“Kau ingin mampir?”
Yunho hanya menggeleng kecil “Berikan saja salamku kepada mereka, aku akan berkunjung nanti.”
“Baiklah kalau begitu. Aku hanya ingin memastikan jika umma tidak lagi menanyai keberadaanmu.”
“Bukankah beliau seperti dirimu yang tidak bisa lepas dariku?”
Raut wajah Jaejoong mendatar sebelum berbalik “Pergilah.”
Yunho terperangah akan tinggah pria rupawan itu namun tidak dapat berlaku banyak sebelum berbalik dan memasuki mobilnya seraya berguman lirih “Tidak berubah.”
Jaejoong sempat melihat Yunho yang memasuki mobil dan tak lama menjauhi kediaman Kim. Lekuk manis mulai terulas pada bibir ranumnya sebelum membuka pintu besar dibalik tubuhnya, bersamaan dengan sambutan seorang pria baya “Selamat datang, tuan muda.”
“Terima kasih, paman Shin. Lalu dimana mereka?”
“Tuan besar baru akan kembali sore nanti dan nyonya sedang menemani tuan kecil.”
Jaejoong mengulurkan bingkisan ditangannya “Tolong simpan macaron ini, paman.”
“Tentu, tuan.”
Kaki jejang itu mulai melangkah, melintasi ruang tengah yang berhadapan dengan halaman belakang yang dipenuhi oleh beberapa permainan anak-anak. Jaejoong kian mempercepat langkahnya, bahkan melompati dua anak tangga sekaligus untuk segera menemui sosok yang begitu dirindukannya.
Manik bulatnya menatap haru sosok balita yang bersandar nyaman dalam dekapan Mrs.Kim, bahkan sama sekali tidak teranggu akan kebisingan yang diciptakannya.
“Kau sudah pulang, Jae?”
Jaejoong mendekati Mrs.Kim dan mengambil alih sang balita dari sang ibu “Baru saja.” Perlahan diayunkan tubuhnya tanpa menganggangu kenyamanan sang balita tampan.
“Sudah makan?” Mrs.Kim mulai merapikan beberapa pakaian kotor sang balita yang baru saja digantikan baju usai menghabiskan sepotong pisang besar “Umma telah membuat sup kimchi serta bulgogi, segera turun dan makan, eoh?”
Jaejoong mengangguk singkat dan kembali melampiaskan kerinduannya pada sang balita, bahkan sempat membuat balita tampan itu mengerung terganggu akan ulah Jaejoong.
Membaringkan tubuh keduanya pada ranjang dan membelai lembut wajah menggemaskan bocah lelaki itu. Wajah yang begitu mirip dengan sang ayah, bahkan Jaejoong sama sekali tidak dibiarkan menurunkan sedikit kemiripan pada sang balita.
Manik bulatnya menatap sebuah bingkai dengan sebuah nama pada pojok kiri, Jeyunie. Foto yang menampilkan sosok Jeyun pada usia lima bulan- dalam balutan busana bajak laut menggemaskan.
Lekuk cantiknya kian tergambar jelas ketika melihat bingkai lainnya dalam ukuran yang lebih kecil, memperlihatkan tubuh kembang Jeyun hingga kini, berusia dua tahun. Dan sejujurnya, seluruh kamar Jaejoong memang dipenuhi oleh foto-foto sang balita. Bahkan Jaejoong sendiri yang menata ulang kamarnya dengan nuansa lembut khas anak-anak.
Dan akhirnya tatapannya dipenuhi oleh sebuah pemadangan, dimana sosoknya dalam dekapan seorang pria. Keduanya terbalut setelan jas mewah dengan raut yang begitu bahagia. Jaejoog sama sekali tidak dapat melupakan kenangan manis itu, ketika untuk pertama kali dirinya berpisah dari kedua orang tuanya. Kejadian yang paling mengharukan, terjadi pada musim semi tiga tahun lalu.
Peristiwa dimana nama belakangnya terganti untuk pertama kali, membawanya hidup pada kehidupan baru yang sama sekali tidak Jaejoong kenal. Bahkan rela berpisah dari hangatnya kasih sayang kedua orang tua demi membuktikan cintanya.
Jaejoong kian terbuai akan kisah indahnya hingga tidak sadar jika dirinya telah jatuh terlelap dengan sang balita yang semakin menelusup nyaman dalam dekapannya.
.
.
.
.
.
...
