“Hey, apa yang sedang kau pikirkan?”
Dilihatnya sosok tampan yang telah menduduki kursi kosong di depannya. Suasana lenggang dengan beberapa pengunjung tergambar begitu jelas di sekitarnya. Seorang dibalik kasir berulang kali melayangkan raut ramah pada pembeli usai membayar pesanan mereka.
“Tidak ada… mungkin?” sahutnya terselip pertanyaan.
Bibir hati itu mengulaskan senyum kecil “Benarkah?”
Jaejoong hanya mengedikan bahunya santai “Lalu, bagaimana denganmu? Kau tidak ada kegiatan lagi setelah ini?”
“Tidak.” Yunho menikmati secangkir espresso yang sebelumnya telah dipesan “Setelah ini aku akan langsung menjemput Ahra.”
“Dia memintamu menemaninya berbelanja lagi?”
Yunho mengedikan bahunya santai “Bukankah wanita memang seperti itu.” Manik musang itu menatap penuh pemuda rupawan di depannya “Bagaimana denganmu? Bukankah akhir-akhir ini kau dekat dengan Hyejin?”
Manik bulat itu berotasi bosan “Apakah dekat harus memiliki hubungan spesial? Pemikiranmu terlalu sempit, Yunho. Lagipula kami hanya mendiskusikan beberapa tugas biasa.”
“Kau saja yang terlalu menutup diri, Jae.” Komentar Yunho singkat.
Jaejoong hanya terdiam tanpa ingin membalas ucapan Yunho. Keduanya membisu cukup lama, tidak memiliki niatan sedikitpun untuk kembali mengeluarkan suara. Hingga dering pada ponsel Jaejoong memecah keheningan itu.
“Sepertinya aku harus segera pergi.”
Yunho melirik sekilas sosok yang menghubungi pemuda rupawan itu sebelum tersenyum kecil “Mau kuantar?”
Jaejoong hanya tersenyum simpul “Jika kau tidak keberatan, lagipula aku bisa menyimpan kembali uangku."
“Tentu saja aku tidak merasa keberatan terlebih direpotkan.”
“Bagaimana dengan Ahra?”
“Dia masih bisa menunggu.”
Jaejoong mulai mengikuti Yunho yang sudah terlebih dulu meninggalkan café dan kembali menuju parkiran kampus. Pria itu terus berjalan di depannya tanpa sekalipun berniat untuk menunggunya, atau mensejajarkan posisi keduanya.
“Kali ini Audi?” seru Jaejoong saat melihat sebuah mobil berwarna abu yang cukup asing memenuhi pandangannya.
Yunho menahan gerakannya yang telah membuka pintu kemudi “Saat ini Audi cukup banyak digemari para pemuda. Lagipula seseorang membutuhkan suasana baru.”
Jaejoong hanya berdecih tak percaya “Benar-benar tidak terduga.” Sindir Jaejoong cukup tajam.
“Ayolah. Kupikir kau tidak mau membuat orang lain menunggumu terlalu lama, bukan?”
Jaejoong mendesah kalah dan mulai memasuki samping kemudi “Pastikan jika menggunakan jalan yang benar, Yun.”
“Tenang saja. Saat ini sudah ada GPS yang membantu kita.”
Sayangnya, Jaejoong tidak bisa begitu saja mempercayai ucapan pongah Yunho. Ketika tiga hari yang lalu Yunho mengikut sertakan Jaejoong pada kebodohannya, yang tersasar di kota besar- Seoul- hanya karena pria tampan itu ingin menggunakan jalan pintas.
Namun terdengar wajar, terlebih Yunho baru saja kembali ke Seoul dua bulan belakang ketika selama ini Yunho mengabiskan seluruh hidupnya di Brighton, Inggris.
“Ada yang ingin kau tanyakan kepadaku?”
Jaejoong tersadar dari lamunannya sebelum menoleh pada pria di sisinya “Pastikan saja jika kita tidak kembali tersasar.”
Yunho tertawa kecil “Kau benar-benar tidak bisa diajak bersenang-senang, Jae. Itu adalah pengalaman yang menyenangkan. Lagipula, tidak sepenuhnya kesalahanku ketika kau sendiri tidak mengenal baik kota kelahiranmu ini.” Sindir pria itu renyah.
Benar, bodohnya Jaejoong juga sama sekali tidak mengenal kota kelahirannya sendiri dan malah menurut pada ketololan Yunho. Namun Jaejoong tidak mau mengakuinya atau Yunho akan semakin memojokannya.
“Ada yang menganggumu, Jae?” Yunho terlihat cukup khawatir ketika Jaejoong kebali melamun dengan raut sendu. Seolah sesuatu tengah membebani pria rupawan itu.
Bibir ranum Jaejoong terkulum kecil dengan lekuk tipis “Aku baik-baik saja.” Seketika manik bulatnya menatap sebuah bangunan yang dipenuhi pengunjung “Bisakah kita mampir sebentar? Aku harus membeli beberapa macaron.”
Yunho meminggirkan mobilnya dekat sebuah toko kue yang cukup terkenal, bahkan antriannya saja sudah memanjang hingga luar toko. Bellissimi Fiori, memang salah satu toko kue yang cukup terkenal di Songpagu. Dan bisa dikatakan sebagai toko kue yang cukup sering Yunho datangi, atas perintah Jaejoong.
“Kau ingin sesuatu?” Tanya Jaejoong yang bersiap menuruni mobil.
“Jangan terlalu lama atau aku akan meninggalkanmu.” Pintanya terselip ancaman.
Jaejoong mendecih sebelum keluar dari mobil “Jika kau bisa mengusir mereka dari toko maka kurang dari lima menit aku dapat, kembali dalam sekejap. Dasar bodoh!”
Yunho kembali tertawa, sangat menyenangkan setiap kali melihat raut kesal Jaejoong. Benar-benar menggelitik perutnya. Dahi yang mengerut, mata yang memicing tajam, bibir mungil yang dimajukan lucu. Lebih dari cukup menghiburnya.
Dilihatnya ponsel yang bergetar dengan sebuah pesan dari Ahra. Rautnya kembali mendatar sebelum mengabaikan pesan itu. Lagipula Yunho juga tidak berminat untuk membalas pesan Ahra.
.
.
.
.
.
...