Delicate -part 3-

2.4K 403 30
                                    

Jaejoong terbangun ketika merasakan kecupan lembut menghujani pipinya. Wajah rupawannya mengerut tak suka dan menampilkan raut terganggu.

“Bangun, sayang.”

Bisikan itu menggelitik telinganya dengan hebusan napas hangat yang menyapa kulitnya, memberikan sensasi lain disana. Manik bulatnya mulai terbuka malas sebelum mendorong sosok besar yang berulang kali menganggu tidurnya.

“Pergilah. Biarkan aku kembali beristirahat.” Sungutnya sedikit kesal.

Seketika teringat akan sosok sang balita menggrmaskan yang sebelumnya tertidur dalam kedekapannya, namun Jaejoong tahu pasti jika saat ini Jeyun sudah bersama sang ibu. Bahkan pria rupawan itu sigap menggelung kembali tubuhnya dengan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

“Hey, eommeoni bilang kau melewatkan makan siang. Apakah tidak merasa lapar?”

Jaejoong hanya mengerung samar sebagai balasan. Perutnya memang sempat beberapa kali berbunyi dan meronta minta diisi, namun matanya begitu berat untuk terbuka- terlebih ranjang seolah memiliki perekat yang tidak membiarkan tubuhnya bangkit.

Sret

Tiba-tiba saja tubuhnya melayang hingga wajah tampan itu memenuhi pandangannya “Aku masih mengantuk~” Keluhnya seraya melingkarkan kedua lengannya pada bahu sang pemuda.

“Tidurnya bisa dilanjut nanti, lagipula perutmu perlu diisi agar tidak terus berdemo.”

Jaejoong hanya dapat pasrah dalam dekapan sosok besar itu. Kepalanya sempat mengedar ke sekitar, begitu lenggang dan sepi bahkan beberapa sisi telah gelap.

“Apa yang terjadi?”

Manik musang itu melirik geli Jaejoong yang mengerut lucu “Apakah mimpimu sangat indah hingga tidak sadar jika telah tertidur cukup lama?”

“Memangnya sekarang pukul berapa?”

“Lima menit meninggalkan dini hari.”

Jaejoong merengut lemas, dirinya sama sekali tidak menyangkan jika hari telah berganti. Bahkan Jaejoong tidak sempat menikmati sore bersama Jeyun sekaligus mengurus balita itu.

“Jeyun-“

“Eommeoni sudah mengurusnya, meski Jeyun berulang kali merengek karena ingin bermain denganmu.”

Jaejoong mendengus sedih ketika tidak dapat memenuhi keinginan sang balita, rasa bersalah mulai memenuhinya.

“Hey, ada apa dengan wajah ini?”

Jaejoong menolak diturunkan dari gendongan dan semakin memperkuat kaitan lengannya
“Aku merasa buruk, Yunho.”

Pria tampan itu tersenyum lembut dan mengusap sayang wajah rupawan Jaejoong “Kau takut jika Jeyun melupakanmu?”

“Lebih dari itu.” Jaejoong mulai bangkit dari pangkuan Yunho dan menduduki kursi kosong lainnya “Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika Jeyun tidak lagi mengenalku. Kau tahu, bahkan dirinya lebih sering bersama umma ketika aku disibukan oleh tumpukan tugas.”

“Jangan memberatkanmu dengan hal yang tidak pasti. Lagipula tidak lama lagi kau akan terlepas dari rutinitas itu.” Yunho mengulurkan sesendok sup kimchi pada Jaejoong “Jja, bukan mulutmu~”

Jaejoong menelan cepat suapan yang Yunho berikan dan mulai menikmati makanannya sendiri “Tapi tetap saja, Yunho. Tidakkah kau merasakan jika Jeyun semakin jauh dari kita?”

Yunho terdiam sesaat dan mulai menatap lekat Jaejoong “Kita bisa kembali memberikan banyak waktu luang untuk Jeyun, bukan?”

Jaejoong tidak dapat membalas ucapan Yunho, terlebih dirinya sangat amat menyadari waktunya yang semakin disibukan oleh aktifitas perkuliahan. Memang mata kuliah yang diambilnya tidak menghabiskan banyak waktu, namun tugas yang diberikan benar-benar menguras tenaga dan pikirannya.

Yunho meraih tangan Jaejoong dan menggengamnya erat “Tidak perlu khawatir, sayang. Aku akan berusaha menutup kekosonganmu pada Jeyun, setidaknya selama kau berkuliah.”

Jaejoong tersenyum kecil “Terima kasih, Yunho.” Namun manik bulat itu seketika menampilkan kilatan menyeramkan “Lalu kau darimana saja hingga baru mengunjungiku tengah malam seperti ini, Yunho?”

“Aku menemui tuan Tanaka, sayang. Beliau baru tiba pukul sepuluh tadi.”

“Aku tidak percaya.”

“Ayolah, Jae. Bahkan aku menghubungi eommeoni sejak sore.”

“Kenapa tidak langsung menghubungiku saja?”

“Kau tertidur, sayang. Dan ponselmu tertinggal di kediaman Jung.”

“Tetap saja, kenapa sebelumnya kau tidak memberitahuku terlebih dulu?”

“Tuan Tanaka datang tiba-tiba, bahkan aku baru diberitahu sekretaris Im pukul 8 malam.”

“Aku masih tidak percaya. Pria sepertimu biasanya memiliki banyak alasan.” oceh Jaejoong terbalut nada kesal.

“Astaga. Bahkan abeonim bersamaku tadi.”

“Jangan membawa-bawa appa untuk alibimu, Yunho.”

“Perlukah aku menghubungi abeoji untuk menjelaskannya kepadamu, sayang?”

“Kau akan menganggu istirahat Jung abeonim, Yunho.”

Yunho mengerutkan dahinya dalam, berusaha menilik lebih dalam apa yang terjadi pada Jaejoong. Dirinya merasa tidak asing dengan tingkah Jaejoong saat ini.

“Sayang, apakah Jeyun akan memiliki seorang adik?”

Jaejoong membulat dengan tatapan tidak terima sebelum memukul bahu Yunho keras “Aku mengantuk! Jadi jangan ganggu aku!”

Astaga, ingin rasanya Yunho mendekap Jaejoong erat-erat hingga bibir ranum pria rupawan itu tidak lagi mengeluarkan suaranya. Jaejoong benar-benar membuat Yunho pusing dengan pemikirannya, namun juga terheran akan setiap tingkah lakunya. Benar-benar tidak terduga.

Sayangnya, pemikiran nista Yunho terhalang oleh perasaannya. Mana tega Yunho menyakiti sosok rupawan yang telah menemaninya selama tiga tahun belakang ini.

.

.

.

.

.

...

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang