi sendiran.

"Selesai!" Ucap Seulgi sambil menutup kotak makannya yang sudah kosong tanpa sisa, dan tiba-tiba Minwoo turun dengan susah payah dari bangku yang ada, menghadap Seulgi dan membungkukan badan sebilan puluh derajat.

"Terima kasih atas makanannya tante." Ucapnya riang membuat Seulgi gemas. Betapa sopannya bocah itu.

Seulgi terseyum dan mengusap lembut rambut Minwoo, kemudian mereka berjalan menuju tempat pertama kali mereka bertemu.

Disisi lain, Jimin tengah masuk ke dalam gedung kantor dan gudang secara bergantian. Wajahnya nampak panik mencari sang putra, hampir setiap sudut ia terlusuri untuk mencari Minwoo. Namun sayangnya ia sama sekali tak mendapati keberadaan Minwoo, membuat beberapa karywannya yang akan makan siang mau tak mau menjadi panik di buatnya.

Keadaan Jimin sudah sedikit acak-acakan, jas yang sudah terlepas, bahkan dasinya sudah melonggar dengan dua kancing teratas terlepas karena ke gerahan menci Minwoo. Di tambah lagi rambutnya terlihat tak beraturan dan acak-acakan.

Jimin menghela nafasnya dalam, rasanya ia ingin menangis sekarang juga karena kehilangan Minwoo selama sepuluh menit. Dengan sedikit frustasi Jimin mengacak rambutnya.

"Papa!" Suara bocah itu membuat Jimin menoleh, terlihat wajah panik yang berubah sedikit lega saat ia melihat Minwoo berlari cepat ke arahnya dengan senyum merekah.

"Sayang, kau kemaba saja? Papa bingung mencarimu! Sudah papa bilang jangan bermain jauh-jauh, tunggu papa di mobil." Cerocos Jimin membuat Minwoo menunduk merasa bersalah.

"Maafkan Minwoo ya pa." Ucapnya dengan nada bersalah dan sedikit ketakutan sambil mengalungkan tangannya di leher Jimin yang sedang berjongkok mensejajarkan diri dengan putranya itu.

Jimin memeluk putranya itu dan mengusap lembut pungung Minwoo dengan sayang. "Lain kali jangan di ulangi lagi." Ucapnya sambil melepaskan pelukannya dan memengangi bahu putranya itu.

Minwoo mengangguk dan kini bocah itu kembali bisa terseyum. Lalu Minwoo menoleh dan melambaikan tangan pada Seulgi, sedangkan Seulgi hanya terseyum dan menunduk hormat pada Jimin sebagai sapaannya. Bahkan gadis itu tak sadar jika Jimin adalah orang yang menyambutnya beberapa hari yang lalu. Namun, bagaimana Seulgi bisa sadar kalau Jimin terlihat sangat lusuh karena kepanikannya beberapa menit lalu.

Jimin yang melihat itu hanya terseyum ramah membalas sapaan Seulgi, bahkan ia juga sama sekali tidak ingat betul dengan karyawan-karyawannya.

"Papa, tadi Minwoo bermain dengan tante cantik." Ucapnya antusias saat Jimin mulai mengendongnya membawa ke mobil.

"Tante cantik?" Tanya Jimin berusaha menanggapi dan Minwoo mengangguk.

"Siapa?" Tanya Jimin.

Terlihat Minwoo mengerutkan keningnya kemudian menepuk keningnya lucu membuat Jimin terseyum di buatnya. "Astagaaa papa, Minwoo lupa bertanya pada tante cantiknya."

Tante, I Love U [Sayangku, Tante Nugget]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang