“Pagi!”
Jaejoong menatap Ahra yang menuruni satu persatu tangga, bahkan gadis cantik itu mengambil alih piring berisi tumis sayur dari tangannya.
“Kau menginap?”
Ahra memasukan sepotong buah segar pada mulutnya “Yunho-oppa yang membawaku kemari tanpa memulangkanku, Joongie.” Bibirnya mengerut ketika Jaejoong menjauhi mangkuk buah dari jangkauannya.
“Tunggu yang lain, nona Jung.” Ucap Jaejoong tegas dan mendatangkan dengusan dari adik perempuan Yunho “Dan panggil aku dengan benar, Ahra. Jaejoong-oppa.”
Ahra mencebil malas “Tidak mau, Jaejoongie. Bahkan teman-temanku tidak percaya jika kau adalah kakak iparku. Mereka lebih percaya jika sosokmu itu adalah remaja berusia 16 tahun.”
Jaejoong memutar bola matanya malas “Tapi tetap saja aku sudah memiliki seorang anak berusia dua tahun serta menikah dengan kakakmu, jadi panggil aku dengan benar. Bahkan usia kita terpaut sepuluh tahun, Ahra.”
“Tidak mau! Pokoknya tidak mau! Wajahmu sama sekali tidak cocok untuk kupanggil oppa bahkan unnie sekalipun.”
“Astaga...” Keluh Jaejoong menyerah, lagipula adik iparnya itu adalah sosok keras kepala yang sulit sekali diberitahu. Benar-benar gen keluarga Jung!
“Ada apa ini? Kenapa ramai sekali? Eommeoni dan abeonim belum keluar, Jae?” Yunho mulai mendekati ruang makan dan mendudukan diri di samping Ahra “Ada apa dengan wajahmu, nona cilik Jung?”
“Berhenti memanggilku seperti itu, pria tua Jung! Aku sudah berusia 17 tahun!”
Yunho hanya melirik Jaejoong dengan alis yang dinaikan geli “Apa yang terjadi pada nona cilik ini, sayang?”
“Berhenti memanggilku seperti itu, pria tua. Dan kau harus bertanggung jawab untuk mengantarku ke sekolah, oppa!”
Jaejoong tidak kuasa menahan tawanya, terlebih Yunho begitu senang menggoda adik perempuannya itu. Lagipula Ahra menjadi sosok yang cukup digemari di keluarga Jung, digemari untuk dibully.
“Kalian ini selalu saja.” Jaejoong mulai menyiapkan sarapan untuk Yunho dan membantu Ahra mengambil makanannya “Umma dan appa pergi untuk mengunjungi halmeoni sejak pukul lima pagi tadi, mengejar penerbangan sepertinya.”
Yunho mengangguk singkat dan terus menggoda Ahra yang berulang kali melayangkan pekikan kesal “Lalu dimana Jeyun? Dia sudah bangun, sayang?” tambah Yunho menghentikan kegiatannya sejenak.
Jaejoong menelan perlahan makanannya “Jeyun sedang bermain bersama Julia di halaman belakang usai menikmati sebotol susu paginya.”
“Kalau begitu aku akan bermain dengan Jeyun saja, pria tua Jung itu sangat menyebalkan dan selalu saja menggangguku, huh!”
Jaejoong hanya tertawa kecil melihat Ahra yang membawa piringnya menuju halaman belakang “Jangan terus menganggunya, Yunnie.” Peringat Jaejoong sedikit merasa jengah akan tingkah sang pasangan.
“Dia terlalu menggemaskan untuk tidak digoda, sayang.” Kekeh Yunho puas, benar-benar kakak yang tidak patut dicontoh “Lalu, apakah kau memiliki jadwal lain hari ini?”
“Mungkin siang nanti.”
“Perlu kuantar?”
Jaejoong menggeleng sebelum melihat jam pada sisi ruangan “Aku rasa sepuluh menit lagi Ahra harus bersiap. Apakah Ahra membawa perlengkapan sekolahnya?”
“Nona cilik itu selalu meninggalkan banyak seragam di mobilku.” Ujar Yunho terbalut nada mengadu.
Jaejoong bangkit dengan piring keduanya yang telah kosong sebelum membawa Yunho menuju halaman belakang yang telah ramai oleh tawa riang Jeyun serta pekikan senang Ahra “Lagipula dia itu adikmu, kau bahkan tidak melarang Ahra memenuhi rak di rumah kita dengan buku pelajarannya.”
Yunho melingkarkan salah satu lengannya pada pinggang Jaejoong.
“Karena aku menyayanginya-"
Dikecupnya pelipis Jaejoong lembut.
"Begitupun denganmu. Aku benar-benar mencintaimu, Jung Jaejoong.”
.
.
.
.
.
...
-THE END-